Sekilas Mengenai Negara Suriah

BAB III KONFLIK SURIAH PADA ERA ARAB SPRING DAN KONDISI DI TIMUR

TENGAH Pada bab ini akan dijelaskan kondisi Suriah yang mengalami konflik yang berdampak ke negara-negara tetangganya. Dimulai dengan menjelaskan negara Suriah secara umum. Dilanjutkan dengan permulaan konflik di Suriah pada tahun 2011 dan perkembangannya. Kemudian dijelaskan akibat konflik yang terjadi di Suriah terhadap negara-negara tetangganya.

A. Sekilas Mengenai Negara Suriah

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah singkat Suriah yang akan dimulai pada tahun 1946. Uraian mengenai sejarah Suriah ini dibatasi dengan tahun dan pembahasan yang berkaitan dengan skripsi ini saja karena Suriah memunyai sejarah yang cukup panjang dan kaya. Pembatasan tahun tersebut dipilih karena pada tahun itulah Suriah merdeka dari okupasi yang dilakukan oleh Perancis dan berubah menjadi negara moderen hingga kini. Kemerdekaan yang diraih oleh Suriah tersebut kemudian dipimpin oleh Blok Nasional yang kemudian menunjuk al-Quwatli sebagai kepala negara Suriah untuk pertama kalinya. 74 Radwan Ziadeh menilai bahwa Suriah merupakan negara yang demokratis dan pruralis. Hal ini dapat dilihat pada proses kemerdekaan Suriah pada tahun 1946 74 Robert G. Rabil, Syria, The United States, and The War on terror in The Middle East, London: Praeger Security International, 2006, hal 15. mengedepankan diplomasi diantara para elit politik dan partai politik yang memunyai ideologi bermacam-macam. Suriah juga telah memunyai spesial konstitusi pada tahun 1950 yang diantaranya berisi mengenai kesetaraan pria dan wanita, kebebasan publik, menghormati hak dasar masyarakat dan hak asasi manusia. Di Suriah pada tahun 1949 juga telah memberikan hak pada kaum wanita untuk memilih dalam pemilihan umum serta pada tahun 1953 wanita mempunyai hak untuk dipilih. 75 Namun situasi kondusif tersebut tidak bertahan lama, menurut Barry Rubin negara Suriah pada rentang tahun 1949 hingga 1970 berubah menjadi negara yang sangat tidak stabil. Pada rentang waktu tersebut juga terjadi banyak kudeta dalam pemerintahan di Suriah. Pada tahun 1946-1956 saja Suriah memunyai dua puluh kabinet yang berbeda serta empat konstitusi yang berbeda pula. Hal ini disebabkan karena Suriah belum mampu menemukan identitas negara, paradigma, atupun sistem yang koheren. 76 Selain itu juga terdapat faktor perbedaan etnisitas dan aliran-aliran penduduk Suriah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya ketegangan sosial yang terjadi pada masyarakat Suriah. Faktor-faktor tersebut juga dipandang menjadi penghambat kesuksesan integrasi masyarakat Suriah menuju suatu negara moderen pada awal kemerdekaan negara tersebut pada tahun 1946. 77 75 Radwan Ziadeh, Power and Policy in Syria: Intelligence Services, Foreign Relations and Democracy in The Modern Middle East, London: I.B. Tauris, 2011 hal 33. 76 Barry Rubin, The Truth About Syria, New York: Palgrave Macmillan, 2007, hal 36. 77 Flynt Leverett, Inheriting Syria: Bashar Trial by Fire, Washingon DC: The Brookings Institution, 2005, hal 2. Pada tahun 2012 Suriah memiliki penduduk yang berjumlah sekitar 22 juta jiwa dan memunyai wilayah terbesar ketiga di Liga Arab. Sekitar 90 penduduk Suriah adalah Muslim. Penduduk Muslim tersebut terdiri dari 74 Sunni, dan kelompok Syiah, Alawi, Druze, serta Islamili berjumlah sebanyak 16. Sedangkan 10 sisanya terdiri dari pemeluk agama Kristen Protestan, ortodok serta aliran lainnya. 78 Sementara berdasarkan etnisitas, Suriah terdiri dari etnis Arab yang berjumlah 90, suku Kurdi 9, dan sisanya suku Armenia, Circassia, serta Turkoman. 79 Lebih lanjut, kelompok-kelompok diatas tinggal berkelompok- kelompok pada suatu wilayah tertentu. Hal ini menyebabkan semakin bertambah besar potensi ketegangan sosial di Suriah. 80 Dibawah ini disajikan peta negara Suriah beserta persebaran aliran-aliran yang dianut oleh penduduk Suriah: 78 Margaret K. Nydell, Understanding Arabs: A Contemporary Huide to Arab Society, Boston: Intercultural Press, 2012, hal 174. 79 Leverett, Inheriting Syria, hal 2. 80 Rubin, The Truth about Syria, hal 28. Gambar 2. Peta negara Suriah dan aliran agama penduduk. Sumber: Flynt Leverett, Inheriting Syria: Bashar’s Trial By Fire, hal 3 Setelah sekian lama mengalami instabilitas dalam negeri, kepemimpinan Suriah diambil alih oleh Hafiz al Assad pada tahun 1970. Hafiz menjanjikan stabilitas dalam negeri serta kejayaan di dunia internasional. Namun menurut Barry Rubin hal tersebut tidak dapat direalisasikan oleh Hafiz, bahkan menurutnya Suriah termasuk kedalam jajaran negara yang sangat kacau di dunia. Hal tersebut dikarenakan masih terjadinya ketidakpastian identitas serta kompleksitas masyarakat Suriah. Selain itu juga masih terdapat masalah pembangunan yang belum jelas dan ditambah dengan letak Suriah yang berada di kawasan yang tidak stabil. 81 Setelah berhasil menduduki kursi kepemimpinan Suriah yang baru, Hafiz memimpin Suriah secara otoriter. Pemerintahnya hanya mengijinkan satu partai yang berdiri di Suriah dan selalu berusaha menekan munculnya oposisi. Sebagai presiden, Hafiz juga memunyai kekuasaan atas militer dan aparat kemanan Suriah. Partai Ba‟th yang merupakan partai tunggal di Suriah juga berada di bawah kontrol Hafiz. Selain itu, dia juga mengotrol dewan menteri, parlemen, serta pengadilan. 82 Hafiz mampu mempertahankan kekuasaan yang digenggamnya hingga akhir hayat pada 10 Juni 2000. Kekuasaan yang mampu digenggam selama 30 tahun tersebut dipertahankan dengan cara mengkondisikan para pendidik, jurnalis, intelek, serta budayawan guna mempengaruhi masyarakat guna patuh dan mencintai pemimpinnya. Hafiz bersama partai Ba‟th mengontrol hampir semua lini kehidupan rakyatnya seperti dalam hal perekonomian, militer, media, pendidikan, agama, dan lain sebagainya guna menjaga kekuasaannya tetap aman di genggamannya. 83 Selain itu Hafiz juga melakukan restrukturisasi dan membuat sistem politik formal yang 81 Rubin, The Truth about Syria, hal 32. 82 Janis Berzins, “Civil War in Syria: Origin, Dynamics, and Possible Solutions”, National Defence Academy of Latvia, Strategic Review, no 7, Agustus 2013, hal 1. 83 Rubin, The Truth about Syria, hal 44-45. dapat melegitimasi pemerintahannya dengan tujuan untuk mengontrol masyarakat Suriah. 84 P artai Ba‟th mempunyai peran penting dalam mendukung langgengnya kekuasaan Hafiz. Partai Ba‟th memiliki anggota sekitar 65,000 orang pada tahun 1970 saat Hafiz memulai kekuasaannya di Suriah. Namun dengan seiring berjalannya waktu partai tersebut mengalami peningkatan jumlah anggota yang signifikan yaitu mencapai satu juta anggota pada tahun 1992 dan pada tahun 2005 total anggotanya berjumlah 1,8 juta anggota. Partai ini juga bertugas untuk memastikan berbagai pihak untuk tunduk dan loyal terhadap kepemimpinan Hafiz yang mendominasi partai tersebut. 85 Setelah berkuasa sekian lama, Hafiz mempersiapkan anak laki-laki tertuanya Basil untuk meneruskan kepemimpinannya kelak ketika ia telah berpulang. Namun rencana hanyalah tinggal rencana, Basil mengalami kecelakaan yang mengakibatkan ia meregang nyawa pada Januari tahun 1994. Akibat peristiwa tersebut Bashar adik Basil yang tidak memunyai latar belakang di bidang politik kemudian dipersiapkan dengan sedemikian cara untuk menjadi pemimpin Suriah kelak menggantikan ayahnya. Hafiz mengkondisikan Bashar sehingga ia mendapat dukungan dari militer 84 Rabil, Syria, The United State, and The War on Terror, hal 28. 85 Rubin, The Truth about Syria, hal 45. dan aparat keamanan. Selain itu Hafiz juga membangun citra baik Bashar di kalangan rakyat Suriah, serta mendidiknya untuk menjadi pemimpin masa depan Suriah. 86 Ketika Hafiz wafat pada 10 Juni 2000 berdasarkan konstitusi maka wakil presiden Khaddam menjadi presiden sementara. Tidak lama dari waktu tersebut Bashar menjadi sekretaris jenderal partai Ba‟th dan kemudian mencalonkan diri sebagai kandidat presiden Suriah. Pada 10 Juli 2000 dilakukan referendum guna menentukan Presiden Suriah sepeninggal Hafiz. Referendum tersebut kemudian memenangkan Bashar dengan suara sebesar 97,3 sebagai presiden terpilih menggantikan ayahnya. 87 Pada saat Bashar telah menjadi presiden, ia mempunyai agenda untuk membuka perekonomiannya bagi pasar internasional serta menyesuaikan negaranya dengan globalisasi yag telah merebak. Bashar memiliki prioritas untuk mempercepat moderenisasi para kader serta memperkuat institusi negara melalui reformasi administrasi. Selain itu, pemerintah menginisiasi prinsip jalan tengah dengan cara ekspansi sektor swasta dan pada waktu yang bersamaan pemerintah melakukan reformasi pada sektor publik. Lebih lanjut pemerintah melakukan perlindungan sosial selama liberalisasi ekonomi berjalan. 88 86 Leverett, Inhereting Syria, hal 61. 87 Ibid., hal 65-67. 88 Raymond Hinnebusch, “Syria: From „Authorian Upgrading‟ to Revolution?”, International Affairs, Volume 88, No. 1 2013, hal 98. Fenomena Arab Spring yang dimulai pada 2010 oleh sebagian kalangan dinilai tidak akan menghampiri Suriah. Bashar pun mengklaim bahwa negaranya terlindungi oleh identitas yang tidak dapat dipengaruhi serta terlindungi oleh kebijakan luar negeri yang populer. Selain itu, Bashar juga meyakini bahwa reformasi yang dilakukannya telah mampu mengantisipasi kemarahan rakyat. Pemerintahan Suriah telah meningkatkan subsidi pada perminyakan dan membatalkan rencana pemotongan subsidi di berbagai bidang lain. 89 Bashar nampak percaya diri terhadap stabilitas negaranya pada awal-awal fenomena Arab Spring mulai merebak dan mengulingkan rezim-rezim penguasa di negara-negara tetangganya. Selain itu ketika bulan Maret 2011 mulai terlihat mobilisasi masyarakat Suriah yang mengarah pada aksi demonstrasi dan kemudian demostrasi mulai bergulir, Bashar menawarkan reformasi yang lebih subtantif serta menghentikan kekerasan. Namun upaya Bashar tersebut tidak berbuah hasil. Sedangkan di dunia maya para aktivis berupaya membentuk opini bahwa Suriah telah terjangkit fenomena Arab Spring walau kenyataannya masih sangat sedikit aksi demostrasi yang terjadi di negaranya. Bergulirnya waktu membuat demonstrasi berkembang menjadi besar dan meluas hampir di seluruh wilayah Suriah. 90

B. Konflik Antara Pemerintah dan Pihak Oposisi Suriah