yaitu Lebanon. Namun demikian kebijakan tersebut tetap berlaku walaupun tidak mendapat dukungan dari seluruh anggota.
129
B. Alasan Liga Arab Mendukung Kubu Oposisi Suriah
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai penyebab Liga Arab mendukung kelompok oposisi di Suriah. Dalam sub bab sebelumnya telah diungkap bahwa
ternyata tidak semua anggota Liga Arab mendukung kebijakan untuk mendukung oposisi Suriah, misalnya negara Aljazair dan Irak yang menolak untuk mendukung
kelompok oposisi tersebut. Selain terhadap dukungan di atas, Liga Arab nampak terpecah dalam dua pandangan terhadap rencana intervensi militer Barat di Suriah.
Pada satu sisi Arab Saudi dan Qatar sangat mendukung intervensi oleh Barat di Suriah. Sementara Irak, Lebanon, Mesir, dan Libia menentang usulan intervensi
militer negara Barat di Suriah.
130
Kebijakan Liga Arab terhadap Suriah menurut Martin Beck didasari oleh nilai-nilai HAM. Pemerintah Suriah dinilai telah melakukan pelanggaran HAM
terhadap rakyatnya. Namun demikian kebijakan tersebut dipandang mempunyai standar ganda, khususnya terhadap negara-negara yang sangat aktif dalam
merumuskan kebijakan Liga Arab terhadap Suriah. Negara-negara yang menjadi aktor utama dalam kebijakan tersebut adalah Arab Saudi dan Qatar yang mempunyai
129
“Arab League to the Syrians: Fight on”, Alakhbar, 7 Maret 2013, http:english.al- akhbar.comnode15173; diunduh pada 25 November 2014.
130
“Arab League split over Syria crisis”, Press TV, 3 September 2013, tersedia di: http:www.presstv.comdetail20130903321808arab-league-split-over-syria-crisis; diunduh pada
30 November 2014.
rekam jejak yang buruk dalam masalah HAM. Selain itu standar ganda juga dapat dilihat ketika Bahrain menangani demonstrasi dengan cara militer pada tahun 2011,
namun Liga Arab tidak mengambil tindakan yang berarti.
131
Menurut Clive Archer yang telah tertulis dalam bukunya yang berjudul Internationl Organizations, organisasi internasional merupakan suatu instrumen yang
digunakan oleh negara-negara anggota untuk mencapai tujuan tertentu berdasar tujuan politik luar negerinya.
132
Pada kebijakan Liga Arab sebagaimana dijelaskan di atas dapat terlihat bahwa tidak semua negara setuju dengan kebijakan yang
mendukung kelompok oposisi Suriah. Di sisi lain negara seperti Arab Saudi dan Qatar sangat mendukung upaya-upaya yang ditujukan untuk menggulingkan
pemerintahan Bashar di Suriah. Selain itu, Liga Arab menurut Armenak Tokmajyan telah mengalami
perubahan dominasi kepemimpinan oleh negara anggota. Sebelum Arab Spring menerpa kawasan Timur Tengah, Liga Arab didominasi oleh Mesir dan Suriah,
namun setelah Arab Spring melanda negara-negara Timur Tengah termasuk Mesir dan Suriah, pada saat itu juga secara tidak langsung kepemimpinan Liga Arab
berpindah ke negara Arab Saudi dan Qatar. Kedua negara tersebut mendominasi Liga Arab dengan didukung ekonomi dalam negeri yang kuat. Selain itu, Tokmajyan
memandang bahwa Qatar mempunyai kontrol yang besar terhadap masalah konflik
131
Beck, “The Arab League”, hal 3.
132
Archer, International Organizations, hal 130.
Suriah di Liga Arab. Qatar juga memasukkan kepentingan negaranya dalam setiap aksinya menangani konflik di Suriah.
133
Tokoh oposisi Suriah Haytam Manna juga mengungkapkan keterlibatan Qatar dalam menghentikan sementara keanggotaan pemerintah Suraih di Liga Arab dan
menggantikannya dengan kelompok oposisi Suriah. Lebih jauh, Haytam mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan Qatar karena motif kebencian Hamad terhadap Bahsar
serta posisi Qatar yang berseberangan dengan Suriah.
134
Dengan melihat kondisi seperti dijelaskan di atas, maka patut diduga kuat bahwa motif Liga Arab untuk mendukung kelompok oposisi Suriah adalah karena
Liga Arab sebagai organisasi internasional merupakan instrumen yang digunakan oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai kepentingan negara sebagaimana
yang diungkapkan oleh Clive Archer. Dari uraian di atas juga dapat terlihat bahwa negara yang menyisipkan kepentingannya dalam Liga Arab untuk mendukung
kelompok oposisi Suriah adalah Qatar dan Arab Saudi. Selain itu di atas juga telah dijelaskan bahwa sejak awal kemunculannya pada
tahun 2012, pihak oposisi telah dibantu oleh Arab Saudi dan Qatar. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh Liga Arab untuk mendukung kelompok oposisi
dengan memberikan hak kepada anggota untuk membantu persenjataan adalah upaya Arab Saudi dan Qatar untuk melegitimasi dukungan mereka kepada oposisi melalui
133
Tok ajya , A Bra d Ne Arab League .
134
Ibid.,
Liga Arab. Kebijakan tersebut juga dapat dilihat sebagai upaya bagi pendukung kelompok oposisi Suriah untuk menggalang dukungan internasional secara lebih luas.
Argumen di atas juga sejalan dengan asumsi inti Liberal Institusional yang dikemukakan oleh Baylis dan Smith. Menurut mereka, negara merupakan aktor
utama dalam hubungan internasional serta bersifat rasional. Sebagai aktor yang dominan dan rasional negara selalu berusaha memaksimalkan kepentingan negaranya
dalam segala isu.
135
Dalam hal ini Qatar dan Arab Saudi berusaha memaksimalkan kepentingan negaranya di tengah konflik yang terjadi di Suriah melalui Liga Arab
yang mereka dominasi. Analisa tersebut juga diperkuat oleh pandangan Jonathan Schanzer yang
mengatakan bahwa Qatar dan Arab Saudi yang dikuasai oleh kelompok Sunni menginginkan Bashar yang juga aliansi negara Iran yang dipimpin oleh Syiah segera
dapat digulingkan. Hal tersebut disebabkan Iran merupakan ancaman bagi kawasan Timur Tengah karena dipandang sebagai sarang teroris dan memiliki nuklir yang
mengancam keamanan kawasan Timur Tengah dan lebih luas secara global. Salah satu cara untuk melemahkan Iran adalah melemahkan aliansinya terlebih dahulu yaitu
Suriah.
136
Lebih jauh jika melihat tindakan yang diambil oleh Qatar dan Arab Saudi dalam mempengaruhi kebijakan Liga Arab, maka kebijakan tersebut tidak semata-
135
Baylis Smith, The Globalization, hal 213.
136
Schanzer, “Saudi Arabia is Arming Syrian Opposition”.
mata hanya karena kepentingan Qatar dan Arab Saudi. Menurut Zachary Laub, Amerika Serikat dengan kekuasaan yang dimilikinya mendesak negara-negara teluk
untuk turut andil dalam mendukung kelompok oposisi Suriah dari segi pendanaan, persenjataan maupun diplomasi. Lebih lanjut Laub mengatakan bahwa negara yang
mempunyai andil besar dalam memdukung kelompok oposisi adalah Arab Saudi dan Qatar. Kedua negara yang memiliki aliansi kuat dengan negara adikuasa tersebut
mendapatkan desakan untuk memberikan dukungan kepada kelompok ekstrimis terkait persenjataan yang salah satunya melalui SMC.
137
Pandangan Laub diatas juga diamini oleh Ken Sofer dan Juliana Shafroth dari Center for American Progress yang telah diuraikan pada BAB III. Kelompok militer
oposisi seperti SMC dan SLF mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Arab Saudi dan Qatar. Lebih spesifik Sofer dan Shafroth
mengatakan bahwa konglomerat Arab Saudi dan Qatar memberikan dukungan kepada kelompok Islam radikal SIF.
Jika dilihat lebih jauh, maka keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik di Suriah bukanlah tanpa sebab. Riki Rahman dan Zarina Othman mengungkapkan
kebijakan Amerika Serikat merupakan wujud dari pengejawantahan kepentingan nasionalnya. Amerika Serikat akan melakukan respon dengan cepat, melakukan
tekanan, hingga intervensi militer terhadap negara-negara yang didalamnya Amerika
137
Zachary Laub, “Syria‟s Crisis and the Global response”, Council on Foreign Relation, 11 September 2013, tersedia di: http:www.cfr.orgsyriasyrias-crisis-global-responsep28402; diunduh
pada 25 November 2014.
Serikat memiliki kepentingan. Menurut Rahman dan Othman Amerika Serikat mempunyai fokus penguasaan pada bidang politik, ekonomi dan militer di Timur
Tengah guna mempertahankan hegemoni serta kepentingan negaranya.
138
Dari paparan Rahman dan Othman diatas, dapat diduga kuat bahwa di balik kebijakan Liga Arab untuk mendukung kelompok oposisi juga terdapat kepentingan
Amerika Serikat. Amerika Serikat berupaya untuk meraih kekuasaan politik, ekonomi dan militer di kawasan Timur Tengah, dalam kasus ini di Suriah. Hal tersebut
dilakukan baik secara langsung maupun melalui tekanan yang diberikan terhadap Qatar dan Arab Saudi untuk mendukung kelompok oposisi Suriah.
Analisa keterlibatan Amerika Serikat dalam mendukung kelompok oposisi Suriah tersebut juga di sampaikan oleh Berzins. Amerika Serikat menurut Berzins
mempunyai tujuan yang jelas dalam mendukung kelompok oposisi Suriah. Salah satu tujuannya adalah untuk menyebarkan demokrasi yang dianut oleh Amerika Serikat
serta menguasai perekonomian Suriah. Selain itu Amerika mendukung kelompok oposisi karena Suriah selama ini merupakan aliansi Rusia dan Cina yang
menghalang-halangi hegemoni Amerika Serikat.
139
C. Dampak Kebijakan Liga Arab Mendukung Oposisi Suriah terhadap Konflik di Suriah