Fenomena Arab Spring yang dimulai pada 2010 oleh sebagian kalangan dinilai tidak akan menghampiri Suriah. Bashar pun mengklaim bahwa negaranya
terlindungi oleh identitas yang tidak dapat dipengaruhi serta terlindungi oleh kebijakan luar negeri yang populer. Selain itu, Bashar juga meyakini bahwa reformasi
yang dilakukannya telah mampu mengantisipasi kemarahan rakyat. Pemerintahan Suriah telah meningkatkan subsidi pada perminyakan dan membatalkan rencana
pemotongan subsidi di berbagai bidang lain.
89
Bashar nampak percaya diri terhadap stabilitas negaranya pada awal-awal fenomena Arab Spring mulai merebak dan mengulingkan rezim-rezim penguasa di
negara-negara tetangganya. Selain itu ketika bulan Maret 2011 mulai terlihat mobilisasi masyarakat Suriah yang mengarah pada aksi demonstrasi dan kemudian
demostrasi mulai bergulir, Bashar menawarkan reformasi yang lebih subtantif serta menghentikan kekerasan. Namun upaya Bashar tersebut tidak berbuah hasil.
Sedangkan di dunia maya para aktivis berupaya membentuk opini bahwa Suriah telah terjangkit fenomena Arab Spring walau kenyataannya masih sangat sedikit aksi
demostrasi yang terjadi di negaranya. Bergulirnya waktu membuat demonstrasi berkembang menjadi besar dan meluas hampir di seluruh wilayah Suriah.
90
B. Konflik Antara Pemerintah dan Pihak Oposisi Suriah
89
March Lynch, The Arab Uprising: The Unfinished Revolutions of The Middle East, New York: Public Affairs, 2012 hal 443-444.
90
Ibid., hal 448.
Gambaran konflik yang terjadi antara pemerintah Suriah dan pihak oposisi Suriah secara singkat telah digambarkan pada BAB 1. Konflik ini tidak terlepas dari
fonomena yang disebut sebagai Arab Spring yang melanda negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Sebagian negara yang dilanda Arab Spring telah mampu
menggulingkan rezim-rezim penguasa baik dengan cara militer, demonstrasi, maupun tekanan pihak-pihak tertentu. Namun tidak demikian dengan Suriah, hingga skripsi
ini ditulis rezim di Suriah masih bersikukuh mempertahankan kekuasaannya walau mendapatkan berbagai perlawanan dan tekanan baik secara militer maupun non
militer dari berbagai pihak. Pertentangan sebagian masyarakat Suriah dengan pemerintah yang telah
berubah menjadi perang tersebut kini menjadi suatu perang rumit. Menurut Broto Wardoyo, setidaknya konflik di Suriah dapat dipetakan menjadi tiga kelompok
utama. Kelompok tersebut terdiri dari kelompok pemerintah beserta kelompok pendukung. Kemudian kelompok penentang pemerintahan tersebut atau pihak oposisi
yang terdiri dari beberapa kelompok didalamnya. Kelompok yang terakhir adalah kelompok milisi-milisi Kurdi yang menentang pemerintahan yang berkuasa namun
tidak benar-benar bergabung dengan pihak oposisi.
91
Kelompok pemerintah beserta pendukungnya merupakan kelompok yang solid dalam konflik yang terjadi di Suriah. Hal ini dikarenakan oleh berbagai sebab,
91
Broto Wardoyo, “Anatomi dan Penyelesaian Konflik Internal di Suriah”, Analisis CSIS, volume 43, no. 2, Juni 2014, hal 183.
diantaranya karena rezim yang dipimpin oleh Bashar telah menguasai militer Suriah sejak kepemimpinan ayahnya Hafiz. Selain itu terdapat juga kelompok menengah
Sunni atau kelompok aristrokat Sunni yang berkoalisi dengan pemerintah sejak zaman Hafiz. Koalisi tersebut dibentuk sejak Hafiz berkuasa dengan tujuan kelompok
aristrokasi Sunni tersebut tidak melakukan perlawanan kepada pemerintah yang berkuasa.
92
Menurut Joshua Landis, Presiden Hafiz telah mempersiapkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada kekuasaan yang digenggamnya. Hafiz berupaya
mengontrol militer dengan mengisi jabatan-jabatan penting di bidang militer dengan anggota keluarganya. Dia melatih anak-anaknya serta keluarganya sehingga ahli
militer dan dapat mengamankan negaranya. Hal tersebut dilakukan Hafiz karena dia percaya bahwa hanya keluarga terdekat yang dapat dipercaya.
93
Sementara kelompok kedua adalah milisi-milisi Kurdi yang terpecah menjadi dua kelompok yang berbeda. Pecahan pertama bergabung dengan koalisi oposisi
penentang pemerintah Bashar. Sedangkan pecahan kedua memilih tetap berdiri sendiri tanpa menunjukkan dukungan pada kedua belah pihak yang bertikai.
Kelompok Kurdi merupakan kelompok yang diberi perlakuan khusus di Suriah oleh pemerintah yang berkuasa. Perlakuan spesial tersebut diberikan oleh rezim penguasa
92
Ibid, hal 184.
93
Joshua Landis, “The Syrian Uprising of 2011: Why The Asad Regime Is Likely to Survive to 2013”, Middle East Policy, Volume XIX, no. 1, Spring 2012 Landis, hal 73.
karena kelompok ini dianggap dapat dimanfaatkan guna memengaruhi negara Turki.
94
Kelompok oposisi penentang pemerintah terdiri dari berbagai kelompok- kelompok kecil yang tidak begitu solid. Kubu ini terdiri dari Koalisi Nasional Suriah
SNC, Tentara Pembebasan Suriah FSA, Badan Koordinator Nasional NBC, serta kelompok-kelompok kecil yang berada di daerah. Kelompok oposisi ini mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu dengan munculnya pemain-pemain baru maupun terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh adalah kemunculan
Koalisi Nasional NC yang merupakan bentukan dari SNC. Selain itu juga terdapat Supreme Joint Military Command SMC, Syrian Liberation Front SLF, serta
Syrian Islamic Front SIF.
95
SNC sebagai kelompok oposisi utama di Suriah, SNC mengklaim bahwa mereka merupakan pemimpin dari kelompok-kelompok oposisi di Suriah. Akan tetapi
pada kenyataannya kelompok-kelompok tersebut masih terpecah dan tidak benar- benar berada dalam kontrol SNC. Hal tersebut nampak pada klaim SNC yang
menyatakan bahwa FSA berada dibawah kontolnya, namun di lapangan mereka bertempur secara independen. Selain itu FSA yang dipimpim oleh Colonel Asaad pun
tidak terorganisir dan terkomando dengan baik.
96
94
Wardoyo, “Anatomi dan Penyelesaian Konflik”, hal 185-186.
95
Ibid., hal 186-187.
96
Landis, “The Syrian Uprising of 2011”, hal 75.
Selain kelompok-kelompok diatas juga muncul kelompok yang dipandang radikal dalam melawan rezim pemerintahan, yaitu ISIS dan Al-Nusra. Islamic State
of Iraq and Syria ISIS merupakan kelompok organisasi yang dibentuk di Iraq pada tahun 2006 yang kemudian melebarkan sayapnya hingga ke Suriah dengan tujuan
mendirikan negara Islam. Sedangkan Al-Nusra merupakan kelompok yang berafiliasi kuat dengan al-Qaeda yang dibentuk pada tahun 2012. Al-Nusra diperkirakan
mempunyai lebih dari enam ribu anggota.
97
Kelompok oposisi Suriah juga dapat dipetakan berdasarkan ideologi yang diusung serta cara yang digunakan untuk memperjuangkan cita-citanya di Suriah
seperti pada gambar dibawah ini: Gambar 3. Kelompok-kelompok oposisi Suriah
Sumber: Wardoyo, “Anatomi dan Penyelesaian Konflik”, hal 188
97
Berzins, “Civil War in Syria”, hal 4.
ISIS, Al-Nusra
IM SIF
SLF SNC, NC
FSA Islamis
Sekuler Gerakan
Politik Militeristik
Pada gambar diatas digambarkan bahwa terdapat kelompok yang memperjuangkan cita-citanya di Suriah dengan jalur politik, yaitu kelompok
Ikhwanul Muslimin IM, SNC, dan NC. Namun dari tiga kelompok tersebut mempunyai perbedaan ideologi yang diusung, IM mengusung ideologi Islam,
sedangkan SNC dan NC mengusung ideologi sekuler. Pada sisi lain terdapat kelompok yang memperjuangkan cita-citanya dengan cara militer, yaitu ISIS, Al-
Nusra, SIF, SLF, FSA. Kelompok yang memperjuangkan cita-citanya dengan cara militer ini memiliki dua ideologi yang berbeda juga, ISIS, Al-Nusra, SIF mengusung
ideologi Islami, sedangkan SLF dan FSA mengusung ideologi sekuler. Perang sipil yang terjadi di Suriah terus berkembang kearah yang semakin
buruk dari waktu ke waktu. Pada awal peperangan hanya terjadi perang antara rezim pemerintah dengan pihak oposisi. Seiring berjalannya waktu kelompok oposisi pun
terpecah, bahkan saling perang di antara mereka. Dibawah ini disajikan peta konflik antara rezim Bashar dengan kelompok-kelompok oposisi Suriah yang menggunakan
cara militer:
Gambar 4. Peta Konflik Suriah tahun 2013.
Sumber: http:www.polgeonow.com201312syria-civil-war-map-december-2013-12.html diunduh pada 26 Oktober 2013.
Dari peta konflik diatas dapat dilihat bahwa konflik antara rezim Bashar dengan kelompok-kelompok oposisi hampir terjadi di seluruh kawasan di Suriah.
Namun diantara kelompok oposisi yang melawan rezim pemerintah, kelompok ISIS dan Al-Nusra sebagain besar tentaranya terdiri dari negara lain yang ikut serta
berperang dengan tujuan mendirikan negara Islam. Sedangkan kelompok oposisi
lainnya hampir seluruh anggotanya adalah rakyat Suriah. ISIS dan Al-Nusra dipandang sebagai kelompok radikal yang tidak hanya berperang melawan rezim
pemerintah, namun juga dengan kelompok oposisi lain. Hal tersebut mengakibatkan perebutan kekuasan di wilayah-wilayah Suriah tidak hanya terjadi antara pihak
oposisi dengan rezim pemerintah, namun juga diantara kolompok oposisi yang berbeda.
98
Dengan kondisi yang sedemikian kacau di Suriah, rezim pemerintah beranggapan bahwa negaranya merupakan objek yang menjadi sararan oleh Israel,
Barat serta negara-negara Arab yang pro-Barat. Upaya penggulingan rezim pemerintah ditujukan untuk memenuhi kepentingan Barat dan Israel di kawasan
Timur Tengah. Bashar melihat bahwa munculnya kubu oposisi radikal di Suriah merupakan bentuk dari upaya Arab Suadi dan Qatar yang merupakan aliansi Barat
untuk menumbangkan rezim pemerintahannya.
99
Pernyataan rezim pemerintah tersebut bukan hanya bualan semata untuk memerangi para ekstrimis. SMC yang berupaya mengkoordinir pasukan bersenjata
kelompok-kelompok oposisi didukung oleh Amerika beserta sekutunya. Negara- negara seperti Arab Saudi, Qatar, Mesir, Uni Emirate Arab, Turki, Inggris, Perancis,
Jerman, dan Itali yang merupakan sekutu Amerika Serikat turut membantu SMC
98
“Syria Civil War Map: December 2013”, Political Geography Now, 15 Desember 2013, tersedia di: http:www.polgeonow.com201312syria-civil-war-map-december-2013-12.html; diunduh pada 28
Maret 2014.
99
Muriel Asseburg dan Heiko Wimmen, “The Civil War and the Impotence of International Politics”, Peace Report, 2013, hal 72.
dalam hal pendanaan serta mensuplai persenjataan. Dukungan tersebut kemudian disalurkan kepada kelompok-kelompok yang tergabung dalam SMC seperti FSA
yang merupakan kelompok oposisi bersenjata terbesar dan SLF. Sedangan kelompok SIF yang berideologi Islamis didukung oleh para konglomerat Arab Saudi, Qatar,
serta negara-negara teluk lainnya.
100
Namun dalam menghadapi kubu oposisi Bashar tidak sendirian, rezimnya juga didukung dari pihak luar. Salah satu pendukungnya setianya adalah Iran yang
berupaya mendukung rezim pemerintah dengan segala cara. Iran mendukung suplai energi, militer, dan ekonomi guna mempertahankan rezim pemerintah supaya tidak
dapat digulingkan oleh kubu oposisi. Selain itu juga ada Rusia dan China yang memperkuat rezim pemerintah baik secara sekonomi, militer, dan secara politik pada
tataran internasional dalam menghadapi Amerika Serikat dan sekutunya.
101
Melihat paparan perkembangan konflik Suriah di atas terlihat semakin memburuk dan rumit. Fenomena demokratisasi di Timur Tengah yang banyak
digaungkan oleh Barat akan membawa perbaikan telah berubah menjadi perang sipil yang berkepanjangan. Kepentingan-kepentingan pihak eksternal pun juga turut
memperburuk konflik yang terjadi di Suriah. Hal tersebut tidak hanya menimbulkan dampak buruk bagi negara Suriah, namun juga berpengaruh terhadap negara-negara
di sekitar Suriah bahkan secara global.
100
Ken Sofer dan Juliana Shafroth, “The Structure and Organization of the Syrian Opposition”, Center for American Progress, 14 May 2013, hal 5-7.
101
Asseburg dan Wimmen, “The Civil War”, hal 73.
C.
Dampak Konflik Suriah Pada Era Arab Spring Terhadap Negara-Negara di Timur Tengah
Pergolakan dan konflik di Suriah sesungguhnya tidak terlepas dari pengaruh dari lingkungan eksternal Suriah. Penggulingan rezim-rezim otoriter di wilayah
Timur Tengah dan Afrika turut memicu hal serupa di Suriah. Pada era global ini memang tidak ada satu negarapun yang mampu berdiri sendiri tanpa hubungan
dengan negara-negara lain. Hubungan tersebut sering kali menimbulkan pengaruh bagi negara-negara yang berinteraksi. Begitu juga dengan konflik Suriah yang juga
dimulai karena mendapat pengaruh dari luar, kemudian juga kembali memengaruhi negara-negara tetangga Suriah bahkan mempunyai pengaruh yang lebih luas secara
global. Sekretaris Jenderal Liga Arab, Nabil al-Arabi senada dengan para pengamat
melihat bahwa perang sipil di Suriah akan memberikan pengaruh signifikan terhadap negara-negara tetangga Suriah.
102
Hal tersebut dapat dilihat dari negara Suriah yang memiliki wilayah strategis yang berada di tengah-tengah persaingan di Timur Tengah
mengakibatkan kondisi yang terjadi di Suriah sangat mempengaruhi negara-negara di sekitarnya. Letak negara Suriah bersinggungan langsung dengan Irak, Lebanon,
Israel, Palestina, Turki beserta permasalahan Kurdi dan Iran yang keseluruhan sangat mempengaruhi dinamika Timur Tengah. Secara langsung mapun tidak langsung,
102
Andrew Spath, “Opposition Groups in Syria: Myths and Realities”, Foreign Policy Research Institute, Januari 2012, tersedia di: http:www.fpri.orgarticles201201opposition-groups-syria-
myths-and-realities; diunduh pada 4 Nopember 2014.
konflik yang terjadi di Suriah juga memengaruhi stabilitas serta hubungan di antara negara-negara tetangga Suriah.
103
Menurut Daniel L. Byman dan Kenneth M. Pollack, perang sipil di Suriah yang awalnya hanya mencakup wilayah domestik Suriah dapat menjadi bencana bagi
negara-negara tetangga Suriah. Hal tersebut dikarenakan perang sipil yang berkepanjangan biasanya akan berdampak kepada lingkungan sekitar. Bencana akan
muncul dari berbagai sebab seperti permasalahan pengungsi, terorisme, intervensi, dan separatisme yang dapat menimbulkan berbagai dampak multidimensi. Besar
kecilnya dampak tersebut bergantung pada jangka waktu dan parahnya konflik yang terjadi di Suriah.
104
Dampak secara langsung dari perang sipil yang terjadi di Suriah telah dirasakan oleh negara-negara tetangga Suriah sejak perang mulai pecah antara rezim
pemerintah dengan kubu opposisi. Turki yang mempunyai wilayah yang bersinggungan dengan Suriah pada 3 Oktober 2012 terkena dampak bom yang
berasal dari konflik di Suriah yang menewaskan lima orang penduduk sipil di perkampungan Akcakale. Dari peristiwa tersebut Turki meningkatkan keamanan
perbatasan negaranya yang dekat dengan Suriah dengan mengirim tank dan
103
The State of Barbary, hal 57.
104
Daniel L. Byman dan Kenneth M. Pollack, “The Syrian Spillover: Is anyone prepare for the
unintended consequences of the war for Syria?”, Foreign Policy, 10 Agustus 2012, tersedia di: http:www.foreignpolicy.comarticles20120810the_syrian_spillover; diunduh pada 6 Nopember
2014.
perlengkapan militer guna mengamankan wilayahnya.
105
Kemudian pada Januari 2013 Turki meminta bantuan beberapa anggota NATO yaitu Jerman, Amerika Serikat
dan Belanda untuk menjaga perbatasan Turki dengan Suriah.
106
Pada bulan yang sama dengan tewasnya lima orang di Turki akibat perang di Suriah, beberapa bom juga meledak di dataran tinggi Golan yang dikuasai oleh Israel.
Peristiwa tersebut mempengaruhi Israel untuk meningkatkan keamanan wilayah tersebut dengan mengirimkan tank ke wilayah yang seharusnya bebas dari militer
tersebut. Israel khawatir dengan konflik Suriah yang dapat meluas ke Israel. Rezim Suriah dikhawatirkan melibatkan Hizbullah dari Libanon serta Hamas dari Gaza
dalam perang di Suriah. Negara tetangga Suriah yang lain, yaitu Libanon juga sering terkena dampak ledakan bom yang berasal perang di Suriah yang mengakibatkan
kerusakan. Sementara di Jordania, dampak bom dari Suriah mengakibatkan beberapa penduduk terluka. Sedangkan Irak yang merupakan salah satu tetangga terdekat
Suriah menjadi salah satu negara yang penduduknya ikut mendukung peperangan sipil baik di sisi pemerintah maupun sisi oposisi.
107
Selain itu, dampak yang dirasakan oleh negara-negara tetangga Suriah sejak awal konflik di Suriah diantaranya adalah permasalahan pengungsi Suriah yang
mengungsi ke negara-negara tetangga. Diantara negara-negara tetangga yang menjadi
105
“How Syria‟s Civil War is Spilling Over”, Aljazeera, 12 November 2012, tersedia di: http:www.aljazeera.comnewsmiddleeast20121120121112193038751565.html; diunduh pada 4
Nopember 2014.
106
Asseburg dan Wimmen, “The Civil War”, hal 79.
107
“How Syria‟s Civil War is Spilling Over”.
tujuan utama pengungsi adalah Lebanon, Yordania, Turki, Irak, dan Mesir. Permasalahan pengungsi tersebut tidak hanya menjadi perhatian bagi negara-negara
tetangga yang dituju oleh pengungsi, namun juga telah menjadi perhatian PBB sehingga meluncurkan program darurat kemanusian bagi pengungsi Suriah.
108
Pengungsi tersebut dapat menjadi permasalahan yang sulit bagi negar-negara tujuan pengungsi. Para pengungsi dapat menjadi sumber konflik pada negara yang
menerima mereka. Lebih dari itu para pengungsi yang mayoritas warga sipil kerap kali menjadi target dalam perang sipil.
109
Di bawah ini disajikan gambar para pengungsi Suriah yang mengungsi ke negara-negara tetangga:
Gambar 5. Pengungsi Suriah di negara-negara sekitar tahun 2013.
108
Henriette Johansen, “A Humanitarian Tragedy for Syrian Refugees”, Memo Middle East Monitor, Januari 2014, hal 4-5.
109
Byman dan Pollack, “The Syrian Spillover”.
Sumber: http:unhcr.org51b0a56d6.pdf diunduh pada 25 Oktober 2014.
Dari data yang dikumpulkan oleh UNHCR di atas hingga Mei 2013 total warga Suriah yang mengungsi ke negara-negara tetangga mencapai lebih dari satu
setengah juta jiwa. Pada gambar di atas terlihat bahwa warga Suriah paling banyak mengungsi ke Lebanon dengan jumlah total 500.654 jiwa, kemudian disusul
Yordania sebanyak 472.764 jiwa, Turki sebanyak 372.326 jiwa, Irak 154.372 jiwa, dan Mesir 75.442 jiwa. Data tersebut merupakan jumlah pengungsi yang telah terdata
dalam UNHCR, namun masih terdapat banyak pengungsi yang belum terdaftar. Selain itu diperkirakan jumlah pengungsi akan semakin bertambah dengan semakin
parah konflik yang terjadi di Suriah.
110
Dengan semakin bertambahnya pengungsi dari Suriah ke negara-negara tetangga seperti telah digambarkan diatas, maka semakin bertambah pula potensi
permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara yang menjadi tujuan pengungsi. Para pengungsi tersebut memberikan beban secara ekonomi maupun politik terhadap
negara-negara tujuan pengungsi. Ancaman instabilitas juga hadir karena semakin bertambahnya populasi pada negara tetangga Suriah yang berkaitan sumber daya
pada negara-negara tersebut.
111
110
“Syria Regional Respon Plan: January to December 2013”, United Nation, tersedia di: http:unhcr.org51b0a56d6.pdf; diunduh pada 25 Oktober 2014.
111
Shiva Pedram, “Syrian refugee Crisis Treathens Stability in the Middle East”, Center for American Progress, 12 Agustus 2014, tersedia di:
http:www.americanprogress.orgissuessecuritynews2014081295595syrian-refugee-crisis- threatens-stability-in-the-middle-east; di unduh pada 4 Nopember 2014.
Dampak konflik Suriah yang dijelaskan diatas terlihat bahwa pengaruh perang sipil yang terjadi semakin hari semakin bertambah dan meluas. Dampak
konflik Suriah diprediksi akan terus berkembang jika perang sipil di tersebut terus berlanjut dan semakin parah. Lebih dari itu terbuka peluang perang sipil tersebut
juga akan berdampak ke negara-negara tetangga Suriah.
BAB IV DUKUNGAN LIGA ARAB PADA KUBU OPOSISI SURIAH PADA ERA