6. Unsur-unsur Dakwah
a. Materi dakwah
Yakni  isi  pesan  atau  materi  yang  disampaikan  da’i  kepada mad’u.
41
Dalam  garis  besarnya,  sebenarnya  telah  jelas,  bahwa  materi da’wah  adalah  seluruh  ajaran  Islam  secara  tidak  di  potong-potong.
Ajaran  Islam  telah  tertuang  dalam  :Al- Qur’anul  Karim  dan  Sunnatur
rasul Muhammad SAW, sedangkan pengembangannya kemudian akan mencakup seluruh kultur Islam yang murni yang bersumber dari kedua
sumber pokok ajaran Islam itu.
42
Pesan  atau  materi  dakwah  adalah  pesan-pesan  atau  segala sesuatu  yang  harus  disampaikan  oleh
Da’i  kepada  mad’u,  yaitu keseluruhan  ajaran  Islam,  yang  ada  di  dalam  Kitabullah  maupun
sunnah Rasul-Nya.
43
Secara umum pokok isi Al-Quran meliputi: 1
Akidah 2
Ibadah 3
Muammalah 4
Akhlak 5
Sejarah 6
Prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi, yaitu petunjuk-petunjuk singkat  yang  memberikan  dorongan  kepada  manusia  untuk
mengadakan  analisa  dan  mempelajari  isi  alam  dan  perubahan- perubahannya.
41
Artikel diakses
pada 15
Maret 2010
dari http:mantanresidivis.wordpress.com20100507dakwah-tabligh-dan-propaganda
42
Artikel di akses pada 15 Maret 2010 dari http:www.uinsuska.info
43
Aliyudin. Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Bandung: Fakultas Dakwah UIN Sunan Gunung Djati,2007, h.14
7 lain-lain berupa anjuran-anjuran, janji-janji, ataupun ancaman
44
Dalam materi dakwah di harapkan para penyuluh agama da’i
dalam hal ini sebagai agen perubah menyampaikan ajaran agama Islam senantiasa  memasukkan  difusi  ide-ide  yang  terbaru  inovasi,
sehingga  audiens  tidak  merasa  bosan.  Ide-ide  terbaru  tersebut  harus sesuai dengan ajaran Islam.
Pada  dasarnya  materi  dakwah  itu  adalah  al- Qur’an,  as-hadits
memperhatikan beberapa azas dakwah antara lain : 1
Azas Filosofis: azas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubungannya  dengan  tujuan-tujuan  yang  hendak  dicapai  dalam
proses atau dalam aktivitas dakwah. 2
Azas  Kemampuan  dan  Keahlian  Da’i  achievement  and pro-fessional.
3 Azas  Sosiologis  :  azas  ini  membahas  masalah-masalah  yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dak-wah. 4
Azas  Psikologis:  azas  ini  membahas  masalah  yang  erat hubungannya dengan kejiwaan manusia.
5 Asas  Efektivitas  dan  Efisiensi  :  asas  ini  maksudnya  adalah  di
dalam  aktivitas  dakwah  harus  menyeimbangkan  antara  biaya, waktu  maupun  tenaga  yang  dikeluarkan  dengan  pencapaian
hasilnya, bahkan kalau bisa waktu,  biaya dan tenaga sedikit  dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin.
45
44
Ibid, h.14
45
Artikel di akses pada 15 Maret 2010 dari http:puijabar.org
b. Da’i pelaku dakwah
Yakni  orang  yang  melaksanakan  dakwah  baik  secara  lisan, tulisan,  maupun  perbuatan  yang  dilakukan  baik  secara  individu,
kelompok atau lewat organisasi atau lembaga.
46
Kata Da’i  berasal  dari  bahasa  Arab  yang  berarti  orang  yang
mengajak.  Menurut  Istilah  Da’i  adalah  orang  yang  mengajak  kepada orang  lain  baik  secara  langsung  atau  tidak  langsung,  melalui  lisan,
tulisan,  ataupun  perbuatan  kearah  kondisi  yang  lebih  baik  menurut ajaran Islam.
47
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia Da’i adalah  orang  yang  kerjanya  berdakwah;  pendakwah:  melalui  kegiatan
dakwah , menyebarluaskan ajaran agama.
48
Da’i dalam istilah lain disebut sebagai subjek dakwah, seorang Da’i  harus  memiliki  keistiqomahan  dalam  melaksanakan  tugasnya
sebagai penyeru kepada jalan yang benar dengan cara-cara yang sesuai dengan Al-quran.
Da’i adalah serang pemandu bagi orang-orang yang ingin  mendapat  keselamatan  hidup  baik  di  dunia  maupun  di  akhirat
kelak.  Oleh  karena  itu  seorang  dai  memiliki  kedudukan  yang  sangat penting  di  tengah-tengah  masyarakat,  dia  menjadi  figur  bagi
masyarakat.  Pada  dasarnya  seorang Da’i  memiliki  tugas  yang  pokok
yaitu meneruskan tugas rasul Muhammad SAW, sebagai pewaris nabi yaitu  menyampaikan  ajaran  Allah  seperti  yang  termuat  dalam  Al-
Quran, dan juga menyampaikan ajaran Rasul SAW as- sunnah.
49
46
Artikel di
akses pada
15 Maret
2010 dari
http:mantanresidivis.wordpress.com20100507dakwah-tabligh-dan-propaganda
47
Aliyudin;Dasar-dasar Ilmu Dakwah, hlm 10
48
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm 18
49
Artikel di
akses pada
15 Maret
2010 dari
http:www.scribd.comdoc8317963Penelitian Dakwah-andri-hasan
Da’i dalam ilmu dakwah bermakna sebagai pelaku dakwah, biasa disebut  dengan  istilah  subyek  dakwah.  Tentang  subyek  dakwah  ini  ada
yang mengatakan hanya da’i atau mubaligh saja. Sedang  da’i  yang  penulis  maksud  adalah  dalam  pengertian  yang
luas, sehingga yang menjadi da’i itu tidak hanya orang yang menyandang predikat  Kyai,  ulama  atau  pemuka  agama  saja,  akan  tetapi  juga  dapat
seorang  guru,  pembina  suatu  organisasi,  orang  tua,  pimpinan  lembaga, atau  profesi-
profesi  yang  lain  termasuk  da’i,  sebab  bagaimanapun profesinya, mereka adalah sebagai pelaku dakwah.
Yang  menjadi  subyek  dakwah  adalah  manusia,  meskipun  ada pendapat  yang  berpendapat  bahwa  yang  menjadi  subyek  dakwah  itu
selain manusia adalah Allah SWT sendiri. Adapun  manusia  yang  menjadi  subyek  dakwah  adalah  semua
muslim  yang  mukallaf  sesuai  dengan  kemampuannya,  kesanggupannya masing-masing,  karena  Islam  tidak  memaksa  manusia,  kecuali  sesuai
dengan  kesanggupannya.  Jadi  sebagaimana  telah  diterangkan  di  atas, bahwa kewajiban dakwah bukan hanya untuk ulama, Kyai atau para santri
dan lembaga-lembaga baik  yang beridentitas lembaga dakwah atau  yang ada  di  bawah  Departemen  Agama,  tetapi  di  luar  itu  semua  wajib  untuk
melaksanakan  dakwah.  Pelukis  dapat  berdakwah  lewat  ekspresi gambarnya,  penulis  atau  wartawan  dapat  berdakwah  lewat  tulisannya,
aktor  dan  aktris  dapat  berdakwah  lewat  aktingnya,  sutradara  dapat berdakwah lewat karya film atau dramanya.
50
50
Artikel di akses pada 15 Maret 2010 dari http:puijabar.org?p=181
Diantara  para  ulama  masih  terjadi  perbedaan  pendapat  tentang dakwah itu, apakah wajib kifayah atau wajib a’in, sementara Muhammad
Abduh  cenderung  berpendapat,  bahwa  dakwah  itu  hukumnya  wajib a’in.
51
Penulis  sendiri  cenderung  kepada wajib  a’in,  hanya  bentuk
dakwahnya  yang  berbeda  tergantung  kepada  profesi  dan  kemampuan masing-masing.
Subyek  dakwah  sangat  menentukan  terhadap  keberhasilan  suatu proses  dakwah  di  samping  faktor  hidayah  Allah  SWT.  Manusia  tertarik
oleh  ajaran  Islam  karena  sikap  subyek  dakwah,  sebagaimana  yang  telah dilakukan  oleh  Rasulullah  SAW.  terhadap  orang  kafir,  sehingga  mereka
mau  masuk  Islam.  Dengan  demikian  faktor  subyek  da’i  sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu proses dakwah.
Tugas da’i adalah untuk membentuk watak manusia yang sesuai dengan  ajaran  agama  Islam.  Oleh  karena  itu  seorang  da’i  menghadapi
tugas  yang sangat berat. Karena manusia dalam situasi alam lingkungan, maka  dia  harus  berinteraksi  dengan  alam  dan  lingkungan  itu.  Untuk
interaksi manusia perlu ketegasan dalam sikap dan wataknya.
52
Da’i juga hendaknya berfungsi sebagai motivator, yaitu orang yang mampu  membangkitkan  semangat  da
n  gairah  mad’u  untuk  semangat dalam  hidup,  sehingga  dapat  melaksanakan  perintah  Allah  SWT.  Oleh
karena  itu  penampilan  seorang  da’i  besar  pengaruhnya  dalam  proses dakwah.  Mad’u  akan  termotivasi  melakukan  mendengarkan  dakwah
51
Syamsuri  Siddiq,  Dakwah  dan  Teknik  Berkhutbah,  ,  Bandung  :PT.  Al- Ma’arif, 1982,
h.12.
52
M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Widjaya, 1982, h.107
apabila  da’i  memberikan  penampilan  yang  meyakinkan  dihadapan mereka.
c. Metode Dakwah
Yakni  jalan  atau  cara  yang  dipakai  juru  dakwah  untuk menyampiakan ajaran materi dakwah Islam. Sesuai dengan firman Allah
surat An-Nahl ayat 125, menyebutkan bahwa ada tiga metode dakwah :
53
Artinya: “Serulah  kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah  dan
pelajaran  yang  baik  dan  bantahlah  mereka  dengan    cara  yang  baik. Sesungguhnya  Tuhanmu  Dialah  yang  lebih  mengetahui  tentang  siapa
yang  tersesat  dari  jalan-Nya  dan  Dialah  yang  lebih  mengetahui  orang- or
ang yang mendapat petunjuk.”
1 Bi  al-hikmah,  yaitu  berdakwah  dengan  memperhatikan  situasi  dan
kondisi sasaran dakwah. 2
Mau’idzotul  Hasanah,  yaitu  dakwah  dengan  memberikan  nasihat- nasihat  atau  menyampaikan  ajaran-ajran  Islam  dengan  rasa  kasih
sayang. 3
Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran  dan  membantah  dengan  cara  yang  sebaik-baiknya  dengan
tidak  memberikan  tekanan-tekanan  yang  memberatkan  pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.
54
53
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan terjemahnya, h.421
54
Artikel di
akses pada
15 Maret
2010 dari
http:mantanresidivis.wordpress.com20100507dakwah-tabligh-dan-propaganda
Perkataan uslub secara jelas tidak disebut dalam Al-Quran, namun begitu  perkataan  yang  hampir  sama  dengan  pengertian  uslub  telah
disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya yang bermaksud: ”  Wahai  orang-orang  yang  beriman  Bertaqwalah  kepada  Allah
dan  carilah  yang  boleh  menyampaikan  kepada-Nya  dengan  mematuhi perintah-Nya dan menjauhi  larangan- Nya dan  berjuanglah  pada jalan
Allah  untuk  menegakkan  Islam  supaya  kamu  beroleh  kejayaan .”  Al-
maidah:35
55
Pengertian  Metode  dalam  kamus  besar  bahasa  indonesia  adalah
cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud di ilmu pengetahuan  dsb;  cara  kerja  yang  bersistem  untuk  memudahkan
pelaksanaan  suatu  kegiatan  guna  mencapai  tujuan  yang  ditentukan.
56
Di dalam  buku  Dasar-dasar  Ilmu  dakwah  karangan  Aliyudin,  M.ag  metode
berasal  dari  bahasa  Yunani  yaitu  methodos,  merupakan  gabungan  dari kata  meta  yang  berarti  melalui,  mengikuti,  sesudah,  dan  kata  hodos
berarti  jalan,  cara.  Jadi  metode  artinya  suatu  cara  atau  jalan  termasuk strategi,  pola  yang  ditempuh  oleh  seorang  dai  dalam  melaksanakan
dakwah. Pada  prinsipnya  metode  dakwah  berpijak  pada  dua  aktivitas  yaitu
aktivitas  bahasa  lisan  atau  tulisan  dan  aktivitas  badan.  Aktivitas  lisan dalam  mennyampaikan  pesan  dapat  berupa  metode  ceramah,  diskusi,
dialog, petuah, nasehat, wasiat, ta’lim, peringatan, dan lain-lain. Aktivitas tulisan berupa penyampaian pesan dakwah melalui berbagai media massa
cetak  buku,  majalah,  koran,  pamflet,  dan  lain-lain.  Aktivitas  badan dalam  menyampaikan  pesan  dakwah  dapat  berupa  berbagai  aksi  amal
55
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan terjemahnya, h. 165
56
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm 529
sholeh contohnya tolong-menolong melalui materi, lingkungan, penataan organisasi atau lembaga-lembaga keislaman.
Menurut  Jamaluddin  Kafie  yang  dikutip  dari  buku  Dasar-dasar Ilmu  Dakwah  Aliyudin,  M.ag  metode  klasik  yang  masih  tetap  up-to-
date adalah: 1
Metode  sembunyi-sembunyi,  pendekatan  kepada  sanak  keluarga terdekat.
2 Metode bilisan, bilqalam,bilhal.
3 Metode bilhikmah, mauidah hasanah, mujadalah bi alati hiya ahsan.
4 Metode tabsyr wa al-tandzir, amar ma’ruf nahi munkar, ta’awanu ala
al-biri wa al- taqwwa, wala ta’awanu ala al-ismi wa al-udwan, dalla
ala al-khair, tawashau bi al- haq wa al-sabr, tadzkirah.
57
Makin  lama  dakwah  akan  berhadapan  dengan  masyarakat  yang makin  maju  dan  rumit,  dari  yang  konvensional  kepada  yang
inkonvensional  atau  dari  alat  yang  langsung  kepada  alat  yang  tidak langsung.  Dakwah  tidak  hanya  akan  mempergunakan  lisan  dan  tulisan,
akan tetapi akan mempergunakan gambar-gambar yang hidup. Seluruh  indera  manusia  yang  bisa  menimbulkan  persepsi  akan
menjadi  sasaran  dakwah,  sebab  tujuan  dakwah  adalah  akan  merubah manusia  sesuai  dengan  pola  yang  diberikan  dakwah.  Dakwah  tidak
langsung  tidak  hanya  menuntut  pengertian  dan  ketrampilan  yang  lebih tinggi  dari  semua  aparat  dakwah,  tetapi  menuntut  keterlibatan  seluruh
potensi yang bisa di sajikan dakwah untuk perbaikan masyarakat.
58
57
Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, h.10
58
M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, h.153
d. Objek Dakwah Mad’u
Yakni  manusia  yang  menjadi  sasaran  dakwah,  atau  manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik
manusia  yang  beragama  Islam  maupun  tidak  atau  dengan  kata  lain, dakwah ditujukan kepada seluruh manusia.
59
Obyek  dakwah  adalah  orang  menerima  pesan  dakwah.  Objek dakwah
adalah manusia,
mulai dari
individu, keluarga,
kelompok,golongan, kaum, massa, dan umat manusia seluruhnya. e.
Media Dakwah  Washilah Yakni  alat  yang  digunakan  untuk  menyampaikan  materi  dakwah
ajaran  Islam  kepada  mad’u.
60
Media  dakwah  adalah  instrument  yang dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang menghubungkan antara dai dan
mad’u.  Pada  prinsipnya  dakwah  dalam  tataran  proses,  sama  dengan komunikasi,  maka  media  pengantar  pesan  pun  sama.  Media  dakwah
berdasarkan  jenis  dan  peralatan  yang  melengkapinya  terdiri  dari  media tradisional  gendang,  rebana,  bedug,  siter,  suling,  wayang,  dll,  media
modern  telephone,  radio,  tape  recorder,  surat  kabar,  buku,  majalah, brosur, poster, dan pamplet, dan perpaduan kedua media tradisional dan
modern  wayang,  sandiwara  yang  bernuansa  Islam  dan  ditayangkan televisi.
61
59
Artikel di
akses pada
15 Maret
2010 dari
http:mantanresidivis.wordpress.com20100507dakwah-tabligh-dan-propaganda
60
Artikel di
akses pada
15 Maret
2010 dari
http:mantanresidivis.wordpress.com20100507dakwah-tabligh-dan-propaganda
61
Artikel di
akses pada
15 Maret
2010 dari
http:www.scribd.comdoc8317963Penelitian Dakwah
7. Prinsip-Prinsip Dakwah