Manajemen pada kegiatan dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun Oleh :

Ta’miruddin Sya’bana

1110053000033

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

i

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar di Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan in telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

ii

Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan

Sebagai lembaga dakwah tentu kegiatan/program dakwah merupakan prioritas yang utama, karenanya semua itu merupakan tugas dan sebagai sumber poros berjalannya lembaga tersebut. Peran dakwah sebagai salah satu bentuk untuk merubah seseorang menjadi lebih baik, tentu sangatlah dibutuhkan di setiap lapisan masyarakat karena sebagai benteng diri dalam menghadapi kemerosotan moral yang akhir-akhir ini sudah banyak terjadi.

Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia Jakarta Selatan merupakan salah satu lembaga dakwah yang lebih bergerak pada tataran generasi muda Islam. Disadari atau tidak, ternyata BKPRMI mampu memberikan sentuhan yang berbeda untuk dapat menciptakan generasi muda Islam yang lebih baik dan berbasis pada masjid.

Dalam segala bentuk pengaplikasian kegiatan dakwahnya yang dilakukan, disini manajemen menjadi alat yang sangat dibutuhkan untuk mengatur pada setiap lini kegiatan dakwah yang sudah terprogram. Tentu dengan adanya manajemen, SDM yang ada mampu bekerja secara maksimal dan program/kegiatan yang sudah direncanakan akan berjalan secara efektif (berdaya guna) dan efisien (berhasil guna).

Setelah penulis menelaah, hal ini menunjukkan bahwa manajemen pada kegiatan dakwah yang dilakukan Dewan Pengurus Daerah BKPRMI Jakarta Selatan sudah berjalan dengan baik sesuai prinsip dan fungsi manajemen modern. Sehingga berdampak positif pada kegiatan dakwah yang sudah ada. Dan yang menjadi subjek penelitian ini adalah pengurus dan anggota yang terlibat di Dewan Pengurus Daerah BKPRMI Jakarta Selatan. Teknik analisis data yang digunakan pada penulisan ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.


(6)

iii

melimpahkan nikmat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Manajemen Pada Kegiatan Dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda dan

Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan”.

Shalawat dan salam dicurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai pembawa cahaya kebenaran dan penyempurnaa akhlak.

Skripsi ini penulis ajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menempuh Ujian Sarjana (Strata-1) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini adalah buah dari proses yang sangat panjang. Serta diberikannya segenap motivasi, kesabaran, kerja keras, serta doa dari seluruh orang yang mensupport penulis, akan sangat mustahil bagi penulis untuk dapat menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ada banyak tangan, sumbangan pikiran dan tenaga yang ikut ambil bagian didalamnya sejak penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

Oleh karena itu penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala dorongan, bantuan moril maupun materil serta segala bimbingannya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iv

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Muhammad Luthfi, M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing dalam menyusun skripsi ini, yang telah banyak memberikan bimbingan dengan penuh bijaksana serta kritikan, ilmu dan motivasi kepada penulis guna selesainya skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Sudarnoto, selaku pembantu rektor III bagian kemahasiswaan (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan spirit motivasi untuk terus menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya di Jurusan Manajemen Dakwah yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Terima kasih penulis ucapkan kepada Kedua Orang Tua Tercinta Drs. H Maswan HM M.Pd.i dan Hj Herlina S.Pd.i yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh ikhlas dan tanpa pamrih. Penulis berterima kasih karena berkat do’a dan dorongan motivasi setiap hari yang diberikan oleh beliau, penulis mampu memiliki rasa tanggung jawab penuh untuk dapat menyelesaikan jenjang Strata Satu ini. Serta kepada Adik-adik yang penulis banggakan, yaitu Ahmad Hudori Syahri, Ahmad Katsiri Agung, dan Muhammad Zaid Fauzi untuk dukungan dan dorongan yang kalian berikan. 8. Kepada Bapak Andri Anas selaku Ketua Umum (DPD) BKPRMI Jakarta


(8)

v

atas bantuan penelitian yang telah disediakan.

9. Kepada para sahabat-sahabat PMII KOMFAKDA maupun KOMPABANGSA yaitu Didik Setyawan, Matsalul Jaki, Sirojuddin, Said, Faiz Mubarok, Didi Triadi serta yang lainnya telah banyak memberikan motivasi, ilmu, dan masukan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima kasih untuk teman-teman MD A angkatan 2010, serta sahabat kelas Nurul Husna, Ahmad Nursyamsi, Alung dan Siro yang banyak memberikan canda tawa dan hiburan, semoga pintu kesuksesaan terus menghampiri kita semua.

11.Terima kasih untuk teman-teman di Jakampus UIN yang selalu loyal dan terus mensuport penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua Amin.

Jakarta, 4 November 2014


(9)

vi

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D.Metodelogi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen ... 12

1. Pengertian Manajemen ... 12

2. Unsur-Unsur Manajemen ... 15

3. Fungsi Manajemen ... 17

4. Tahapan dan Penerapan Manajemen ... 23

B. Dakwah ... 26

1. Pengertian Dakwah ... 26

2. Unsur-unsur Dakwah ... 29


(10)

vii

BAB III GAMBARAN UMUM DEWAN PENGURUS DAERAH

BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA

MASJID INDONESIA JAKARTA SELATAN

A.Sejarah Berdirinya ... 44

B. Visi, Misi dan Tujuan ... 47

C.Organisasi Kepengurusan ... 50

D.Program dan Bentuk Kegiatan ... 56

E. Sarana dan Prasarana ... 60

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS MANAJEMEN PADA KEGIATAN DAKWAH DEWAN PENGURUS DAERAH BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA MASJID INDONESIAJAKARTA SELATAN A. Deskripsi Informan (Subjek Penelitian) ... 62

B. Kegiatan Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan ... 65

C. Program Manajemen Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan ... 70

D. Analisis Manajemen pada Kegiatan Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan ... 76


(11)

viii DAFTAR PUSTAKA


(12)

1

Pada dasarnya manajemen merupakan suatu perencanaan yang sangat berperan penting pada kehidupan sehari-hari. Karena segala sesuatunya apabila ingin tercapai dengan baik maka harus adanya penerapan manajemen secara baik atau dalam hal ini bisa disebut juga sebagai pengaturan. Manajemen yang dapat dikategorisasikan sebagai ilmu (science), maupun sebagai seni (art), pada mulanya tumbuh dan berkembang dikalangan dunia industri dan perusahaan (bussiness). Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya ternyata sangat diperlukan dan bermanfaat bagi setiap usaha dalam berbagai lapangan.

Pada zaman modern sekarang ini boleh dikatakan tidak ada suatu usaha kerjasama manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang tidak mempergunakan manajemen. Maka usaha dakwah yang lebih luas dan complicated dibandingkan dengan kegiatan bussiness, tentulah tidak dapat berjalan secara efektif dan efisien, apabila tidak disertai dengan manajemen. Dengan demikian, penggunaan prinsip-prinsip manajemen dalam proses penyelenggaraan dakwah adalah conditio sine qua non.1

Islam merupakan salah satu dorongan yang bersifat rohani yang menimbulkan untuk senantiasa aktif dalam melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam, sangat berkaitan erat dengan kegiatan

1

Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet-3. h. 4.


(13)

dakwah yang dilakukan. Kata “dakwah” berasal dari bahasa arab yang artinya ajakan, seruan, panggilan, undangan. Jadi definisi dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi ajaran–ajaran dan tuntuan– tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu idiologi pendapat pekerjaan tertentu.

Adapun definisi ilmu dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan akhirat.2

Dakwah sebagai ajakan juga bisa dilihat dari peranan budaya yang dapat dilihat bagaimana komunikasi terhadap budaya itu sendiri dilihat dari berbagai level, komunikator, level keluarga, komunikasi antar pribadi, orang yang berbeda jenis kelamin, etnis dan ras serta komunikasi antar kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi politik tingkat nasional dan internasional.3

Berangkat dari masalah di atas, maka suatu organisasi/lembaga dakwah merupakan pilihan positif dalam rangka pembinaan ajaran Islam yang

Rahmatanlil’alamin, terlebih konteks ini mengarah kepada para pemuda/remaja. Contohnya seperti badan remaja masjid, dimana hal tersebut mampu memberikan wadah yang positif yaitu kreatifitas dengan tetap menjunjung tinggi nilai–nilai agama sebagai penggerak semua aktivitas. Manajemen berperan sebagai alat untuk membantu terlaksananya dakwah agar lebih efektif dan efisien. Di mana sumber daya manusia sebagai poros dan mengerucut pemuda sebagai pelaku utamanya. Pemuda yang akan berperan

2

Toha Jahja Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Widjaya Jakarta, 1967), Cet. Ke-1. h. 10.

3


(14)

dalam mengembangkan dakwah adalah pemuda yang memiliki iman yang mantap, ilmu yang memadai dan amal yang ihsani. Ketiganya harus menyatu pada diri pemuda yang akan mengembangkan dakwah Islam. Ilmu berguna memperkaya pengetahuan dan menjadi faktor komplementer dari pemaknaan terhadap keimanan dan kehidupan, dan amal merupakan upaya keteladanan sebagai juru dakwah yang akan menjadi tuntunan (orang yang didakwahi). Perkataan dakwah secara etimologis (kebahasaan) merupakan bentuk mashdar dari kata da’a, yad’u, da’watan yang berarti memanggil, menundang, mengajak, mendorong dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan menganjurkan untuk mengamalkannya.4

Untuk itu, penerapan manajemen pada kegiatan dakwah dianggap perlu dan kedepan harus mengantarkan terbinanya solidaritas dan kerja sama dalam menyelesaikan persoalan umat terutama pada kaum muda yang memang merupakan bibit generasi Islam yang didambakan nantinya. Untuk itu, koordinasi menyeluruh antar organisasi bidang dakwah harus terwujud. Jika kepercayaan bisa diwujudkan, maka dakwah kolaboratif bisa terwujud. Oleh karena itu hakikat dakwah Islam telah berlangsung lama yang intinya adalah sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti menyampaikan kebenaran ajaran agama untuk membangun tatanan kehidupan yang lebih baik.

Keseluruhannya semakin dibutuhkan manakala kita melihat begitu pengapnya dunia modernisme yang terbaratkan (westernisasi dan sekulerisasi) karena telah menutup ruang-ruang, ventilasi pada kehidupan manusia di mana

4Jum’

ah Amin Abdul Aziz, Prinsip Kaidah Dakwah Islam (Solo : Era Intermedia 2000), Cet ke-3. h. 24.


(15)

agama sejatinya menyinarinya. Karenanya para pemuda juga harus dapat membaca prospek dan tantangan dakwah ke depan muaranya pada massifnya gerakan dakwah yang akan menghantarkan pada ampunan Allah Swt dan keberkahan negeri Indonesia. Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal, dimana tujuannya mampu menciptakan masyarakat madani yang bersyariatkan Islami.

Serta pada hakikatnya, dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio–kulturan dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.5

Dengan menggunakan prinsip manajemen, kegiatan dakwah diharapkan terus mampu merencanakan dan mengorganisasikan dalam suatu kesatuan yang digerakkan dan diarahkan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Kemudian langkah selanjutnya dilakukan pengawasan atau penilaian untuk memeriksa dan mengetahui sampai dimana usaha-usaha dakwah yang telah dilakukan.

BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta Selatan Merupakan salah satu lembaga dakwah yang dalam aktivitas–aktivitasnya menerapkan pola manajemen guna tercapainya tujuan dakwah yang telah direncanakan, baik itu menggunakan

5

Amrullah Ahmad, (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Primaduta, 1983), h. 32.


(16)

pendekatan dakwah verbal maupun melalui dakwah bil hal. Kegiatan dakwah di BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta Selatan diharapkan dapat memberikan perubahan, bagi remaja muslim khususnya yang ada di Jakarta Selatan dan umumnya pada seluruh lapisan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis meneliti tentang

Manajemen Pada Kegiatan Dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda Dan Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan .

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih fokus dan mendalam penulis akan membatasi pada penerapan manajemen pada kegiatan dakwah yang ada di DPD BKPRMI Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Sedangkan pembahasannya lebih terarah dan terfokus, maka penulis perlu membuat perumusan masalah pada penulisan penelitian ini untuk menjawab permasalahan – permasalahan sebagai berikut :

a. Apa saja kegiatan Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan yang dilakukan ?

b. Bagaimana bentuk program manajemen dakwah yang dilakukan DPD BKPRMI Jakarta Selatan ?


(17)

BKPRMI Jakarta Selatan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penulisan penelitian ini, yaitu :

a. Melakukan analisis terhadap kegiatan dakwah pada DPD BKPRMI Jakarta Selatan yang selama ini telah dilakukan.

b. Untuk mengetahui program manajemen dakwah yang dilakukan DPD BKPRMI Jakarta Selatan.

c. Untuk mengetahui temuan analisis manajemen pada kegiatan dakwah yang dilakukan DPD BKPRMI Jakarta Selatan.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam masalah ini, disamping sebagai pembanding antara teori yang didapatkan dari bangku kuliah dengan praktek yang terjadi dilapangan. Serta dalam akademis diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan khususnya jurusan Manajemen Dakwah dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi pada umumnya.

b. Manfaat praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian guna mengembangkan konsep dakwah yang sesuai dengan kondisi dan situasi.


(18)

pengembangan dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan untuk menjadi contoh bagi lembaga-lembaga lain.

D. Metodelogi Penelitian

Metodelogi penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah–langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah–masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Dalam pembahasan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptik analitik, yaitu penelitian yang dilakuakan dengan cara mengamati dan mengumpulkan data–data, dan kemudian data–data yang diperoleh disusun dan dikemukakan dengan subjektif mungkin untuk kemudian dianalisis.6

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu tempat memperoleh keterangan. Dan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pengurus dan anggota DPD BKPRMI Jakarta Selatan, dimana terdapat 5 orang yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian ini. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah penerapan manajemen pada kegiatan dakwah yang dilaksanakan DPD BKPRMI Jakarta Selatan.

2. Waktu dan Lokasi penelitian

Sekiranya penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung sesuai

6

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), Cet. Ke-25, h 136.


(19)

dengan batasan waktu yang ditentukan. Adapun tempat penelitiannya di sekretariat DPD BKPRMI Jakarta Selatan yang bertempat di Masjid Jami’ Al Hikmah Jl. Ulujami Raya No 22b, Kecamatan Pesanggrahan, Ulujami Jakarta Selatan.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Melalui penelitian lapangan akan diperoleh data-data primer dimana penelitian tersebut dilakukan dengan cara :

1) Observasi

Dalam penelitian ini penulis mengamati langsung objek yang akan diteliti, adapun hal-hal yang diperlukan untuk observasi ini adalah alat perekam, kamera, buku catatan yang akan digunakan selama observasi berlangsung.

2) Wawancara (Interview)

Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.7 Dalam penelitian ini penulis langsung mewawancarai pengurus DPD BKPRMI Jakarta Selatan.

3) Dokumentasi

Dokumentasi dapat diartikan sebagai bahan tertulis maupun data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal organisasi itu sendiri.

4) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder.

7


(20)

Dilakukan dengan cara membaca buku-buku, literatur, dan referensi dari sumber-sumber lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan dan relevan dengan masalah yang diteliti. 4. Teknik Analisa Data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Adapun dalam analisis data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis telah membaca dan menganalisis dari beberapa karya ilmiah mengenai manajemen program pengembangan dakwah dan remaja masjid diantaranya dengan judul :

”Manajemen Dakwah Pada Kelompok Usia Dini” oleh Rahmawati

jurusan Manajemen Dakwah, yang membedakannya yaitu terletak pada lembaga yang diteliti serta pada pengembangan manajemen dakwah.

“Strategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung dalam Pembinaan Pemuda di Wilayah Rawa Belong Jakarta Barat” oleh Ahmad Rifqi jurusan Manajemen Dakwah, yang membedakan dari skripsi ini terletak pada strategi pelaksanaan dakwah yang dimiliki sanggar budaya betawi si pitung dalam upaya pembinaan pemuda di wilayah Rawa Belong Jakarta Barat.

“Manajemen Program Dakwah Pusbinroh DKI Jakarta” oleh Safrida

Fitri Auriyah jurusan Manajemen Dakwah yang membedakan skripsi ini terletak pada subjek penelitiannya atau lembaga yang diteliti.


(21)

Berdasarkan kajian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan sudut pandang yang berbeda yaitu mengenai “ Penerapan Manajemen pada Kegiatan Dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan “.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran mengenai penelitian ini, penulis telah menyusun penulisan ini dalam lima bab. Masing – masing bab terdiri dari beberapa sub bab, diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran– saran. Adapun sistematika penulisan ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Terdiri dari pengertian Manajemen, Fungsi Manajemen, Unsur– unsur Manajemen, Tahapan dan Penerapan Manajemen, Pengertian Dakwah, Unsur-unsur Dakwah, Penerapan Manajemen dalam Dakwah, Pengertian Remaja Masjid, Remaja Masjid Sebagai Lembaga Dakwah.

BAB III : GAMBARAN UMUM DEWAN PENGURUS DAERAH BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA MASJID INDONESIA JAKARTA SELATAN


(22)

Kepengursan, Program dan Bentuk Kegiatan, Sarana dan Prasarana.

BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

PADA KEGIATAN DAKWAH DEWAN PENGURUS DAERAH BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA MASJID JAKARTA SELATAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang Deskripsi Informan (Subjek Penelitian), Kegiatan Dakwah pada DPD BKPRMI Jakarta Selatan, Program Manajemen Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan, Analisis Manajemen pada Kegiatan Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan.

BAB V : PENUTUP


(23)

12 A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian, secara universal merupakan sumberdaya suatu organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris, management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Serta pada kesimpulannya adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.1

Sedangkan secara terminologi terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian manajemen, diantaranya : a. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas

manajemen.

Yang berpendapat dalam hal ini adalah George R. Terry yang pernyataannya dikutip oleh Mochtar Effendi, dengan mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu tindakan perbuatan seorang yang berhak menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab tetap di tangan yang memerintah.2

1

M. Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012), Cet. Ke-3. h. 9.

2

Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986), h. 9.


(24)

Pengertian ini juga dikemukakan oleh Laurent A. Aply yang

dikutip oleh Jawahir Tantowi, mengatakan bahwa “Management is art of getting think done tough people” (Manajemen adalah seni untuk menggerakan orang melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai hasil tertentu melalui orang lain dan dengan cara tertentu).3

b. Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu.

Hal ini dikemukakan oleh A. W. Widjaya dengan mengatakan bahwa manajemen adalah suatu seni dan ilmu, yaitu seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, penyusunan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang ditentukan.4

Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, gejala-gejala, kejadian-kejadian dan keadaan. Mary Parker Follet juga mendefinisikan manajemen sebagai seni, yaitu dimana dalam menyelesaikan pekerjaan yang ditentukan dengan melalui orang lain. Hal ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan-pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan.5

Sedangkan manajemen dikatakan sebagai ilmu, karenamenurut Gullick manajemen telah memenuhi persyaratan bidang ilmu. Karena

3

Jawahir Tantowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Al Quran, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983), h. 9.

4

A. W. Widjaya, Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), cet, ke-II, h. 13.

5


(25)

telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah diorganisasikan menjadi suatu rangkaian teori, teori manajemen selalu diuji dalam prektek sehingga manajemen sebagai ilmu akan terus berkembang.6 c. Manajemen sebagai suatu proses.

Manajemen sebagai suatu proses dikemukakan oleh Robert Kreitner dalam bukunya Manajemen yang dikutip oleh Zaini Muhtarom mengatakan bahwa “Management is the process of working with and trough others to achive organizational objectives in a changing environment. Central to this process is the effective and

efficient use of limited resources” (Manajemen ialah proses bekerja dengan dan melalui orang-orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini berpusat pada pengunaan secara efektif dan efisien terhadap sumber daya yang terbatas).7

Sedangkan pendapat yang sama dikatakan manajemen sebagai suatu proses, hal ini dikemukakan oleh James A.F. Stoner dalam bukunya Manajemen yang dikutip oleh T. Hani Handoko mengatakan

bahwa “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan”.8

Kesimpulan dari rumusan di atas, bahwa manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,

6

Ibid, h. 11.

7

Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manjemen Dakwah, (Yogyakarta: Al Amin Press, 1996), Cet, ke-I, h. 36.

8


(26)

mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan menggunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Di samping itu, pengertian manajemen juga sangat ditekankan pada aspek pengaturan aktivitas fungsi dari sumber daya manusia. Dalam hal ini manajer atau pimpinan serta manajer staff sangat berkepentingan, karena ketiga komponen tersebut merupakan faktor penggerak dalam sebuah organisasi. Sesuai dengan definisi tentang manajemen yang dikemukakan oleh para pakar di atas, maka esensi manajemen adalah proses integrasi dan koordinasi.

2. Unsur-Unsur Manajemen

Pada umumnya seperti yang telah diketahui bahwa untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, maka sangat diperlukan sekali adanya fasilitas atau sarana-sarana alat kerja yang disebut juga sumber atau unsur-unsur manajemen. Unsur-unsur-unsur tersebut dikenal dengan 6M, yaitu man, money, materials, machines, method, dan markets.

a. Man (SDM)

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Serta dalam diri manusia terdapat potensi berupa akal, daya fikir, daya hayal, dan berbagai daya yang memungkinkan akan terbentuknya berbagai macam inspirasi.9

9


(27)

b. Money(Uang)

Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai, besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.

c. Materials (Bahan)

Materi terdiri dari bahan setengah jadi atau bersumber pada sumber daya alam yang dikelola. Dalam dunia usaha untuk mencapai yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan atau materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

d. Machines (Mesin)

Dalam menopang manajemen, mesin menjadi pembantu dalam terselenggaranya kegiatan manajemen. Tanpa adanya mesin proses manajemen akan berjalan lambat dan sulit diwujudkan. Karena penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efisiensi kerja.


(28)

e. Methods (Metode)

Metode adalah cara yang digunakan untuk mewujudkan rencana yang telah ditentukan sebelumnya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode atau cara sangat menentukan kelancaran roda manajemen dalam organisasi, dengan metode yang tepat akan menghasilkan output yang bagus sehingga menguntungkan bagi yang menggunakanya.

Metode yang tepat adalah metode yang memiliki jiwa ilmiah dalam arti mengandung dua aspek, yakni analisis dan kontruksi. Analisis berarti pemilihan yang dilakukan manajemen, sedangkan kontruksi berarti penambahan yang dilakukan manajemen dari hal yang dihadapi oleh manajemen itu sendiri.10

f. Market (Pasar)

Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting, sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli kemampuan konsumen.

3. Fungsi Manajemen

Manajemen adalah proses yang khas untuk mengatur kelangsungan kegiatan, karena dengan adanya manajemen maka terdapat mekanisme

10

Hery Noer dan Munzir, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), h. 20.


(29)

yang menjamin untuk menyelesaikan kewajiban dan mendapatkan hasil baru sesuai dengan proses yang teratur. Sebuah organisasi atau aktivitas jika dilaksanakan dengan manajemen dengan manajemen dapat diketahui secara utuh kapasitas kemampuannya dan menunjukkan jalan yang paling utuh untuk mewujudkan tujuan-tujuannya.11

Manajemen juga merupakan faktor utama yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan sebuah rancangan yang dijadikan dasar-dasar untuk pelaksanaan organisasi yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Banyak sekali para ahli ilmu manajemen yang memiliki pendapat tentang fungsi manajemen, seperti Henry Fayol industriawan Perancis sebagai pelopor pendekatan fungsional mengemukakan lima fungsi manajemen sekaligus menandai urutan proses pelaksanaan manajemen yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Command (perintah), Coordination (koordinasi), dan Control (pengawasan).12

Dan juga pendapat Luter Gullich yang berpendapat bahwa fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pemberian perintah, pengkordinasian, pelaporan dan pembiayaan.13

Adapun fungsi manajemen disini hanya dipaparkan satu pendapat saja yang mana secara umum telah dipergunakan dalam berbagai instansi atau lembaga yaitu menurut pendapat M. Manulang. Fungsi tersebut

11

M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012), Cet, ke-2, h. 82.

12

Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen, h. 38.

13


(30)

adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan. Berikut penjelasan masing-masing fungsi manajemen, yaitu :

a. Perencanaan (Planning)

Rencana merupakan pokok dasar yang harus dimiliki dari setiap organisasi maupun lembaga. Karena dengan adanya rencana program apapun yang sudah tertera pasyi dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan harapan yang sudah ditentukan.

Oleh karena itu definisi perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi yang telah disepakati dengan penentuan strategi, kebijaksanaan proyek, prosedur, metode, system, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.14

Menurut Louis A. Allen yang dikutip oleh Bedjo Siswanto mengatakan bahwa perencanaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dioperasikan oleh manajer untuk berfikir ke depan dan mengambil keputusan yang memungkinkan untuk mendahului serta menghadapi tantangan di waktu yang akan datang.15

Aktivitas-aktivitas yang ada dalam perencanaan adalah : 1) Perkiraan (Forecasting)

Perkiraan adalah suatu prediksi guna mempersiapkan hal apapun yang nantinya akan terjadi pada masa yang akan datang. 2) Tujuan (Objectives)

Tujuan adalah penentuan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian dari prioritas pelaksanaannya. Agar tujuan itu tercapai

14

T. Hani Handoko, Manajemen Edisi II, h. 23.

15


(31)

maka instansi atau organisasi harus berusaha dengan sungguh-sungguh.

3) Kebijakan (Policies)

Kebijakan adalah suatu yang diperlukan sebagai rujukan atau pedoman umum dalam pengambilan keputusan. Kebijakan akan sangat mempengaruhi cara, pola, strategi, dan fokus perubahan yang akan dicapai.16

4) Program (Programming)

Program adalah rancangan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi. Di dalam program juga ditemukan mana yang harus lebih dulu diprioritaskan, mana program jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.17

5) Jadwal (Shedule)

Jadwal adalah penetapan waktu untuk melaksanakan program-program yang sudah ditentukan dan batas-batas waktu program harus dijalankan.

6) Prosedur (Prosedures)

Prosedur adalah metode atau cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Tanpa adanya prosedur maka proses jalannya organisasi akan tidak stabil.18

16

Markinuddin, Tri Hadyanto Sasongko, Analisis Sosial, (Bandung: Yayasan Akatiga, 2006), h. 24.

17

Jhon M. Ivancevich, Robert Konopaske, Perilaku dan Manajemen Organisasi, (Mc Graw Hill: Erlangga, 2006), h. 27.

18

Zulkifli AM, Manajemen Kearsipan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 67.


(32)

7) Anggaran (Budget)

Budget merupakan anggaran-anggaran atau ongkos biaya yang akan dikeluarkan dalam proses pelaksanaan organisasi.19 b. Pengorganisasian (Organizing)

Sarwoto memberikan pengertian pengorganisasian secara umum yang diartikan adalah sebagai keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sehinga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.20

Sedangkan T. Hani Handoko mengemukakan pengertian bahwa pengorganisasian adalah :

1) Penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.

2) Pegangan dari pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan.

3) Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian.

4) Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur formal dimana ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.21

Hasil dari pada proses pengorganisasian adalah suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan yang bulat.

19

Justin T. Sirait, Anggaran sebagai Alat Bantu bagi Manajemen, (Jakarta: Grasindo, 2005), h. 73.

20

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991), h. 77.

21


(33)

c. Penggerakkan (Actuating)

Penggerakkan adalah tindakan-tindakan yang menyebabkan

suatu organisasi menjadi “berjalan”, George R. Terry memberikan

definisi penggerakan ini sebagai “tindakan untuk mengusahakan agar

semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dari usaha-usaha

organisasi”.22

Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi, dan disiplin karena kegiatan ini langsung menyangkut dan berhubungan dengan orang-orang dalam organisasi.

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan mengandung arti penjagaan stabilitas guna mencapai keseimbangan, bagaimanapun juga manajer harus selalu merubah apa yang dikerjakannya atau merubah standar yang digunakan sekarang untuk mengukur pelaksanaan.23

Fungsi pengawasan sangatlah dibutuhkan, tanpa adanya pengawasan maka fungsi-fungsi lain tidak akan berjalan dengan baik. Di dalam pengawasan ini seorang pimpinan bisa merubah atau memperbaiki apa yang dikerjakan jika terjadi penyimpangan-penyimpangan di tengah jalan yang tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

22

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, h. 87.

23


(34)

Menurut prosesnya maka pengawasan terdiri dari kegiatan-kegiatan antara lain :

1) Menentukan standar sebagai suatu ukuran pengawasan.

2) Pengukuran dan pengamatan terhadap berjalannya operasi berdasarkan rencana yang ditentukan.

3) Penafsiran dan perbandingan hasil yang ada dengan standar yang diminta.

4) Melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.

5) Perbandingan hasil akhir dengan masukan yang telah terjadi.24 4. Tahapan dan Penerapan Manajemen

Manajemen diperlukan sebagai upaya agar segala kegiatan yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Agar manajemen yang dilakukan mengarah kepada apa yang diharapkan, ada beberapa fungsi yang sudah diketahui sebelumnya yaitu adanya perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan atau implementasi, serta pengendalian atau pengawasan.25

Agar manajemen dapat berjalan dengan mulus serta dapat bekerja ekstra di setiap lini maka dibutuhkan tahapan manajemen dari tingkat teratas sampai terbawah, pelaksanaan ini dapat berlangsung dalam wilayah kerja masing-masing namun berkewajiban untuk saling berkomunikasi. Adapun tahapan manajemen tersebut adalah26:

a. Manajemen level atas, dimana manajemen ini bekerja untuk mengonsep dan mewujudkan visi dan misi. Serta merancang strategi

24

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h. 129.

25

Erni Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2005), h. 7.

26


(35)

secara keseluruhan dan mengedepankan pekerjaan dengan format keputusan bersifat umum.

b. Manajemen level menengah, yaitu mengedepankan konsep efektivitas dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dan bertugas mengkoordinir pada setiap bidang yang ada.

c. Manajemen level bawah, yaitu mengedepankan konsep efisiendi dalam bekerja. Dan melakukan pekerjaan dengan sangat sistematis sesuai arahan yang sudah ada terhadap tujuan yang akan dicapai.

Dalam penerapannya tentu manajemen sangat dibutuhkan dalam segala bidang. Ini merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja, karena peranannya dapat menjadikan suatu tujuan yang diharapkan menjadi efektif dan efisien. Untuk itu, penerapan yang dilakukan adalah memasukkan fungsi-fungsi manajemen pada setiap instansi/lembaga yang terkait dan telah menjadi tolak ukur suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan. Maka fungsi-fungsi manajemen inilah yang menjadi suatu terapan, yaitu27 :

a. Menerapkan fungsi perencanaan, yaitumenyadari bahwa apapuntujuannya hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien bilamana sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan matang. Demikian pula dengan suatu program/kegiatan yang sudah ada, dan proses pencapaian tujuannya memerlukan proses manajemen yang sehat, dalam arti terarah dengan efektif, dan efisien. Empat tahap dasar perencanaan :

27


(36)

1) Menetapkan tujuan/serangkaian tujuan 2) Merumuskan keadaan saat ini

3) Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan

4) Mengembangkan rencana/serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan

b. Menerapkan fungsi pengorganisasian, yaitu

mampumengimplementasikan suatu tindakan atau kegiatan danmenggabungkan seluruh potensi yang ada dari seluruh bagian dalam suatu kelompok, serta bersama-sama bekerja guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam penerapan ini harus menggunakan metode yang dikenal dengan KISS (koordinasi, integrasi,simplifikasi, dan sinkronisasi) untuk dapat menciptakankeharmonisan dalam kegiatan organisasi.

c. Menerapkan fungsi penggerakkan, yaitu usaha, cara, teknik dan metode untuk mendorong para anggota serta menjuruskan semua anggota agar berkeinginan, bertujuan bergerak untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditentukan dan mereka berkepentingan serta bersatu padu dengan rencana usaha organisasi.

d. Menerapkan fungsi pengawsan, yaitu merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk menjalankannya tentu diperlukan adanya standar kinerja yang jelas. Dari standar tersebut dapat ditentukan indikator kinerja yang akan dijadikan dasar untuk menilai hasil kerja anggota.


(37)

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Pada dasarnya pengenalan orang terhadap suatu istilah tidak selalu menjadi jaminan bahwa orang tersebut dapat memahami dengan baik pengertian yang dikandung oleh istilah itu. Demikian pula terhadap konteks istilah dakwah, meskipun istilah tersebut sudah sangat populer di Indonesia akan tetapi belum tentu setiap orang dapat memahami pengertian dakwah secara sebaik-baiknya. Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berarti : panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar.28

Hal ini diartikan secara etimologis yang berasal dari kata da’a,

yad’u, da’wan, du’a sebagai artian mengajak, menyeru, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr

ma’ruf dan nahi munkar, mau’idzoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah,

tarbiyah, ta’lim, dan khotbah.29

Oleh karena itu, pengertian dakwah secara terminologis dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat. Sementara itu, para ulama memberikan definisi dakwah yang bervariasi, diantaranya :

a. Toha Yahya Omar yang dikutip oleh Nasaruddin Latif mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana

28

A. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 7.

29

M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012), Cet, Ke-3, h. 17.


(38)

kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.30

b. Quraish Shihab mendefinisikan sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik dan sempurna beik terhadap pribadi maupun masyarakat.31

c. Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah termasuk

amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.32

d. Sedangkan M. Arifin mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan

yang “mengajak” baik dalam bentuk tulisan, tingkah laku dan

sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupun secara kelompok, agar timbul di dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message (pesan) yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan.33

Dalam Al Qur’an terdapat beberapa ayat yang mengandung

pengertian dakwah, diantaranya adalah surat Ali Imran ayat 104 dan 110,

surat Al „Araf ayat 157 dan surat At Taubah ayat 71, yang berbunyi :

30

Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah, (Jakarta: PT Firma Dara, 2007), h. 11.

31

Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 194.

32

Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Toha Putra, 2001), h. 31.

33

M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), Cet, ke-1, h. 17.


(39)

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah

dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al. Imran:104)34

Artinya : “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang

munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(QS. Al. Imran:110)35

Artinya : “ Orang-orang yang mengikut Rosul, Nabi yang ummi yang mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,

yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka

dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu pada mereka. Maka

34

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraa dan Penafsir Al Qur’an, 1990), h. 93.

35


(40)

orang-orang yang beriman kepadanya. Memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. “ (QS. Al.A’raf:157)36

Artinya : “ Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka

menyuruh yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat, dan mereka ta’at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At. Taubah:71)37

Dari beberapa pengertian di atas, meskipun formulasinya berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.

Dimana dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku ummat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariat untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku

36

Ibid, h. 246.

37


(41)

dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqoh (metode), dan atsar (efek dakwah).38

a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga. Kata Da’i berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang mengajak. Menurut istilah Da’i berarti orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung menuju kearah perbuatan yang lebih baik menurut ajaran Islam.39

Menurut penulis, seorang Da’i harus memiliki keistiqomahan dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyeru kepada jalan yang benar dengan cara-cara yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Dimana Da’i berperan sebagai pemandu bagi orang-orang yang ingin mendapat keselamatan hidup baik di dunia maupun akhirat kelak.

Subyek dakwah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu proses dakwah di samping faktor hidayah Allah SWT. Hal ini mengerucut kepada tataran subyek dakwah yaitu manusia. Manusia tertarik oleh ajaran Islam karena sikap subyek dakwah, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap orang kafir, sehingga mereka mau masuk Islam. Dengan demikian faktor subyek Da’i sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu proses dakwah.

38

M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, Cet, Ke-3, h. 21.

39

Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Fakultas Dakwah UIN Sunan Gunung Djati, 2007), h. 10.


(42)

Seorang Da’i juga harus berfungsi mengetahui cara menyampaikan tentang dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.40

b. Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam, dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam dan Ihsan.41

Mad’u merupakan mitra dakwah yang terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’usama dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi, dan seterusnya. M. Munir mengutip di dalam bukunya ungkapan Muhammad Abduh yang menyatakan bahwasannya membagi

mad’u menjadi tiga golongan, yaitu :

40

Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhowi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h. 18.

41


(43)

1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.

2) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

3) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan trsebut, mereka senang membahas sesuatu tapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.42

c. Maddah (Materi Dakwah)

Materi dakwah atau pesan adalah pesan-pesan atau segala sesuatu

yang harus disampaikan oleh Da’i kepada Mad’u, yaitu keseluruhan

ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya.43 Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu :

1) Akidah 2) Ibadah 3) Muamalah 4) Akhlak 5) Sejarah

6) Prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi, yaitu petunjuk-petunjuk singkat yang memberikan dorongan kepada manusia untuk

42

M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, Cet. Ke-3, h. 24.

43

Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Fakultas Dakwah UIN Sunan Gunung Djati, 2007), h. 14.


(44)

mengadakan analisa dan mempelajari isi alam dan perubahan-perubahannya.44

Dalam materi dakwah di harapkan para penyuluh agama (da’i) dalam hal ini sebagai agen perubahan menyampaikan ajaran agama Islam senantiasa memasukkan (difusi) ide yang terbaru, ide-ide terbaru tersebut harus sesuai dengan ajaran Islam.

d. Wasilah(Media Dakwah)

Wasilah atau media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad’u.45 Untuk menyampaikan hal tersebut dapat menggunakan berbagai wasilah. M. Munir mengutip

ungkapan Hamzah Ya’qub yaitu membagi wasilah dakwah menjadi

lima macam, yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak. 1) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang

menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.

2) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, spanduk dan sebagainya.

3) Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.

4) Audiovisual adalah dakwah melalui indra pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televisi, film, internet, dan sebagainya.

44

Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, h. 14. 45

M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012), Cet. Ke-3. h. 32.


(45)

5) Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islamyang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u.

e. Thariqah (Metode Dakwah)

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki

pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan

secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, dan tata pikior manusia.46

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan.47

Secara garis besar ada tiga pokok metode (Thariqah) dakwah,48 yaitu :

1) Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasarn dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan. 2) Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan

nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih

46

M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet, ke-1, h. 160.

47

M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, Cet, Ke-3, h. 33.

48


(46)

sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memeberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.

f. Atsar (Efek Dakwah)

Atsar (efek) sering disebut dengan feedback(umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian

Da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah tugas dakwah. Padahal atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.

Dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya. Demikian juga strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-unsur dakwah yang dianggap baik dapat ditingkatkan. Jika proses ini dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah suatu mekanisme perjuangan dalam bidang dakwah. Dalam bahasa agama, inilah sesungguhnya yang disebut dengan ikhtiar insani.49

Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa ada beberapa efek yang timbul dari suatu tindakan dakwah yang dilakukan, yaitu efek kognitif hal ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi

49


(47)

pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, dan informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci, khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai. Sedangkan efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.50

3. Penerapan Manajemen dalam Dakwah

Semakin berkembangnya zaman dalam mengatasi suatu problema diperlukanlah suatu ilmu manajemen. Hal ini digunakan sebagai alat pengaturan untuk mencapai tujuan yang pasti secara maksimal. Chester J. Barnard mengemukakan bahwa “ tidak ada suatu hal untuk akal modern seperti sekarang ini yang lebih penting dari administrasi dan manajemen, kelangsungan hidup pemerintah yang beradab akan sangat bergantung pada kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan sesuatu memerlukan administrasi dan manajemen sebagai alat dalam memecahkan

masyarakat modern”.51

Alasan tersebut yang membuat mengapa masyarakat modern mengkaji dan mengembangkan manajemen termasuk dalam kegiatan dakwah yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Ajaran Islam termasuk dalam konsepsi yang sempurna dan komprehensif, karena ia meliputi segala aspek kehidupan manusia.52

50

Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka, Teori dan Praktik Berpidato,

(Bandung: Akademika, 1982), h. 269.

51

Sondang P. Siagian, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: BPFE UGM, 1978), h. 2.

52


(48)

Dalam konteks dakwah sebagai suatu proses usaha kerjasama untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya, menyangkut segi-segi atau bidang-bidang yang sangat luas. A. Rosyad Saleh dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam mengemukakan bahwa dakwah memasuki segenap lapangan kehidupan manusia, yaitu bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan kesemuanya itu terdapat persoalan dakwah.53

Dalam bidang pendidikan misalnya, yaitu bagaimana usaha pendidikan itu harus diselenggarakan. Sehingga dapat mengantarkan dan mencetak anak-anak didik menjadi manusia yang berilmu dan berakhlak mulia, dimana hal ini merupakan salah satu aspek penting bagi dakwah. Dalam bidang sosial, dimana berperan sangat penting karena untuk mewujudkan kesejahteraan, melenyapkan segenap hambatan dan kepincangan hidup, seperti kemiskinan, keterbelakangan, kebidihan merupakan persoalan-persoalan dakwah.

Dalam bidang ekonomi, proses dakwah antara lain berupa mencarikan jalan keluar terhadap kesulitan yang dihadapi masyarakat dalam mendapatkan lapangan kerja serta memberikan dorongan agar setiap orang mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan. Kemudian dalam bidang politik, dimana usaha-usaha dalam rangka dakwah antara lain memberikan warna keIslaman ke dalam lingkungan pemegang kekuasaan, sehingga kekuasaan yang dipegangnya tidak dipergunakan untuk menindas dan tidak disalah gunakan untuk kepentingan sendiri.

53


(49)

Serta berikutnya dalam bidang kebudayaan, dimana dakwah berperan sebagai usaha mengukuhkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat, sehingga ajaran Islam benar-benar menjadi sumber dan mewarnai seluruh ide dan karya manusia.

Sesuai dengan pengertian dakwah yang begitu luas, maka pelaksanaan dakwah tidaklah mungkin dilakukan oleh orang seorang secara sendiri-sendiri. Pelaksanaan dakwah yang mempunyai skope kegiatan yang begitu kompleks, hanya akan dapat berjalan secara efektif, bilamana diterapkan ilmu manajemen serta kepemimpinan didalamnya. Hal ini dilakukan agar setiap tenaga yang berada dalam proses dakwah berjalan dengan maksimal.54

Adapun prosesnya yaitu dengan cara merencanakan tugas, mengelompokan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu dan kemudian menggerakkannya ke arah pencapaian tujuan dakwah yang dalam hal ini disebut Manajemen Dakwah.55

Dalam hal ini, kemampuan serta keahlian untuk penerapan manajemen dalam dakwah dapat diklasifikasikan sebagai berikut56 : a. Melihat kedepan, menetapkan dan merumuskan kebijaksanaan dan

tindakan-tindakan dakwah yang akan dilaksanakan pada waktu-waktu yang akan datang, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Mengelompokkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan tertentu, menempatkan para pelaksana yang kompoten pada

54

A. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, h. 32.

55

Ibid, h.34.

56


(50)

kesatuan tersebut serta memberikan wewenang dan jalinan hubungan di antara mereka.

c. Menggerakkan para pelaksana dakwah untuk segera melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan.

d. Mengusahakan agar tindakan yang dilakukan dan hasilnya senantiasa sesuai dengan rencana, instruksi, petunjuk, pedoman dan ketentuan-ketentuan lain yang telah diberikan sebelumnya.

Keempat kelompok kemampuan atau keahlian diatas oleh para ahli manajemen disebut sebagi fungsi manajemen, yang secara berurutan dinamakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian.

C. Remaja Masjid

1. Pengertian Remaja Masjid

Kumpulan dari remaja yang beraktivitas di masjid dalam rangka memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung bagi keberlangsungan dakwah di masjid dan atau di masyarakat. Visi Remaja Masjid itu sendiri bertujuan melakukan aktivitas sosial dan ibadah di lingkungan masjid.Hal ini sangat perlu dan mutlak keberadaannya dalam menjamin estafet makmurnya suatu masjid sehingga fungsi dinamika masjid itu sendiri dapat di pertahankan kelangengannya. Sedangkan misi dari remaja masjid adalah berdakwah dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta menjadi rahmat bagi semesta alam.57

57

Pinterngaji.blogspot.com/.../memajukan-remaja-masjid-dan-memakmurkan. Di akses pada tanggal 22/06/2014 pukul 10.35 WIB.


(51)

Remaja masjid adalah perkumpulan pemuda masjid yang melakukan aktivitas sosial dan ibadah di lingkungngan masjid. Pembagian tugas dan wewenang dalam remaja masjid termasuk dalam golongan organisasi yang menggunakan konsep Islam dengan menerapkan asas musyawarah,

mufakat dan amal jama’i (gotong royong) dalam segenap melakukan

aktivitasnya.

Remaja masjid sebagai agen strategis dalam pemberdayaan umat perlu dibekali keilmuan dan keterampilan yang dibutuhkan, misalnya para aktivis remaja masjid juga perlu menekuni pengetahuan jurnalistik dan kewirausahaan. Hal itu penting untuk menguatkan dakwah dan pemberdayaan umat. Dua pengetahuan itu dapat menjadi sarana dakwah, maupun peningkatan SDM Remaja Masjid sehingga mampu mandiri. Dengan demikian, kedudukan remaja masjid adalah sebagai organisasi otonom yang relatif independen dalam membina anggotanya. Remaja masjid dapat menyusun program, menentukan bagan dan struktur organisasi serta memilih pengurusnya sendiri. Karena itu aktivis remaja masjid memiliki kesempatan untuk berkreasi, mengembangkan potensi dan kemampuannya serta beraktivitas secara mandiri. Adapun peran dan fungsi remaja masjid antara lain :

a. Memakmurkan Masjid b. Pembinaan Remaja Muslim c. Kaderisasi Umat


(52)

e. Dakwah dan Sosial58

Remaja masjid membina para anggotanya agar beriman, berilmu dan beramal sholih dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT untuk mencapai keridhaanNya. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka program yang selanjutnya ditindak lanjuti dengan berbagai aktivitas. Remaja Masjid yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara struktural dan terencana. Mereka menyusun program kerja periodik dan melakukan berbagai aktivitas yang berorientasi pada :

a. Keislaman. b. Kemasjidan. c. Keremajaan. d. Keterampilan. e. Keilmuan. 59

Mereka juga melakukan pembidangan kerja berdasarkan kebutuhan organisasi, agar dapat bekerja secara efektif, dan efisien. Beberapa bidang kerja dibentuk untuk mewadahi fungsi – fungsi organisasi yang disesuaikan dengan program kerja dan aktivitas yang akan diselenggarakan diantaranya :

a. Administrasi dan Kesekretariatan. b. Keuangan.

c. Pembina Anggota.

d. Perpustakaan dan Informasi.

58

Lukman Hakim, “peranan RISMA sebagai lembaga dakwah masjid agung Jawa

Tengah”,(Semarang, 2009), h. 32.

59


(53)

e. Kesejahteraan Umat. f. Kewanitaan.60

Remaja masjid yang terorganisir dengan baik, bukan saja akan memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya, namun juga akan memberi bekal yang baik bagi masa depan mereka, terutama bekal taqwa. Sehingga hadirnya generasi muslim

yang terbaik, beriman, berilmu pengetahuan, beramal shalih dan ber’amar ma’ruf nahi munkar.

2. Remaja Masjid Sebagai Lembaga Dakwah

Telah diketahui bahwa remaja masjid merupakan organisasi dakwah yang menghimpun remaja muslim. Keterikatannya dengan masjid, maka peran utamanya adalah memakmurkan masjid. Organisasi ini dapat berpartisipasi aktif dalm mendakwahkan Islam oleh sebab itu bisa dikategorikan sebagai lembaga dakwah. Dan secara luas, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melingkupinya.

Aktivitas dakwah bil lisan, bil hal, bil kalam dan lain sebagainya dapat diselenggarakan dengan baik oleh anggotanya, meskipun kegiatan tersebut diselenggarakan oleh remaja masjid akan tetapi tidak akan membatasi hanya bidang keremajaan saja melainkan juga melaksanakan aktifitas yang menyentuh masyarakat luas, seperti bakti sosial, kebersihan

lingkungan, membantu korban bencana alam, pengajaran Al Qur’an dan

lain – lain.

60


(54)

Semuanya adalah contoh aktivitas dakwah yang dilakukan oleh remaja masjid dan mereka juga dapat bekerja sama dengan ta’mir masjid dalam merealisasikan kegiatan kemasyarakatan tersebut.61

61

Lukman Hakim, “peranan RISMA sebagai lembaga dakwah masjid agung Jawa


(55)

44

A. Sejarah Berdirinya Dewan Pengurus Daerah (DPD) BKPRMI Jakarta Selatan

Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia Dewan Pengurus Daerah Jakarta Selatan merupakan salah satu lembaga dakwah yang dalam aktivitas–aktivitasnya di samping menggunakan pendekatan dakwah verbal juga melalui dakwah bil hal. Kegiatan dakwah di BKPRMI diharapkan dapat memberikan perubahan bagi remaja muslim yang berada di wilayah Jakarta Selatan dan umumnya pada seluruh lapisan masyarakat.1

Pada dasarnya sejarah pembentukan Dewan Pengurus Daerah BKPRMI Jakarta Selatan dimulai dengan dilaksanakannya (Musyawarah Daerah (musda), setelah berdirinya BKPRMI pusat di Bandung. Pada saat itu terlaksananya Musyawarah Nasional (munas) yang terdapat perwakilan tokoh–tokoh dari Jakarta. Awal mula nama lembaga ini adalah Badan Komunuikasi Pemuda Masjid Indonesia (BKPMI) berdiri tanggal 3 September 1977/19 Ramadhan 1397 Hijriah di Masjid Istiqamah Bandung, Jawa Barat. Dengan terbentuknya kepengurusan periode 1977–1980 hasil musyawarah kerja nasional dan dilantik oleh KH. EZ Muttaqien mewakili ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat.2

1

Wawancara Pribadi dengan Andri Anas. Ketua Umum DPD BKPRMI Jakarta Selatan. Sekretariat BKPRMI Jakarta Selatan 10 September 2014. Pukul 20.00 WIB.

2

Said Abdul Qodir, Sejarah dan Panduan Organisasi BKPRMI, (Jakarta: CV Setya Printing, 2001), h. 7.


(56)

Lahirnya BKPMI ini adalah pada forum Musyawarah Kerja Nasional I yang kemudian disepakati sebagai Musyawarah Nasional I, dan dihadiri oleh BKPMI wilayah dengan kepemimpinan model presidium. Dan terpilihlah sebagai ketua umum pada saat itu, yaitu Toto Tasmara dengan sekretaris umum Bambang Pranggono. Tercatat sebagai pendiri adalah : Toto Tasmara, Ahmad Mansur Suryanegara, Syamsuddin Manaf, Bambang Pranggono, masing–masing dari Jawa Barat. Kemudian Mustafid Amna, Syaifuddin Danondjoyo, Muhammad Anwar Ratnaprawira, Muchlis Ma’ruf masing– masing dari DKI Jakarta. Nasir Budiman, Nurcholis Turmudzi masing–masing dari Jawa Tengah, dan Mubayin dari Jawa Timur.3

Pembentukannya yaitu dilatarbelakangi sebagai reaksi terhadap gejala sosial yang berkembang di tanah air seperti konsep pembangunan nasional yang dinilai cenderung yang berorientasi pada pembentukan masyarakat sekuler. Isu kebangkitan Islam abad XV Hijriah yang ditandai dengan kesemarakan kegiatan keagamaan, pencerahan keagamaan melalui kajian– kajian dalam berbagai bentuknya, kuatnya dorongan untuk membangun Ukhuwah Islamiyah serta tumbuhnya kesadaran beragama di kalangan muda Islam.4

Tumbuh kembangnya kajian–kajian Islam di berbagai belahan dunia di satu sisi, menjadikan semakin kuatnya semangat Generasi Muda Islam Indonesia untuk memantapkan posisi dan citra Indonesia tidak hanya sebagai pemeluk Islam terbesar di dunia. Namun menjadi suatu kesadaran dan

3

Said Abdul Qodir, Sejarah dan Panduan Organisasi BKPRMI, h. 7.

4


(57)

memunculkan gerakan umat Islam di seluruh dunia untuk kembali ke Masjid sebagai basis perjuangannya, dimana masjid sebagai Baitullah dan masjid sebagai milik umat.5

Rapat pembentukan dan pelantikan pengurus BKPMI periode I itu di lakukan di Masjid Istiqomah Bandung. Pada saat pelantikan pengurus tersebut, hadir beberapa tokoh pemuda Masjid dari Jakarta,Yogyakarta, dan Semarang. Mengingat pengurus periode I ini berkedudukan di Bandung, maka sekretariat BKPMI terletak di Bandung, yakni di gedung sekretariat Majelis Ulama Indonesia, Jawa Barat. Kemudian berpindah mengikuti sekretariat MUI pusat. Tahun 1986 di Masjid Al–Azhar Jakarta, dan mulai tahun 1989 sampai sekarang di Masjid Istiqlal.6

Perubahan dari Badan Komunikasi Pemuda Masjid Indonesia (BKPMI) ke Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) dilakukan dalam Musyawarah Nasional VI tahun 1993 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, bersamaan dengan itu tergabungnya Forum Silaturahmi Remaja Masjid (FOSIRAMA) di bawah pimpinan DR. H. Idrus Marham, M.A. (Ketua Umum DPP BKPRMI sebelumnya). Serta dengan perubahan nama organisasi dalam MUNAS VI ini pula di sepakati, bahwa BKPRMI merupakan lembaga otonom dari organisasi Dewan Masjid Indonesia (DMI). Selain itu, di bawah pengurus BKPRMI terbentuk beberapa Lembaga Pembinaan dan Pengembangan seperti Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (LPP-TKA), Lembaga

5

Wawancara Pribadi dengan Andri Anas. Ketua Umum DPD BKPRMI Jakarta Selatan. Sekretariat BKPRMI Jakarta Selatan 10 September 2014. Pukul 20.00 WIB.

6


(58)

Pembinaan dan Pengembangan Dakwah dan Sumber Daya Manusia DSDM), Ekonomi Koperasi EKOP), Lembaga Badan Hukum (LPP-LBH), Keluarga Sakinah (LPP-KS), Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Ketahanan Santri (LKS)/Brigade Masjid, Lembaga Pembinaan Kesehatan Masyarakat (LPKM).7

B. Visi, Misi dan Tujuan Dewan Pengurus Daerah (DPD) BKPRMI Jakarta Selatan

Visi adalah pandangan gambaran masa depan dalam aktivitas apapun, konteks disini ialah tentang dakwah dan merupakan tugas atau amanah yang

harus diemban oleh para da’i dalam posisi dirinya sebagai pembawa risalah

dakwah. Visi merupakan inviseble matter yang mengantarkan ke sesuatu yang akan dilakukan secara berkesinambungan, sifat visi adalah cenderung pada dasar filosofi. Untuk itu hendaknya visi ini bukan hanya sebuah tulisan atau pernyataan kososng, melainkan sebuah gambaran yang ideal.8

Misi merupakan tujuan yang memberikan pedoman pada manajemen dalam memusatkan aktivitasnya, misi adalah bentuk implementasi dari visi. Misi ini diperuntukkan untuk manajemen, sedangkan visi bersumber dari para pelaku dakwah. Perlu digarisbawahi, bahwa dalam misi hendaknya tidak dinyatakan terlalu luas agar tetap menjadi pedoman manajemen dalam memfokuskan aktivitas dakwah.9

7

Said Abdul Qodir, Sejarah dan Panduan Organisasi BKPRMI, h. 11.

8

Didin Hafidhuddin, Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 92.

9

M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012), Cet, Ke-3, h. 86.


(59)

Dari pembentukan visi serta misi yang ada di Dewan Pengurus Daerah BKPRMI Jakarta Selatan, berkaitan dengan visi misi yang telah dibentuk dari pengurus BKPRMI pusat, dan berlaku sampai tingkat kecamatan.10

Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia memiliki Visi dan Misi yaitu :

Visi : Memiliki kecintaan kepada masjid serta Memberdayakan dan mengembangkan potensi Pemuda Remaja Masjid agar bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki wawasan ke-Islaman dan ke– Indonesiaan yang utuh dan kokoh.

Misi : Menjadikan masjid sebagai pusat ibadah, pembinaan umat serta pusat kebudayaan dan perjuangan untuk membina generasi muda menjadi kader umat yang memiliki wawasan keIslaman yang utuh, bersikap Istiqamah, dan berakhlak mulia serta mempunyai citra sebagai berikut :

a. Muwahid (Pemersatu) b. Mujahid (Pejuang) c. Musyadid (Pelurus) d. Muaddib (Pendidik)

e. Mujadid (Pembaharu Iman)11

Untuk mencapai visi dan misi tersebut Dewan Pengurus Daerah BKPRMI Jakarta Selatan melakukan usaha–usaha dalam meningkatkan upaya pengembangan minat, kemampuan dan pemahaman Al –Qur’an bagi seluruh

10

Wawancara Pribadi dengan Andri Anas. Ketua Umum DPD BKPRMI Jakarta Selatan. Sekretariat BKPRMI Jakarta Selatan 10 September 2014. Pukul 20.00 WIB.

11


(60)

pemuda, remaja, anak–anak serta jama’ah masjid. Mendorong tumbuhnya organisasi pemuda remaja masjid dan mengkokohkan komunikasi di kalangan pemuda remaja masjid dalam mengembangkan program dan gerakan dakwah Islam.12

Meningkatkan kualitas dan prestasi generasi muda bangsa melalui pendekatan keagamaan, pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan sebagai wujud partisipasi dalam pembangunan bangsa. Memantapkan wawasan keislaman dan keindonesiaan serta kesadaran pemuda remaja masjid Indonesia tentang cita – cita perjuangan bangsa bela negara dan dakwah Islamiyah dalam arti luas. Membina dan mengembangkan kemampuan manajemen dan kepemimpinan pemuda remaja masjid yang berorientasi kepada kemasjidan, keutamaan, dan keIndonesiaan, serta meningkatkan hubungan dan kerja sama dengan pemerintah, organisasi keagamaan, kepemudaan dan profesi lainnya, baik di tingkat nasional maupun internasional.13

Tujuan atau cita–cita Dewan Pengurus Daerah BKPRMI Jakarta Selatan yaitu memfungsikan masjid sebagai pusat ibadah, perjuangan dan kebudayaan umat demi kejayaan Islam dan muslimin (Izzul Islam Wal Muslimin) dalam Negara Indonesia. Menjadi wahana komunikasi dan organisasi harapan umat sebagai tempat lahirnya pemimpin Islam yang berakhlak mulia. Serta mewujudkan persatuan dan kesatuan umat dalam

12

Wawancara Pribadi dengan Andri Anas. Ketua Umum DPD BKPRMI Jakarta Selatan. Sekretariat BKPRMI Jakarta Selatan 10 September 2014. Pukul 20.00 WIB.

13


(61)

Ukhuwah Islamiyah demi tercapainya umat yang satu, serta mewujudkan masyarakat Marhamah yang berpegang teguh pada nila–nilai Islam.14

C. Organisasi Kepengurusan Dewan Pengurus Daerah (DPD) BKPRMI Jakarta Selatan

Pembina : Walikota Administrasi Jakarta Selatan

Kabag. Dikmental Kota Administrasi Jakarta Selatan Ka. Badan Kesatuan Bangsa Kota Administrasi Jakarta Selatan

Ka. BAZIS Kota Administrasi Jakarta Selatan Kasudin. Olahraga dan Pemuda Kota Administrasi Jakarta Selatan

Kasudin. Sosial Dikmen Kota Administrasi Jakarta Selatan

Ka. Kantor Kementrian Agama Kota Administrasi Jakarta Selatan

Ketua MUI Kota Administrasi Jakarta Selatan Ketua DMI Kota Administrasi Jakarta Selatan Penasehat : KH. Muhaimin Lutfi

KH. Abdul Rodjak H. Edi

Ir. Endah Pradjoko

14


(62)

Majelis Pertimbangan Daerah ( MPD )

Ketua : Drs. HM. Nurraihan, MM

Sekretaris : H. Sofyan Hadi, S.Pd.I

Anggota : Agus Sudono, S.Pd.I

Abbas Ma’moer, S.Ag Haryadi, S.Pd.I

Dewan Pengurus Daerah ( DPD )

Ketua Umum : Andri Anas, S.Pd,I

Ketua I : Romdhoni

Ketua II : Nur’aini

Ketua III : Khoirul Anwar

Ketua IV : Siti Roqiqoh

Ketua V : Abdurrahman

Sekretaris Umum : Abdul Aziz Wakil Sekretaris : Murjiningsih

Bendahara Umum : Azki Erlangga Wakil Bendahara : Santi

Lembaga Otonom DPD BKPRMI Jakarta Selatan

1. Lembaga Pembinaan Pengembangan Taman Kanak Kanak

Al-Qur’an (LPPTKA)

Direktur Daerah : Drs. H Ahmad Darka, AW


(63)

Wadir II : Abdul Halim Rahmat

Sekretaris : Kanafi Inaf

Bendahara : Dra. Hj. Rahmawati

2. Lembaga Pembinaan Pengembangan Keluarga Sakinah (LPPKS) Direktur Daerah : Yuli

Wadir I : Yani Mulyani

Wadir II : Ikhwanudin, SQ

Sekretaris : Saipudin

Wakil Sekretaris I : Rusmalini S.Pd.I Wakil Sekretaris II : Adi

Bendahara : Istikhanah Amd

3. Lembaga Pembinaan Pengembangan Dakwah dan Sumber Daya Manusia (LPPDSDM)

Direktur Daerah : Ahmad Muhadjir

Wadir I : M. Fadli, S.Ag

Wadir II : H. Ridwan Hasyim

Sekretaris : Fitria Rachmawati

Bendahara : Nur Lu’lu

4. Lembaga Pembinaan Pengembangan Ekonomi dan Koperasi (LPPEKOP)

Direktur Daerah : Ukar

Wadir : Tuti Alawiyah


(64)

Bendahara : Rika

5. Lembaga Pembinaan Pengembangan Ketahanan Santri / Brigade Masjid

Komandan Direktur : Abu Bakar

Wakil Komandan : Sudharmono

Kepala Staff : Rahmatulloh

Asisten Div Logistic : Ismail Asisten Div Umum : Sutris

6. Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi (LBHA) Direktur Daerah : Agus Darmawan, SH.I

Wadir : Joko Wasono SH.I

Sekretaris : Irwan Chaerul Umam

Wakil Sekretaris : Maulana Hasanuddin 7. Lembaga Pembinaan Kesehatan Masyarakat (LPKM)

Direktur Daerah : Dr. Dian

Wadir : Ust. Mustofa

Sekretaris : Dr. Trisna

Wakil Sekretaris : Nowo

Bidang–Bidang

1. Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Komunikasi Ummat

Ketua : Ahmad Romdoni

Sekretaris : Siti Ruqoyah


(1)

rakyat banyak.

b. Membentuk wacana keagamaan yang kritis dialogis yang bertolak dari problem–problem kemanusiaan yang objektif dan lintas batas (cross-boarder) untuk tujuan menguatkan aqidah dan meningkatkan jiwa kemanusiaan.

c. Membangun, dengan mendorong terjadinya proses– proses perubahan sosial, terutama dilapis bawah, bertolak dari kesadaran kritis masyarakat sendiri. 3. (P) : Melihat banyak sekali kegiatan dakwah yang

dilaksanakan DPD BKPRMI Jakarta Selatan, oleh karena itu dari manakah sumber dana untuk menunjang kegiatan dakwah yang dilakukan ?

(N) : DPD BKPRMI Jakarta Selatan mendapatkan sumber dana untuk berjalannya kegiatan dakwah yang sudah direncanakan adalah dengan melakukan pengelolaan secara sistematis dan diperoleh dari berbagai sumber yang ada, yaitu :

1) Uang iuran atau kas organisasi

2) Dana sumbangan dari pihak yang tidak mengikat 3) Zakat, Infak dan Sedekah

4) Kerjasama Sponsorship

Bendum DPD BKPRMI Jakarta Selatan


(2)

WAWANCARA

Nama : Andika Abdullah

Jabatan : Ketua Umum DPK BKPRMI Pesanggrahan

Lokasi Wawancara : Masjid At Taqwa, Ulujami Raya no. 25a Jakarta Selatan Waktu Wawancara : 8 Oktober 2014

1. Pewawancara (P) : Bagaimana alur koordinasi DPK BKPRMI Pesanggrahan dengan DPD BKPRMI Jakarta Selatan ? Narasumber (N) : Adapun alur koordinasi antara DPD dan DPK

Pesanggrahan, dilakukannya pertemuan koordinasi rutin antara sesama pengurus baik dari DPD maupun DPK sebagai utusan. Sehingga agenda/kegiatan yang akan dilaksanakan dapat terlapor, dievaluasi dan di diskusikan secara bersama.

2. (P) : Bagaimana kedudukan dan keikutsertaan DPK BKPRMI Pesanggrahan di keanggotaan DPD BKPRMI Jakarta Selatan ?

(N) : Pada dasarnya konteks disetiap kecamatan sudah ada dan kedudukannya berada dibawah kontrol DPD BKPRMI Jakarta Selatan. Setiap agenda dan kegiatan yang akan dan telah dilaksanakan seluruhnya dievaluasi dan terlapor kepada DPD BKPRMI. Inilah wujud satu kesatuan koordinasi dan fungsi roda organisasi.

3. (P) : Bagaimana peran serta DPD BKPRMI Jakarta Selatan terhadap pembinaan dan pengembangan manajemen


(3)

DPD BKPRMI Jakarta Selatan selalu mengadakan pelatihan tentang Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan. Hal ini dilakukan guna mengembangkan jaringan dan meningkatkan kualitas SDM yang ada di DPK dan Remaja Masjid yang menjadi anggota. Tentu saja kegiatan ini merupakan yang sangat penting karena dapat membina para anggota organisasi sadar akan penggunaan manajemen di setiap lini kegiatan terutama kegiatan dakwah yang terus di agendakan.

Ketum DPK BKPRMI Pesanggrahan


(4)

WAWANCARA

Nama : Rizal Wahyudi

Jabatan : Ketua Umum Remaja Masjid Jami’ At Taqwa

Lokasi Wawancara : Masjid At Taqwa, Ulujami Raya no. 25a Jakarta Selatan Waktu Wawancara : 8 Oktober 2014

1. Pewawancara (P) : Apa yang melatarbelakangi Remaja Masjid At Taqwa bergabung ke dalam anggota DPD BKPRMI Jakarta Selatan ?

Narasumber (N) : Bergabungnya Remaja Masjid At Taqwa ke dalam anggota DPD BKPRMI Jakarta Selatan tentu ingin menggabungkan tujuan yang ada yaitu menumbuh kembangkan pemuda Islam melalui organisasi berbasis masjid dan menjadikan masyarakat muslim menjadi masyarakat yang madani. Menjalin ukhuwah Islamiyah yang berkekuatan dari para remaja/pemuda muslim demi tercapainya tujuan dakwah yang diinginkan. Koordinasi ini tentu menjadi sangat berdampak positif bagi peningkatan efektifitas dakwah Islam dan efektifitas dalam bidang manajemen di kalangan pemuda Islam/remaja masjid.

2. (P) : Sejauhmana dampak positif yang diperoleh Remaja Masjid At Taqwa di keikutsertaannya dalam DPD BKPRMI Jakarta Selatan ?

(N) : Dampak yang diperoleh tentu adalah silaturahmi yang sangat besar, dalam hal ini mampu mengenal dari setiap anggota yang ada dan saling bertukar pikiran untuk lebih memajukan pemuda Islam. Dan mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat serta mampu belajar


(5)

Ketum Remaja Masjid At Taqwa


(6)

Setelah wawancara oleh Andri Anas dampak (Ketua Umum DPD BKPRMI Jakarta Selatan)

Kegiatan sosialisasi terhadap negatif

pada Narkoba dan Sex bebas untuk para

remaja serta masyarakat umum

Kegiatan manasik haji yang dilakukan LPPTKA DPD BKPRMI Jakarta Selatan

Kegiatan pembinaan pengurus BKPRMI Jakarta Selatan

Kegiatan pesantren ramadhan