Struktur Organisasi dan Tata Cara Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tugas dan Fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dalam Pengurusan KTP

Beberapa masalah kependudukan dapat diringkas sebagai berikut : • Kecenderungan adanya penurunan flukturasi laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2006 dan tahun 2007. • Kecenderungan peningkatan arus ulang alik ke Kota Medan yang berimplikasi kepada pemenuhan fasilitas sosial yang dibutuhkan. • Masalah kemiskinan, tenaga kerja dan permasalahan sosial lain yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global. • Penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman

C. Struktur Organisasi dan Tata Cara Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kependudukan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang kependudukan dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.

D. Tugas dan Fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dalam Pengurusan KTP

Kewajiban instansi pelaksana administrasi kependudukan adalah sebagai berikut: a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat Peristiwa Penting; b. memberikan pelayanan yang sama dan professional kepada setiap penduduk atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting; c. menerbitkan Dokumen Kependudukan; d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting; dan f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh Penduduk dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Instansi Pelaksana dalam melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan memiliki kewenangan yang meliputi: a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dilaporkan Penduduk; b. memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami Penduduk atas dasar putusan atau penetapan pengadilan; c. memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian kepada lembaga peradilan; dan d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil untuk kepentingan pembangunan Dinas Kependuduka n dan Catatan Sipil Kota Medan yang beralamat di Jl. Iskandar Muda No. 270 Medan Telp. 061 544412 mempunyai fungsi diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang kependudukan dan pencatatan penduduk; 2. Menyelenggarakan pelayanan umum dibidang kependudukan; 3. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya; 4. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah Misinya adalah meningkatkan penyelenggaraan kegiatan Pendaftaran Penduduk Warga Negara Indonesia WNI dan Warga Negara Asing WNA serta penyelenggaraan pencatatan dan penerbitan akta-akta catatan sipil, memberikan pelayanan prima kepada masyarakat yang cepat, tepat dan mudah. Tugas dan fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan adalah membantu penduduk kota Medan dalam kegiatan penduduk dan dalam hubungannya mengurus beberapa surat yaitu diantaranya sebagai berikut: a. Kartu Keluarga: Kartu identitas anggota keluarga warga Kota Medan b. Kartu Tanda Penduduk: Kartu identitas pribadi c. Akte Kelahiran: Akte yang berisikan keterangan mengenai kelahiran seorang anak yang baru lahir. Hal ini berfungsi untuk mempermudah pengumpulan data terkait dengan data kelahiran dan kematian untuk sensus penduduk yang diadakan setiap 10 tahun sekali d. Akte Perkawinan: Buku nikahkawin yang berisi mengenai keabsahan pendaftaran pasangan yang menikahkawin sesuai UU No.1 Tahun 1974 e. Akte Kematian: Keterangan dari kelurahan yang berisikan pernyataan kematian seseorang guna pengurusan asuransi, waris dan lain-lain f. Izin Pemakaian Tanah Ruang Terbuka: Keterangan untuk pemakaian tanahlahan untuk peruntukan tertentu seperti areal dagang kaki lima g. dan lain-lain 36 BAB III ASPEK HUKUM DALAM ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN A. Administrasi Kependudukan Menurut UU Kependudukan Menyediakan pelayanan publik yang baik adalah tugas negara melalui pemerintah. Pemenuhan kebutuhan publik diartikan sebagai pemenuhan hak-hak sipil warga negara. Tugas dan kewajiban ini dilakukan melalui aparat pemerintah dari tingkat paling atas sampai paling bawah seperti RW dan RT. Sebagai kewajiban, maka sudah semestinya setiap aparat pemerintah memberikan pelayanan publik yang terbaik, termasuk kepada seseorangkelompok Penghayat Kepercayaan TerhadapTuhan Yang Maha Esa UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Adminduk dan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 tentang PelaksanaanUU No. 232006 menjamin hak seorangkelompok penganut Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk mendapatkan hak-hak administrasi kependudukan seperti pencantuman kepercayaan dalam KTP, akta kelahiran, perkawinan dan dokumen kematian yang dijamin dalam UU No. 232006 tentang Adminduk. Ada juga payung hukum lain yakni Peraturan Presiden Perpres No. 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Salah satu dasar pertimbangan Undang-undang Administrasi Kependudukan diberlakukan adalah untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk Indonesia. Peristiwa kependudukan menurut UU Administrasi Kependudukan kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan KK, KTP danatau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan peristiwa penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan. Melihat materi yang diatur adalah mengenai status hukum atas peristiwa kependudukan dan dan peristiwa penting maka seharusnya cara-cara meperoleh status hukum tersebut tidak menimbulkan persoalan-persoalan baru. Persoalan baru tersebut dapat muncul apabila di dalam pengurusan pencatatan baik di dalam peristiwa penting dan peristiwa kependudukan, tidak terdapat kriteria pencatatan yang jelas serta terukur tentang manfaat dari kegiatan pencatatan tersebut ‡ Pasal 4 UU Administrasi Kependudukan dinyatakan bahwa ”Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Republik Indonesia wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana Pencatatan Sipil negara setempat danatau kepada Perwakilan Republik Indonesia dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil”. Oleh karena pencatatan sipil diatur oleh masing-masing negara maka kegiatan . ‡ Modul Pengembangan Pelayanan Terpadu Satu Atap. Depdagri-Jakarta pencatatan sipil bagi WNI di luar negeri semestinya tunduk pada ketentuan perundang- undangan kependukan di negara yang bersangkutan. Sehingga dengan sendirinya UU Administrasi Kependudukan baca UU Nasional tidak berwenang mengatur tentang kependudukannya. Pengaturan tentang hal ini tentu adalah sebatas penegasan semata, oleh karena hal ini memang terkait dengan aturan perundang-undangan di negara lain maka hal ini sebetulnya tidak perlu diatur lagi. Memasukan klausula tentang pencatatan bagi WNI di luar negeri menunjukkan ketidakpahaman pembuat undang-undang tentang istilah penduduk dan kedaulatan hukum. Penduduk adalah siapa saja yang menetap atau bertempat tinggal dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Apabila ada WNI yang tinggal di Washington Amerika Serikat maka WNI tersebut adalah penduduk Amerika Serikat. Sehingga segala tindakannya di negara Amerika Serikat tunduk pada hukum negara tersebut. Sedangkan yang dimaksudkan kedaulatan hukum adalah suatu perundang-undangan hanya berlaku di wilayah negara yang bersangkutan Registrasi penduduk di Indonesia relatif masih sangat lemah. Kelengkapan dan akurasi serta kemutakhirannya masih jauh dari tingkatan kualitas yang kita harapkan. DPT tersebut secara kronologis berasal dari database kependudukan yang teoretis ada di setiap wilayah, sebagai hasil pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan SIAK yang sampai sekarang belum pernah terealisasi dengan baik. Kualitas database kependudukan yang tidak sempurna itu telah dimanfaatkan sebagai bahan dalam penyusunan Data Agregat Kependudukan per Kecamatan DAK-2 dan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu DP-4 yang diserahkan oleh Depdagri kepada KPU. Kemudian, KPU menjadikan data tersebut sebagai landasan penyusunan Daftar Pemilih Sementara DPS, yang dimutakhirkan menjadi DPT. Karena sejak awal database kependudukan yang lengkap, akurat, dan mutakhir belum ada, dapat dimengerti kalau KPU mengalami kesulitan dalam melaksanakan pemutakhiran DPS menjadi DPT. Oleh karena itu, sudah waktunya Depdagri beserta segenap jajarannnya melaksanakan secara penuh pedoman yang tertuang dalam peraturan perundangan dan peraturan pelaksanaan yang jelas memberikan landasan hukum dan teknis penerapan registrasi penduduk di Indonesia. Registrasi penduduk di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, beserta peraturan pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 serta Peraturan Presiden No. 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil § Masalah utama yang menghalangi terselenggaranya registrasi penduduk dengan baik adalah minimnya sosialisasi yang mengakibatkan terbatasnya pemahaman penduduk tentang hak dan kewajiban mereka terkait dengan administrasi kependudukan. Selama ini, yang lebih banyak disiapkan adalah pelaksana dan petugas pendaftaran penduduk. . Landasan hukumnya jelas, demikian pula pedoman teknis seperti tercantum dalam peraturan pelaksanaannya. Namun, mengapa setelah tiga tahun dikeluarkannya undang- undang tentang administrasi kependudukan ternyata registasi penduduk di Indonesia tidak kunjung membaik? Secara teknis, penanggung jawab pelaksanaan administrasi kependudukan ini berada pada Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan Minduk Depdagri. Sudah banyak upaya yang telah diusahakan Ditjen ini, tetapi tetap ada masalah sehingga segala upaya Ditjen Minduk tidak tampak hasilnya. § Jurnal Ilmiah, Admnistrasi Publik, Birokrasi Era Reformasi, Vol. V No 1, September 2004 –Februari 2005. Sedangkan, masyarakat luas tidak pernah memperoleh informasi lengkap mengenai dampak dikeluarkannya Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan peraturan pelaksanaannya. Penduduk merasa bahwa kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil berlangsung ‘as usual’ saja. Artinya, tidak ada hal baru dan tidak perlu memperbarui sikap akan urgensinya melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa lainnya yang terjadi dalam keluarga. Ditjen Minduk sibuk melakukan raker, pelatihan petugas daerah, dan mengeluarkan berbagai instruksi berkaitan dengan administrasi kependudukan. Semua ini memang penting dan perlu dilakukan, tetapi masih belum memadai manakala sisi lain, yaitu masyarakat luas, belum disiapkan untuk mengimbangi kesibukan Ditjen Minduk. Berbagai instruksi ke daerah di bidang manajemen dan administrasi kependudukan telah dikeluarkan, termasuk masalah kelembagaan, penerapan sistem, penyediaan sumber daya manusia, penyediaan sarana dan prasarana, serta fasilitas fisik lainnya. Walau demikian, semua itu belum diikuti dengan sistem monitoring yang sempurna guna mengamati dan mengevaluasi kemajuan tingkat penerapannya di daerah, kendala teknis maupun administrtatif yang dihadapi instansi pelaksana di daerah, dan reporting system yang secara komprehensif bisa menjadi sarana untuk memperoleh masukan dalam mencari jalan keluar untuk menanggulangi berbagai masalah operasional yang terjadi. Kalau hal itu telah dilakukan, mustahil Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu DP-4 yang diserahkan Depdagri kepada KPU menghasilkan DPS yang kacau balau dan tidak jelas sumbernya hingga terjadi penggunaan hak angket oleh DPR. Salah satu jawaban terhadap ketidaksiapan penduduk dalam merespons keluarnya Undang-undang No. 23 Tahun 2006 itu adalah keharusan Depdagri menggelorakan pelaksanaan registrasi penduduk melalui suatu gerakan nasional. Sebagai sebuah gerakan nasional, partisipasi, respons, pemahaman, dan kesadaran penduduk bisa digugah, sehingga mereka dapat melaksanakan kewajibannya untuk memperoleh hak masing- masing Jurnal Ilmu Pemerintahan, Penataan Kelembagaan Pemerintahan, Edisi 7, Tahun 2002,Penerbit, Masyarakat Ilmu Pemerintahan. . Sesuai Undang-Undang No 23 Tahun 2006, setiap penduduk berhak memperoleh dokumen kependudukan, seperti KK, KTP, NIK, Surat Keterangan Kependudukan pindah, datang, kelahiran, dan kematian, Akta Pencatatan Sipil, dan lain-lain. Penduduk juga berhak memperoleh pelayanan yang sama tidak ada perlakuan yang bersifat diskriminatif dalam hal pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Di samping itu, penduduk berhak memperoleh ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta penyalahgunaan data pribadi oleh instansi pelaksana. Di pihak lain, tiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan administrtasi kependudukan yang terdiri dari: • Penetapan sistem, pedoman, dan standar pelaksana administrasi kependudukan. • Sosialisasi administrasi kependudukan. • Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan administrasi kependudukan. • Pengelolaan dan penyajian data kependudukan. Sementara itu, pemerintah kabupaten atau kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan dengan kewenangan meliputi: • Pengaturan teknis penyelenggaraan administrasi kependudukan sesuai ketentuan peraturan perundangan. • Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan administrasi kependudukan. • Pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang administrasi kependudukan. • Pengelolaan dan penyajian data kependudukan di wilayahnya. Penduduk memiliki hak dalam sistem administrasi kependudukan. Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh: 1. Dokumen kependudukan; 2. Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; 3. Perlindungan atas data pribadi; 4. Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen; 5. Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas dirinya danatau keluarganya; dan 6. ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta penyalahgunaan data pribadi oleh instansi pelaksana. Setiap penduduk memiliki kewajiban melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap kejadianperistiwa penting yang dialami -- -- akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga KK, Kartu Tanda Penduduk KTP, dan atau surat keterangan kependudukan lain yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Dokumen Kependudukan pada dasarnya meliputi : 1.Biodata Penduduk 2. Kartu Keluarga KK; 3. Kartu Tanda Penduduk KTP; 4.Surat Keterangan Kependudukan 5.Akte Pencatatan Sipil Surat keterangan kependudukan meliputi surat-surat sebagai berikut: Biodata Penduduk; Surat keterangan kependudukan; Akta Pencatatan Sipil. 1. Surat Keterangan Pindah; 2. Surat Keterangan Pindah Datang; 3. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri; 4. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri; 5. Surat Keterangan Tempat Tinggal; 6. Surat Keterangan Kelahiran; 7. Surat Keterangan Lahir Mati. 8. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan; 9. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian; 10. Surat Keterangan Kematian; 11. Surat Keterangan Pengangkatan Anak; 12. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia; 13. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan 14. Surat Keterangan Pencatatan Sipil. Pelayanan pencatatan sipil meliputi pencatatan peristiwa penting, yaitu: 1. Kelahiran; 2. Kematian; 3. Lahir mati; 4. Perkawinan; 5. perceraian; 6. Pengakuan anak; 7. Pengesahan anak; 8. Pengangkatan anak; 9. Perubahan nama; 10. Perubahan status kewarganegaraan; 11. Pembatalan perkawinan; 12. Pembatalan perceraian; dan 13. Peristiwa penting lainnya Instansi pelaksana administrasi kependudukan yaitu: 1. Kantor Urusan Agama KUA tingkat kecamatan untuk pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam 2. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di kabupatenkota 3. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di ProvinsiKota 4. Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di kotamadyakabupaten administrasi

B. Pembagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kependudukan Menurut UU Otonomi Daerah