Pelayanan Publik Menurut Peraturan Perundang-Undangan

tentang Pemerintahan Daerah dan perubahannya. Pemerintahan Daerah menurutUndang- Undang Nomor 32 tahun 2004, adalah Pemerintah Daerah dan DPRD atau dikenal dengan eksekutif dan legislatif yang memiliki fungsi menyelenggarakan pelayanan publik dan fungsi sebagai lembaga politik.Pada hakekatnya, Kepala Daerah adalah lembaga politik, dan harus dipahami sebagai Top Pimpinan DaerahTop Manager, keberadaannya dipilih oleh masyarakat konstituenmelalui proses politik pemilihan Kepala Daerah PILKADA yang diajukan oleh kereta Partai Politik. Oleh karenanya, kebijakan penyelenggaraan pelayanan publik di daerah dalamprakteknya, dipengaruhi oleh komitmen politik dari Kepala Daerah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Komitmen politik disini dimaksudkan, bahwa Kepala Daerah sebagai pimpinan Pemerintah Daerah eksekutif yang ditugasi melaksanakan fungsi pelayanan publik Perintah Perda danatau Peraturan Perundang-undangan, seharusnya memiliki komitmen dan kemauan untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang baik dan berorientasi pada kepentingan konsituennya atau masyarakat pemilihnya, untuk tujuan mensejahterakan masyarakat.

D. Pelayanan Publik Menurut Peraturan Perundang-Undangan

Berbagai Pengertian mengenai Pelayanan Service banyak dikemukakan oleh para ahli; diantaranya menurut American Marketing Association, seperti dikutip oleh Donald W,Cowell menyatakan bahwa; “Pelayanan pada dasarnya adalah merupakan kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada hakekatnya tidakberwujud serta tidak menghasilkan kepememilikan sesuatu, proses produksinya mungkin dan mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik”. Sementara menurut Lovelock,Christoper H, bahwa “service” adalah produk yang tidak berwujud, berlangsung sebentar dan dirasakan atau dialami”. Artinya service merupakan produk yang tidak adawujud atau bentuknya sehingga tidak ada bentuk yang dapat dimiliki, dan berlangsung sesaat atau tidak tahan lama, tetapi dialami dan dapat dirasakan oleh penerima layanan. Sedangkan menurut M.A. Imanto bahwa siklus pelayanan adalah “Sebuah rangkaian peristiwa yang dilalui pelanggan sewaktu menikmati atau menerima layanan yang diberikan. Dikatakan bahwa siklus layanan dimulai pada saat konsumen mengadakan kontak pertama kali dengan service delivery system dan dilanjutkan dengan kontak-kontak berikutnya sampai dengan selesai jasa tersebut diberikan”.Pelayanan Publik Pelayanan Umum menurut Lembaga Administrasi Negara diartikan: “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan diPusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMNBUMD dalam bentuk barang danatau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan Peraturan Perundang-undangan”. Departemen Dalam Negeri 2004 menyebutkan bahwa;“Pelayanan Publik adalah Pelayanan Umum”, dan mendefinisikan “Pelayanan Umum adalahsuatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk, baik berupa barang dan jasa”. Dari beberapa pengertian pelayanan dan pelayanan publik yang diuraikan tersebut,dalam konteks pemerintah daerah, pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat danatau organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.Dengan demikian, terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah organisasi pemberi penyelenggara pelayanan yaitu Pemerintah Daerah. Unsur kedua adalah penerima layanan pelanggan yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan danatau diterima oleh penerima layanan pelanggan.Unsur pertama menunjukan bahwa pemerintah daerah memiliki posisi kuat sebagai regulator dan sebagai pemegang monopoli layanan, dan menjadikan Pemda bersikap statis dalam memberikan layanan, karena layanannya memang dibutuhkan atau diperlukan oleh orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan. Posisi ganda inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab buruknya pelayanan publik yang dilakukan pemerintah daerah,karena akan sulit untuk memilah antara kepentingan menjalankan fungsi regulator dan melaksanakan fungsi meningkatkan pelayanan. Unsur ketiga, adalah orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan atau memerlukan layanan penerima layanan, pada dasarnya tidak memiliki daya tawar atau tidak dalam posisi yang setara untuk menerima layanan, sehingga tidak memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan yang baik. Posisi inilah yang mendorong terjadinya komunikasi dua arah untuk melakukan KKN dan memperburuk citra pelayanan dengan mewabahnya Pungli, dan ironisnya dianggap saling menguntungkan. Unsur keempat adalah kepuasan pelanggan yang menerima pelayanan, unsur kepuasan pelanggan menjadi perhatian penyelenggara pelayananPemerintah, untuk menetapkan arah kebijakan pelayanan publik yang berorientasi memuaskan pelanggan, dan dilakukan melalui upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja manajemen pemerintahan daerah. Paradigma kebijakan publik di era otonomi daerah yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, memberikan arah tejadinya perubahan atau pergeseran paradigma penyelenggaraan pemerintahan, dari paradigma rule government bergeser menjadiparadigma good governance. Dengan demikian, pemerintah daerah dalam menjalankan monopoli pelayanan publik,sebagai regulator rule government harus mengubah pola pikir dan kerjanya dan disesuaikan dengan tujuan pemberian otonomi daerah, yaitu memberikan dan meningkatkan pelayanan yang memuaskan masyarakat. Untuk terwujudnya good governance, dalam menjalankan pelayanan publik, Pemerintah Daerah juga harus memberikan kesempatan luas kepada warga dan masyarakat, untuk mendapatkan akses pelayanan publik, berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, transparansi, akuntabilitas dan keadilan. Konsepsi Pelayanan Publik Konsepsi pelayanan publik, berhubungan dengan bagaimana meningkatkan kapasitas dan kemampuan pemerintah danatau pemerintahan daerah menjalankan fungsi pelayanan,dalam kontek pendekatan ekonomi, menyediakan kebutuhan pokok dasar bagi seluruh masyarakat. Kebutuhan pokok masyarakat akan terus berkembang seiring dengan tingkat perkembangan sosio-ekonomi masyarakat. Artinya, pada tingkat perkembangan tertentu,sesuatu jenis barang dan jasa yang sebelumnya dianggap sebagai barang mewah, dan terbatas kepemilikannya atau tidak menjadi kebutuhan pokok, dapat berubah menjadi barang pokok yang diperlukan bagi sebagian besar masyarakat. Dengan demikian, perubahan dan perkembangan konsep kebutuhan pokok masyarakat, terkait erat dengan tingkat perkembangan sosio-ekonomi masyarakat yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi,industrialisasi, serta perubahan politik.Hasil pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi erat kaitannya dengan partisipasi masyarakat yang mendorong perhumbuhan tersebut, dan harus didistribusikan dan dialokasikan secara adil dan merata kepada setiap anggota masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Pengaturan distribusi dan alokasi tersebut, sesuai dengan fungsinya dijalankanoleh birokrasi lembaga-lembaga pemerintahan danatau pemerintahan daerah, sebagai wujud dari fungsi pelayanan berdasarkan kepentingan publik yang dilayani.Penyediaan pelayanan dasar core public services dalam konteks pendekatan sosial,berhubungan dengan penyediaan pelayanan di bidang pendidikan dan kesehatan. Secara ekonomis, penyediaan pelayanan dasar tersebut tidak memberikan keuntungan finansial atau Pendapatan Asli Daerah kepada Daerah, dan bahkan membutuhkan biaya dalam jumlah yang besar untuk menyediakan pelayanan pendidikan dan kesehatan. Penyediaan pelayanan pendidikan dan kesehatan harus dilihat sebagai investasi jangka panjang yang harus disikapi secara bijak dengan pandangan dan pemikiran jauh kedepan, karena hasilnya baru akan dinikmati oleh masyarakat dan pemerintah pemerintah daerah dimasa mendatang. Kebijakan penyediaan pelayanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan, pada hakekatnya menjadi tugas dan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah, untuk mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Secara teoritik, Birokrasi Pemerintahan memiliki tiga fungsi utama, yaitu; fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan, berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Fungsi utamanya, memberikan pelayanan service langsung kepada masyarakat.Fungsi pembangunan, berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang menjalankan salah satu bidang tugas tertentu di sektor pembangunan. Fungsi pemerintahan umum, berhubungan dengan rangkaian kegiatan organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum regulasi, temasuk didalamnya menciptakan dan memelihara ketentraman dan ketertiban. Fungsinya lebih dekat pada fungsi pengaturan regulation function. Ketiga fungsi birokrasi pemerintahan tersebut, menunjukan bahwa pelayanan publikyang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah, cakupannya sangat luas yaitu pelayanan yang menghasilkan public good, seperti jalan, jembatan, pasar dan lain-lain, dan pelayanan yang menghasilkan Peraturan Perundang- undangan atau kebijakan yang harus dipatuhi oleh masyarakat public regulation, seperti perizinan, Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, dan lain-lain. Lingkup Pelayanan Publik UUD Negara RI Tahun 1945 sebagai perwujudan kedaulatan rakyat pada dasarnya bertujuan meningkatkan harkat dan martabat bangsa, mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk memberikan kemakmuran sebesar-besarnya bagi rakyat, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Undang Undang Dasar 45 memberikan perintah, tugas danwewenang kepada seluruh aparatur Negara melaksanakan amanat untuk mensejahterakan rakyatnya, melalui penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dan bertanggungjawab, dan perwujudannya adalah pelayanan publik yang baik. Dengan demikian, amanat Undang-Undang Dasar 1945, menjadi penjuru atau pedoman bagi seluruh aparatur Negarapemerintahan di semua susunan pemerintahan, sesuai dengan tugas dan fungsinya wajib menyelenggarakan; kepemerintahan yang baik, pembangunan dan pelayanan kepada warga dan rakyatnya, untuk tujuan kesejahteraan rakyatnya. Penyelenggara pelayanan publik, meliputi seluruh penyelenggara Negara danpemerintahan sesuai dengan fungsi dan bidang tugasnya, lembaga independen yang dibentuk oleh pemerintah untuk menjalankan pelayanan publik, dan masyarakat atau lembaga prifatyang menyelenggarakan pelayanan private goods, serta Badan UsahaBadan Hukum yang bekerjasama danatau diberi tugas melaksanakan fungsi pelayanan publik. Berbicara tentang pelayanan publik, kita sering terjebak pada pemahaman legislasi bahwa pelayanan seolah-olah hanya berkaitan dengan kegiatan pelayanan administratif, padahal pelayanan publik ruang lingkupnya sangat luas. Pelayanan publik lingkupnya dapat berbentuk penyedianan pelayanan fisik atau barang dan jasa, dan ruang lingkup kegiatannya dapat menjadi lebih luas. Seperti; pelayanan dalam rangka penyediaan fasilitas dan utilitas jalan, jembatan, sarana dan prasarana perekonomian, perhubungan, persampahan, penerangan jalan dan lainnya. Pelayanan dalam rangka pengaturan dan pengendalian perizinan,ketentraman dan ketertiban, pelayanan yang sifatnya administrasi surat menyurat,rekomendasi dan lain-lain, pelayanan yang bersifat pembinaan kebijakan pemberdayaan masyarakat, pendidikan, kesehatan dan sosial budaya. Demikian pula, pelayanan yang bersifat pemberian informasi, desiminasi, sosialisasi dan konsultasi, serta bentuk pelayanan lainnya yang berkaitan dengan tugas dan fungsi aparatur Negara, seperti hukum, keamanandan lainnya.Secara teoritik mengutip pendapat ahli , bahwa pada era tahun 1945 sd 1975, dihampir kebanyakan Negara melakukan tindakan pro aktif terhadap masalah domestiknya, dan mencari jalan bagaimana agar perusahaan publik dapat menjangkau dan menangani pelayanan publik termasuk pelayanan yang bersifat sosial dan menjadi kewajiban pemerintahdaerah .Langkah proaktif tersebut tidak hanya pada area pelayanan publik yang bersifat tradisional seperti pelayanan pendidikan dan kesehatan, tetapi berkembang lebih jauh pada area yang masuk menjadi domain umum seperti perbankan, tenaga listrik, penyediaan air bersih, perumahan, dan bahkan pabrik yang menyediakan besi dan baja. Pada saat itu, pasar gagal atau tidak berfungsi dan tidak mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.Dalam pekembangannya, pasar bergerak positif dan mampu memperbaiki dan meningkatkan efesiensi dan efektifitasnya dalam penyediaan pelayanan. Terjadi perubahan, dan mendorong politisi untuk meminta pemerintahdaerah meninjau kembali kebijakan dan perannya di dalam menangani atau menyediakan pelayanan publik. Pada saat yang bersamaan dengan meningkatnya kemampuan pasar pelayanan tradisional yang tidak marketable seperti pendidikan dan kesehatan, layanannya harus tetap terus berlangsung, dan menjadi tugas dan tanggungjawab pemerintah atau pemerintah daerah. Dari uraian diatas, menunjukan bahwa pada hakekatnya pelayanan publik yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah, ruang lingkupnya sangat luas, dantidak akan mampu ditangani sendiri, oleh karenanya sebagian pelayanan publik dilakukan oleh swasta atau masyarakat. Pada saat pasar tidak berfungsi memberikan layanan yang dibutuhkan masyarakat, pemerintah atau pemerintah daerah berkewajiban untuk melaksanakan tugas, tanggungjawab dan kewajibannnya menyelenggarakan pelayanan publikyang ditinggalkan swasta. Dalam praktek, diketahui bersama bahwa tidak semua barang dan jasa yang disediakan marketable not all goods and services are marketable dan tidak semua pelayananpublik dapat disediakan oleh pasar. Menjadi pertanyaan, mengapa pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan dan bidang sosial lainnya, tidak ada pasarnya non marketable. Ada beberapa asumsi, mengapa pelayanan pendidikan dan kesehatan dianggap tidak marketable atau tidak ada pasarnya, antara lain: 1 Masyarakat akan selalu mengaturmengorganisasi sendiri melalui satu rencana atau mencari nilai pertimbangan yang lain untuk mendapatkan pelayanan 2 Tidak ada alokasi penghasilan lain untuk mendapatkan pelayanan yang akan membuat keadaan seluruh anggota masyarakat menjadi lebih baik 3 Keadilan distribusi pendapatan yang tidak merata 4 Profesionalisme Dokter dan Guru, berperan ganda 5 Pendekatan pasar adalah profit keuntungan.Lingkup pelayanan publik yang menjadi kewajiban pemerintahan daerah menurut Undang-Undang nomor 322004, adalah seluas tugas, wewenang dan fungsinya di dalam menyelenggarakan pelayanan publik, termasuk di dalamnya penyediaan public goods dan public regulation,untuk pelayanan dasar minimal dan pelayanan uusan pilihan corecompetence. Terdapat urusan wajib yang menjadi kewenangan daerah untuk menyelenggarakan pelayanan dasar, menurut Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004, dan diantaranya pelayanan pendidikan dan kesehatan merupakan pelayanan dasar yang wajib dilaksanakan oleh daerah merupakan core public services. Core Public Services,adalah merupakan konsep pelayanan publik yang secara tradisional diterapkan di Negara yang menganut konsep welfare state, yang berkewajiban untuk menyediakan pelayanan dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat, meliputi 4 empat bidang pelayanan yaitu pendidikan,kesehatan, kesejahteraan dan keamanan education, health, welfare and security. Core public services, menjadi tugas, fungsi dan kewajiban pemerintah atau pemerintahan daerah untuk menyelenggarakan pelayanan publik. Dalam prosesnya, sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan, pelayanan publik berkembang luas bidang perekonomian, jasa perdagangan, infra struktur dan sebagainya. Keempat bidang pelayanan dasar core public service tersebut merupakan inti atau basic pelayanan yang dibutuhkan dandiperlukan oleh masyaraakat, untuk tujuan mewujudkan warga masyarakat yang; Cerdas,Sehat, Sejahtera dan Tertib, Aman dan Tentram.Dikaitkan dengan Undang- undang 322004, Core Public Services yang meliputi 4 bidang pelayanan tersebut, terakomodir sebagai bagian dari 14 urusan pelayanan dasar yang wajib dan menjadi kewenangan wajib daerah untuk menyelenggarakan pelayanan dasar yang dibutuhkan masyarakat. Apabila diteliti lebih dalam, pelayanan dasar yang diatur dalam Undang- Undang nomor 32 2004, sebenarnya pengembangan dari core public service yangdisesuaikan dengan kebutuhan khas Indonesia. Penyesuaian dilakukan, terutama untuk mengakomodir kebutuhan dan kepentingan pengaturan pembagian urusan dan kewenangan,dan organisasi pemerintahan daerah. Mempertimbangkan pelayanan publik lingkupnya sangat luas dan multi dimensial,maka dalam pembahasan bahan ajar pelayanan publik selanjutnya, difokuskan pada fungsi pemerintahan daerah dalam menyediakan pelayanan yang bersifat public regulation atau lebihkhusus dibidang pelayanan perizinan dan hubungannya dengan kualitas pelayanan dan kinerjamanajemen pemerintahannya.Penyelenggaraan Pelayanan Publik Penyelengaraan pelayanan publik, dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik,yaitu; penyelenggara Negarapemerintah, penyelenggara perekonomian dan pembangunan,lembaga independen yang dibentuk oleh pemerintah, badan usahabadan hukum yang diberiwewenang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pelayanan publik, badan usahabadanhukum yang bekerjasama danatau dikontrak untuk melaksanakan sebagaian tugas dan fungsipelayanan publik §§ Disamping itu, penyelenggara pelayanan publik termasuk masyarakat7umum atau swasta yang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pelayanan publik yang tidakmampu . §§ Policy Brief. 2001. Kinerja Pelayanan Publik. CPPS-UGM, Yogyakarta. disediakan oleh pemerintahpemerintah daerah. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Publik Sepuluh Prinsip pelayanan umum diatur dalam Keputusan Menteri NegaraPemberdayaan Aparatur Negara Nomor 63KEPM.PAN72003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, kesepuluh prinsip tersebut adalah sebagai berikut: aKesederhanaan. Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudahdi pahami, dan mudah dilaksanakan b Kejelasan. Persyaratan teknis dan adminsitratif pelayanan publik; Unit kerjapejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalammemberikan pelayanan dan penyelesaian keluhanpersoalan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik; Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. cKepastian waktu. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Akurasi. Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. d Keamanan. Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum. e Tanggung jawab. Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan Penyelesaian keluhanpersoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik. f Kelengkapan sarana danprasarana kerja, peralatan kerja dan pendudkung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika teletematika. g Kemudahan Akses.Tempat dan lokasi sarana prasarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi. hKedisiplinan, kesopanan dan Keramahan. Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopandan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. i Kenyamanan. Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapih,lingkungan yang indah dan sehat, serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan,seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lainnya.Untuk merealisasikan kesepuluh prinsip pelayanan umum tersebut tidak mudah,karena terkait dengan kompleknya penyelenggaraan pelayanan umum, banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja pelayanan yang optimal. Faktor-faktor yangmempengaruhi kinerja pelayanan umum mencakup; aparatur pemerintah sebagai penyelenggara kualitas SDM; masyarakat atau pelanggan sebagai pengguna atau penerima layanan umum; Peraturan Perundang-undangan; mekanisme dan prosedur penyelenggaraan pelayanan umum; sarana prasarana pendukung penyelenggaraan pelayanan; kelembagaan dan sumber pendanaan untuk kegiatan operasional pelayanan umum, dan yang paling menentukan adalah komitmen top pimpinan daerah. Upaya meningkatkan kinerja pelayanan umum akan mendapat hambatan, manakala kita tidak memahami masalah-masalah yang ada pada masing-masing faktor yangmempengaruhi tersebut, oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk memadukan dan mengintegrasikan masing-masing faktor tersebut. Penyelengaraan pelayanan publik, dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik,yaitu; penyelenggara Negarapemerintah, penyelenggara perekonomian dan pembangunan,lembaga independen yang dibentuk oleh pemerintah, badan usahabadan hukum yang diberiwewenang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pelayanan publik, badan usahabadanhukum yang bekerjasama danatau dikontrak untuk melaksanakan sebagaian tugas dan fungsi pelayanan publik. Dan masyarakat umum atau swasta yang melaksanakan sebagian tugas danfungsi pelayanan publik yang tidak mampu ditanganidikelola oleh pemerintahpemerintahdaerah.Standar Pelayanan PublikSetiap Penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan, sebagaijaminan adanya kepastian bagi pemberi didalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dan bagipenerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonannya. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagai pedoman yangwajib ditaati dan dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonan, serta sebagai alat control masyarakat danatau penerima layanan atas kinerja penyelenggara pelayanan. Oleh karena itu perlu disusun dan ditetapkan standar pelayanan sesuai dengan sifat, jenis dan karakteristik layanan yang diselenggarakan serta memperhatikan lingkungan.Dalam proses perumusan dan penyusunannya melibatkan masyarakat danatau stakeholder lainnya termasuk aparat birokrasi untuk mendapatkan saran dan masukan dan membangun kepedulian dan komitmen. Standar Pelayanan Publik menurut KeputusanMenteri PAN Nomor 63KEPM.PAN72003, sekurang-kurangnya meliputi: Prosedur pelayanan; Waktu Penyelesaian; Biaya Pelayanan; Produk Pelayanan; Sarana dan Prasarana;dan Kompetensi petugas pelayanan.Selanjutnya untuk melengkapi standar pelayanan tersebut diatas, ditambahkan materi muatan yang dikutip dari rancangan Undang-Undang tentang Pelayanan Publik yang cukup realistis untuk menjadi materi muatan Standar Pelayanan Publik, sehingga susunannyamenjadi sebagai berikut; a Dasar Hukum b Persyaratan c Prosedur pelayanan dWaktu Penyelesaian e Biaya Pelayanan f Produk Pelayanan g Sarana dan Prasarana h Kompetensi petugas pelayanan i Pengawasan intern j Pengawasan extern kPenanganan Pengaduan, saran dan masukan; dan l Jaminan pelayanan.Tambahan materi muatan standar pelayanan publik tersebut diatas dimaksudkan untuk melengkapi, dasar pertimbangannya cukup realiistis karena memasukan materi muatan dasar hukum memberikan kepastian adanya jaminan hukumlegalitas bagi standar pelayanan tersebut. Disamping itu, persyaratan, pengawasan, penanganan pengaduan dan jaminan pelayanan bagi pelanggan perlu dijadikan materi muatan standar pelayanan publik. Penyusunan standar pelayanan publik, harus mempertimbangkan aspek kemampuan, kelembagaan dan aparat penyelenggara pelayanan, dan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat. Dengan harapan, agar standar pelayanan publik yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik, terutama oleh para pelaksana operasional pelayanan yang berhadapan langsung dengan masyarakat, dimengeti dan diterima oleh masyarakat stakeholder.Dalam pembahasan, perumusan dan penyusunan standar pelayanan seharusnyamelibatkan aparat yang terkait dengan pelayanan untuk membangunan komitmen mencapai tujuan bersama yang ditetapkan dalam visi, misi organisasi. Tidak kalah pentingnya melibatkan masyarakatstakeholder, dan pelaksanaannya tidak bersifat formalitas. Konsepsi kebijakan otonomi daerah Kebijakan desentralisasi memiliki tujuan utama, yaitu tujuan politik dan tujuan administratif. Tujuan politik, diarahkan untuk memberi ruang gerak masyarakat dalam tataran pengembangan partisipasi, akuntabilitas, transparansi dan demokrasi. Disisi lain dari pendekatan aspek pendemokrasian daerah, memposisikan Pemerintahan Daerah sebagai medium pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal Sinambela., Lijan Poltak dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Bumi Aksara, Jakarta. . Diharapkan pada saatnya, secara agregat daerah memberikan kontribusi signifikan tehadap perkembangan pendidikan politiksecara nasional, dan terwujudnya civil society. Sedangkan tujuan administratif, memposisikan Pemerintah Daerah sebagai unit pelayanan yang dekat dengan masyarakat yang diharapkan dapat berfungsi maksimal dalam menyediakan pelayanan publik secara efektif, efisien dan ekonomis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.Berdasarkan tujuan politik dan administratif tersebut diatas, memberikan kejelasan bahwa misi utama dari keberadaan Pemerintahan Daerah, adalah bagaimana mensejahterakan warga dan masyarakatnya melalui penyediaan pelayanan publik secara efektif, efisien dan ekonomis, dengan cara-cara yang demokratis. Konsep kebijakan pemberian otonomi luas,nyata dan bertanggungjawab pada dasarnya diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Melalui peningkatan pelayanan publik dan pemberdayaan peran serta masyarakat, daerah diharapkan mampu mengembangkan kreativitas, inovasi, dan dengan komitmennya berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pada pada saatnya diharapkan mampu mengembangkan potensi unggulannya dan mendorong peningkatan daya saing daerah, serta meningkatkan perekonomian daerah. Prinsip otonomi yang nyata, adalah memberikan diskresi atau keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan urusan atau kewenangan bidang pemerintahan tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan urusan yang secara nyata hidup dan berkembang, di masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan prinsip otonomi yang bertanggung jawab, berkaitan dengan tugas, fungsi, tanggungjawab dan kewajiban daerah di dalam pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah. Artinya Daerah harus mempertanggung-jawabkan hak dan kewajibannya kepada masyarakat atas pencapaian tujuan otonomi daerah.Wujud tanggung jawab tersebut harus tercermin dan dibuktikan dengan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik berdasarkan prinsip-prinsip pelayanan publik, pengembangan demokrasi, keadilan dan pemerataan bagi masyarakat daerahnya. Disamping itu, wujud pelaksanaan tanggung jawab daerah di dalam penyelenggaraan otonomi daerah juga harus didasarkan pada hubungan yang serasi antar susunan pemerintahan dan kebijaksanaan pemerintahan nasional.Otonomi daerah yang luas, tidak bermakna atau tidak berarti daerah dapat semena-mena atau sebebas-bebasnya melakukan tindakan dan perbuatan hukum berdasarkan selera dan keinginan yang mengedepankan ego daerah. Penyelenggaraan otonomi yang luas, harus sejalan, selaras dan dilaksanakan bersama-sama dengan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, dan memperhatikan keserasian hubungan antar pemerintahan daerah dan pemerintah nasional.Konsep Kebijakan Pelayanan Publik pada Era Otonomi Daerah Paradigma kebijakan pelayanan publik di era otonomi daerah yang diatur melaluiberbagai macam Peraturan Perundang-undangan, hakekatnya untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik. Konsep pemberian otonomi kepada daerah dan konsep desentralisasi yang telah diuraikan diatas, mengandung pemahaman bahwa kebijakan pelayanan publik di era otonomi daerah, adalah dalam kerangka terselenggaranya kepemerintahan yang baik, yang diwujudkan melalui tanggung jawab dan kewajiban daerah untuk meningkatkan pelayanan publik untuk mensejahterakan masyarakat di daerahnya.Otonomi daerah adalah “hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyaraka tsetempat…”. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas- batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat, menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.Definisi tersebut dapat diartikan, bahwa otonomi daerah adalah hak,wewenang dan kewajiban yang diberikan kepada kesatuan masyarakat hukum untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan untuk kepentingan mensejahterakan masyarakat. Pengertian kesatuan masyarakat hukum dapat diartikan, sekelompok masyarakat yang melembaga yang memiliki tatanan hubungan, aturan, adat istiadat, kebiasaan dan tata cara untuk mengatur dan mengurus kehidupannya dalam batas wilayah tertentu. Dalam konteks Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang diberi hak,wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah dan selanjutnya disebut Daerah. Dengan demikian, penyelenggara otonomi daerah sebenarnya adalah perwujudan dari kesatuan masyarakat hukum, dan selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 322004 disebut Pemerintahan Daerah. Pemerintahan Daerah disini, mengandung dua pengertian; yaitu dalam arti institusi adalah Pemerintah Daerah dan DPRD, dan dalam arti proses adalah kegiatan penyelenggaran pemerintahan daerah. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah,Pemerintah Daerah dan DPRD seharusnya berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan mengutamakan tanggungjawab dan kewajibannya untuk mensejahterakan masyarakat, dengan memberikan danatau menyediakan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Konsep otonomi daerah telah membuka sekat komunikasi, transparansi dan akuntabilitas di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Otonomi daerah memberikan kesempatan luas kepada masyarakat untuk semakin memahami hak- haknya mendapatkan pelayanan dari pemerintah daerah, termasuk peran dan hak-hak perempuan di dalam mendapatkan akses pelayanan, kesetaraan perlakuan dan kesempatan luas untuk beraktivitas di ranah birokrasi publik. Masyarakat semakin kritis dan berani untuk menyampaikan aspirasi dan melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintah daerahnya. Harus diakui, pelaksanaan otonomi daerah dewasa ini, dengan kekurangan dan kelebihannya belum berpengaruh signifikan terhadap kehidupan masyarakat, terutama dalam proses memberdayakan masyarakat empowering dan memberikan pendidikan politik demokrasi. Dilihat dari tujuan pemberian otonomi, kondisi dan perkembangan masyarakat yang dinamis tersebut,memberikan sinyal peringatan bagi pemerintah daerah untuk bersikap arif. Dinamika masyarakat tersebut, harus ditempatkan sebagai tantangan konstukrif yang harus disikapi positif oleh para pemimpinpengambil kebijakan dan jajaran aparatnya,di dalam memberikan pelayanan publik yang sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat.Konsep kebijakan pelayanan publik yang dikemas melalui produk hukum danatau kebijakan daerah, umumnya masih didasarkan pada pendekatan kekuasaan atau kewenangan yang lebih mengedepankan kepentingan pemerintah daerah danatau birokrasi,dan belum berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat.Konsep kebijakan pelayanan publik di era otonomi daerah, pada hakekatnya ditujukan dan berorientasi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat citizen. Di sisi lain, kebijakan pelayanan publik diarahkan guna memberdayakan empowerment staf dan masyarakat, yang secara bersama-sama saling berinteraksi dalam mendukung meningkatnya kualitas pelayanan. Bobot kebijakan pelayanan yang berorientasi pelayanan umum,seharusnya untuk kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang kurang mampu atau miskin marjinal, bukan mengutamakan hak-hak atau kepentingan kalangan yang berkemampuan atau pengusaha. Diperlukan keseimbangan mind set dari para penyelenggara pelayanan, didalam menyikapi kepentingan masyarakat yang beragam kepentingan dan kebutuhannya.“Keberhasilan pelaksanaan kebijakan pelayanan publik, dalam praktek sangat ditentukan danatau tergantung pada kemauan dan komitmen dari pimpinantop manager dan jajaran pimpinan menengah dan bawah, serta aparat penyelenggara operasional pelayanan umum “. Pembagian Urusan dan Kewenangan Pelayanan DasarEsensi dasar dari keberadaan pemerintah, adalah untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban maintain law and order serta sebagai instrumen untuk mensejahterakan rakyat.Dalam kaitan dengan Pemerintahan Daerah Pemda, mengindikasikan bahwa adanya Pemda adalah untuk mensejahterakan masyarakatnya yang secara universal diukur dengan kemampuan untuk meningkatkan pencapaian indeks pembangunan manusia Human Development IndexHDI. Indikator HDI, diantaranya dapat diketahui dari keadaan dan kondisi kesehatan, pendidikan, pendapatan masyarakat, kondisi lingkungan dan lainnya.Untuk mencapai indeks HDI yang lebih tinggi; Kata kuncinya adalah “pelayanan publik” public services, yaitu sejauh mana kemampuan Pemda untuk memberikan pelayanan publik yang optimal kepada masyarakatnya. Pelayanan publik yang disediakan Pemda seyogyanya sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.Konsekuensi pemberian urusan dan kewenangan Keberadaan Pemda adalah untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban maintainlaw and order serta sebagai instrumen untuk mensejahterakan rakyat. Dengan demikian,konsekuensi dari keberadaan Pemerintahan Daerah adalah bagaimana membuat dan melaksanakan kebijakan penyediaan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat yang baik,diterima dan memuaskan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan keberagaman kehidupan sosial, ekonomi dan budaya daerah. Konsekuensi dari keberagaman daerah, adalah dalam pembagian jumlah dan jenis urusan dan kewenangan yang dilimpahkan oleh Pemerintah Presiden kepada daerah berbeda, atau tidak sama persis antara satu daerah dengan daerah yang lain. Konsep pemberian urusan dan kewenangan pemerintahan kepada daerah, pada hakekatnya disesuaikan dengan perbedaan karakter geografis, potensi Sumber Daya Alam, keunikansosial budaya dan mata pencaharian utama penduduk daerah yang bersangkutan, sehingga jenis dan jumlah urusan dan besar kewenangan yang diserahkan kepada daerah, seharusnya beragam atau tidak sama. Namun demikian, ada urusan yang sama dan mutlak harus diselenggarakan oleh semua daerah KabupatenKota, yaitu urusan pelayanan dasar yang wajib diselenggarakan di seluruh daerah. Urusan pelayanan dasar adalah urusan yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat basic need, dengan gradasi yang berbeda antara Daerah Provinsi dengan Daerah Kabupaten dan Kota. Sedangkan yang membedakan jumlah dan jenis urusan dan kewenangan antara satu daerah dengan daerah lainnya adalah urusan dan kewenangan pilihan yang menjadi unggulan daerah core competence. Pemberian otonomi daerah, selain menimbulkan konsekuensi adanya perbedaaan jumlah dan jenis urusan pilihan antara satu daerah dengan daerah yang lainnya, juga menimbulkan konsekuensi kepada daerah untuk berusaha bagaimana dapat menghidupi kegiatan pemerintahannya. Ironisnya, konsekuensi tersebut dibebankan kepada masyarakat, dengan berbagai kebijakan pajak, retribusi dan pungutan lainnya, seperti biaya pembuatan KTP, Kartu Keluarga, dan biaya perizinan yang tidak berkait dengan prinsip pengenaan retribusi. Seharusnya, daerah dituntut mengembangkan kreativitas, inovasi untuk menciptakan peluang untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia dan daerahnya, dengan membuat kebijakan-kebijakan yang memberi peluang kepada masyarakat untuk berperan sebagai subjek pembangunan dan di dalam mengembangkan dan mengelola potensi daerahnya. Kebijakan meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,merupakan langkah kongkrit meningkatkan kualitas sumber daya manusia jangka panjang,sebagai aset pembangunan daerah. Contoh; Kabupaten Jembrana dan Sragen, dengan keterbatasan potensi sumber daya alam dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang relatif rendah, mengembangkan kreativitas dan inovasi, melalui berbagai kebijakannya mampu meningkatkan kinerja manajemen pemerintahannya yang efesien dan efektif, serta mampu memberikan peluang kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya, melalui kebijakan pendidikan, kesehatan dan kesempatan berusaha. Pelayanan yang dibutuhkan Masyarakat. Pada dasarnya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dapat dikelompokkan ke dalam dua hal yaitu: a Kebutuhan dasar basic needs seperti kesehatan,pendidikan, air, lingkungan, keamanan, sarana dan prasarana perhubungan dan sebagainya b Kebutuhan pengembangan sektor unggulan core competence masyarakat sepertipertanian, perkebunan, perdagangan, industri, dan sebagainya, sesuai dengan potensi dan karakter daerahnya masing-masing. Dalam kontek otonomi, daerah harus mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan yang berkaitan dengan kedua kelompok kebutuhan diatas .Kebutuhan dasar basic needs adalah hampir sama di seluruh daerah otonom di Indonesia,hanya gradasi kebutuhannya saja yang berbeda. Sedangkan kebutuhan pengembangan sector unggulan dan penduduk, sangat erat kaitannya dengan potensi, karakter, pola pemanfaatan dan mata pencaharian penduduknya. Dengan demikian, yang membedakan jumlah, jenis urusan dan kewenangan antara daerah adalah, urusan pilihan yang berkaitan kewenangan pengembangan sektor unggulan.Esensi pemberian urusan dan kewenangan.Dari uraian diatas, terlihat bahwa esensi dari pemberian urusan dan kewenangan pemerintahan kepada daerah berapapun luasnya, harus diterjemahkan menjadi kewenangan untuk “melayani” sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sedangkan kebutuhan masyarakat adalah pemenuhan kebutuhan dasar basic needs dan kebutuhan pengembanan sector unggulan core competence. Kewenangan dibutuhkan daerah untuk menjalankan urusannya,guna memungkinkan daerah mampu menyediakan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar dan pengembangan sektor unggulan. Dengan demikian, esensi otonomi riil yang diberikankepada daerah adalah kewenangan untuk memberikan pelayanan yang riil dibutuhkan masyarakat. “Kata kunci otonomi daerah adalah adanya Urusan dan Kewenangan Daerah dan Sumber Pembiayaannya untuk “melayani” masyarakatnya agar sejahtera”. Distribusi urusan dan kewenanganMenjadi persoalan krusial bagaimana mendistribusikan kewenangan untuk menjamin pemberian pelayanan kedalam susunan pemerintahan yang ada yaitu, Pusat, Provinsi dan KabupatenKota. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, dalam kontek pemberian otonomi dan desentralisasi, esesensinya adalah membagi tanggung jawab pelayanan kepada masyarakatsesuai dengan susunan pemerintahan. Artinya ada urusan yang menjadi kewenangan pemerintah, pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota. Kewenangan yangsepenuhnya menjadi milik Daerah KabupatenKota, seperti; penyediaan air minum,transportasi lokal, perparkiran, pasar, kebersihan, pertamanan, pemakaman, saluran limbahsewage. Demikian pula terdapat kewenangan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah, seperti Moneter, Hubungan Luar Negeri, Pertahanan Keamanan dan seterusnya. Urusan- urusan yang menjadi kewenangan bersama, yaitu urusan yang memiliki keterkaitan langsung antar susunan pemerintahan. Urusan-urusan yang dimiliki antar susunan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan bersama concurrent function yang pengaturandan pengurusannya dilakukan bersama, seperti; pendidikan, kesehatan, perhubungan,kehutanan, pertambangan, ketenagakerjaan, penanaman modal dan seterusnya. Untuk mengatur distribusi kewenangan tersebut, diperlukan ukuran atau kriteria yang dapat dijadikan dasar dan pedoman pembagian kewenangan, terutama kriteria untuk mengatur kewenangan yang bersifat concurrent, yaitu: 1 Externalitas, siapa yang terkena dampak externalitas langsung, dialah yang berwenang mengurus, contoh seperti sampah dampaknya lokalitas menjadi kewenangan dan tanggung jawab daerah KabupatenKota 2 Akuntabilitas, unit pemerintahan yang menangani urusan yang paling dekat dampaknya dengan masyarakat, akaan lebih akuntabel daripada urusan tersebut ditangani oleh unit pemerintahan yang lebih tinggi atau jauh dari masyarakat 3 Efisiensi, prinsip pemberian urusan dan kewenangan adalah untuk menciptakan efisiensi, efektifitas dan ekonomis dalam penyelenggaraan pelayanan. Diperlukan kesesuaian antara skala ekonomis dengan cakupan area layanan catchment area,kalau cakupan layanannya lokalitas menjadi urusan daerah, dan kalau cakupanlayanannya lebih luas regional menjadi urusan Provinsi seperti; pengelolaan aliran sungai; kehutanan dan lainnya 4 Keserasian hubungan pemerintahan antar susunan pemerintahan. Terdapat hubungan antara kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi dan KabupatenKota yang bersifat inter- relasi, inter-koneksi serta inter-dependensi, namun tidak ada hierarkhi. Kewenangan dari masing-masing susunan pemerintahan berhubungan dan saling tergantung, namun tidak membawahi satu dengan yang lain. Dalam melaksanakan kewenangannya, masing-masing memiliki diskresi dan independensi.Intervensi dari Pemerintah Pusat lebih bersifat fasilitasi dan pemberdayaan kapasitascapacity building manakala daerah tidak mampu melaksanakan kewenangannya sesuainorma dan standar yang ditetapkan. Setiap bidang kewenangan concurrent yang menjadidomain dari suatu susunan pemerintahan tidak bisa berdiri sendiri atau terlepas satu dengan lainnya, oleh karenanya dalam pelaksanaannya harus saling mengisi dan menunjang agar dicapai keserasian hubungan antar susunan pemerintahan, dalam kerangka ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menetapkan distribusi kewenangan berdasarkan ke empat kriteria tersebut diatas, dandiatur dalam pasal 13 dan 14 yang dikenal dengan urusan pelayanan dasar yang wajibdilaksanakan oleh daerah Provinsi dan KabupatenKota. Caution: Penetapan 4 kriteria untukmengatur distribusi kewenangan bersama concurrent, khusus untuk kriteria externalitasdampak, karena ukuran atau kriteria dampaknya belum terinci scara jelas, maka dalam penerapannya harus disikapi hati-hati. Contoh; Daerah ingin mengembangkan pelabuhan lokal untuk melayani kebutuhan masyarakat, dan untuk tujuan memacu pengembangan dan pemasaran potensi unggulannya. Suatu saat Pelabuhan tersebut berkembang, cakupanlayanannya tidak hanya lokalitas, tetapi layanannya berkembang antar KabupatenKota ataubahkan antar Provinsi. PenutupParadigma kebijakan publik di era otonomi daerah yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, memberikan arah terjadinya perubahan atau pergeseran paradigma penyelenggaraan pemerintahan, dari paradigma rule government bergeser menjadi paradigma good governance. Pemerintah daerah dalam menjalankan monopoli pelayanan publik,sebagai regulator rule government harus mengubah pola pikir dan kerjanya dan disesuaikan dengan tujuan pemberian otonomi daerah, yaitu memberikan dan meningkatkan pelayanan yang memuaskan masyarakat. Untuk terwujudnya good governance, dalam menjalankan pelayanan publik, Pemerintah Daerah juga harus memberikan kesempatan luas kepada warga dan masyarakat, untuk mendapatkan akses pelayanan publik, berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, transparansi, akuntabilitas dan keadilan. Beberapa pertimbangan mengapa pelayanan publik khususnya dibidang perizinandan non perizinan menjadi strategis, dan menjadi prioritas sebagai kunci masuk untukmelaksanakan kepemerintahan yang baik di Indonesia. Salah satu pertimbangan mengapa pelayanan publik menjadi strategis dan prioritas untuk ditangani adalah karena buruknya penyelenggaraan pelayanan publik yang signifikan dengan buruknya penyelenggaraan good governance. Dampak pelayanan publik yang buruk sangat dirasakan oleh warga dan masyarakat luas dan menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap kinerja pelayanan pemerintah. Buruknya pelayanan publik, mengindikasikan kinerja manajemen pemerintahan yang kurang baik. Esensi pemberian urusan dan kewenangan pemerintahan kepada daerah berapapun luasnya, harus diterjemahkan menjadi kewenangan untuk “melayani” sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat, berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar basic needs, dan pengembangan sektor unggulan core competence daerah, untukmemenuhi kesejahteraannya. Kewenangan dibutuhkan daerah untuk menjalankan urusannya,guna memungkinkan daerah mampu menyediakan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar dan pengembangan sektor unggulan. Dengan demikian, esensi otonomi riil yang diberikan kepada daerah adalah kewenangan untuk memberikan pelayanan yang riil dibutuhkan masyarakat. Kata kunci otonomi daerah adalah adanya Kewenangan Daerah untuk“melayani” masyarakatnya agar sejahtera. Dalam kontek pemberian otonomi dan desentralisasi, esesensi distribusi urusan dan kewenangan adalah membagi tanggung jawab pelayanan kepada masyarakat di daerah sesuai dengan susunan pemerintahan.Pada hakekatnya, Kepala Daerah adalah lembaga politik, dan harus dipahami sebagai Top Pimpinan DaerahTop Manager, keberadaannya dipilih oleh masyarakat konstituenmelalui proses politik pemilihan Kepala Daerah Pemilihan Kepala Daerah yang diajukan oleh kereta Partai Politik. Oleh karenanya, kebijakan penyelenggaraan pelayanan publik didaerah dalam prakteknya, dipengaruhi oleh komitmen politik dari Kepala Daerah dan anggotaDPRD. Komitmen politik disini dimaksudkan, bahwa Kepala Daerah sebagai pimpinanPemeritah Daerah eksekutif yang ditugasi melaksanakan fungsi pelayanan publik perintahPerda danatau peraturan perundang-undangan, seharusnya memiliki komitmen dan kemauan untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang baik dan berorientasi pada kepentingan konstituennya atau masyarakat masyarakat pemilihnya, untuk tujuan mensejahterakan masyarakat. 78 BAB IV PROSES PENERBITAN KARTU TANDA PENDUDUK PADA DINAS KEPENDUDUKAN MENURUT CATATAN SIPIL KOTA MEDAN

A. Proses Penerbitan Kartu Tanda Penduduk oleh Dinas Kependudukan Kota Medan