B. Sejarah Berdirinya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Sebagai negara yang pernah mengalami masa penjajahan maka pengaturan tentang pencatatan sipil di Indonesia sebelum UU Administrasi Kependudukan UU
Adminduk diberlakukan pada tahun 2006, masih menggunakan aturan kolonial Belanda. Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu membagi penduduk atas dasar etnik golongan
Eropa, Timur Asing dan Bumi Putra. Penggolongan itu menghasilkan peraturan yang membedakan penduduk. Pembedaannya tidak terbatas pada penggolongan etnik saja,
tetapi termasuk dalam bidang kependudukan yang mana pencatatan kelahiran dibedakan baik dari sisi administrasi maupun agama. Secara garis besar aturan tentang Catatan Sipil
dapat dibagi kedalam dua periode yaitu masa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia dan setelah kemerdekaan.
Pada masa sebelum Indonesia merdeka berlaku aturan kolonoial Belanda yaitu : a. Bagi bangsa Eropa diatur dalam S. 1849 No 25 dan perubahan-perubahannya.
b. Bagi bangsa Thionghoa diatur menurut S. 1917 No. 130 Jo. S 1919 No. 81 dan perubahan-perubahannya.
c. Bagi bangsa Indonesia Bumi Putera dari Jawa dan Madura, diatur menurut S. 1920 No 751 Jo. S. 1927 No. 564 dan perubahan-perubahannya.
d. Bagi bangsa Indonesia Bumi Putera Kristen di Jawa, Madura dan Minahasa, diatur menurut S.1933 No.75 dan perubahan-perubahan lainnya.
e. Peraturan Perkawinan Campuran diatur dalam S. 1986 No. 23 Jo. S 1898 No. 158 dan perubahan-perubahannya.
Pada masa setelah kemerdekaan Republik Indonesia sampai sekarang: a. Instruksi Presidium Kabinet No 3144IN121966.
b. Undang-undang No.4 tahun 1961 tentang perubahan nama keluarga. c. Keputusan Presidium Kabinet No 1274Kep121966 tentang Ganti Nama WNI yang
memakai nama Cina. d. Undang-undang Administrasi Kependudukan.
Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945 maka baru pada tahun 2006 negara mempunyai aturan pencatatan sipil yang bersifat nasional. Dengan demikian sebelum
tahun 2006, Indonesia masih memakai aturan kolonial Belanda. Padahal sesuai dengan pertimbangan yang terdapat Instruksi Presidium Kabinet No 3144IN121966, sudah
direncanakan pengaturan tentang pencatatan sipil nasional di dalam perundang-undangan.
Garis-garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional.
Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar
dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai.
Sebagaimana diketahui titik berat Otonomi Daerah akan mendorong timbulnya prakarsa dan partisipasi aktif masyarakat dalam penyelenggara pembangunan yang
merupakan syarat keberhasilan suatu pelaksanaan pemerintah disemua tingkatan, mengingat fungsi utama Pemerintah Daerah adalah memberikan pelayanan sebaik-
baiknya kepada masyarakat.
Karena unsur penduduk kependudukan sangat memegang peranan dalam berbagai segi, utamanya bidang pembangunan Nasional khusunya sebagai bahan dasar
dalam rangka perumusan strategis di bidang kewarganegaraan, karena penduduk atau
masyarakat adalah pelaku utama sekaligus sebagai sasaran pembangunan maka Pemerintah perlu memperhatikan masalah kependudukan. Dengan Penataan Administrasi
Pendaftaran, Administrasi Pencatatan dan Administrasi Keluarga Berencana, diharapkan akan menjadi sumber informasi yang dapat diandalkan untuk menunjang perencanaan
pembangunan diberbagai sektor.
Inti dari tekad itu adalah setiap aparat Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Kutai Kartanegara untuk memebrikan perhatian yang
lebih terhadap keinginan dan kebutuhan pelayanan dibidang pendaftaran, pencatatan dan keluarga berencana. Dan juga terbaik dalam pelayanan prima bukan hanya sekedar tekad
baru Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Kutai Kartanegara namun merupakan tekad setiap aparat Dinas Kependudukan, Catatan Sipil
dan Keluarga Berencana Kabupaten Kutai Kartanegarayang harus diresapi, dihayati, dijabarkan dan dilaksanakan pada setiap jajaran, tugas waktu, dan tempat alam
membentuk sikap kepedulian yang tinggi dari setiap aparat Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kunci utama pelayanan Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kotamadya Medan adalah tercerminnya kepuasan masyarakat khususnya
pelayanan pendaftaran, pencatatan dan keluarga berencana dengan tidak melupakan nilai tambah yang didapatkan masyarakat.
Misi adalah suatu usaha untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam usaha mewujudkan Misi, maka Dinas
Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kota Medan yaitu :
•
Memberikan pelayanan dengan system dan prosedur yang efektif dan efisien
•
Meningkatkan kemampuan aparat
•
Meningkatkan disiplin aparat
•
Meningkatkan saya tangkap atau responsibilitas terhadap perubahan-perubahan dan keluhan masyarakat
•
Tersedianya anggaran rutin dan pemabangunana
•
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai
•
Tersedianya informasi yang akrat valid.
Program kependudukan di kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi: pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak,
perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan.
Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat
kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas, meningkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik, akan
mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
TABEL 1.1
JUMLAH, LAJU PERTUMBUHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA MEDAN TAHUN 2001 - 2007
T a h u n Jumlah
Penduduk Laju Pertumbuhan
Penduduk Luas Wilayah
KM² Kepadatan
Penduduk JiwaKM²
[1] [2]
[3] [4]
[5] 2001
1.926.052 1,17
265,10 7.267
2002 1.963.086
1,94 265,10
7.408 2003
1.993.060 1,51
265,10 7.520
2004 2.006.014
0,63 265,10
7.567 2005
2.036.018 1,50
265,10 7.681
2006 2.067.288
1,53 265,10
7.798 2007
2.083.156 0,77
265,10 7.858
INDIKATOR SATUAN
TAHUN 2006
2007 [1]
[2] [3]
[4]
Jumlah Penduduk Jiwa
2.067.288 2.083.156
Laju Pertumbuhan Penduduk
Persen 1,53
0,77 Luas Wilayah
KM² 265, 10
265,10 Kepadatan Penduduk
Jiwa 7.798
7.858
Sumber BPS Kota Medan Keterangan : Angka Sementara
TABEL 1.2 PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK KOTA MEDAN
MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2007
GOLONGAN UMUR
LAKI-LAKI PEREMPUAN
JUMLAH JIWA
PERSEN JIWA
PERSEN JIWA
PERSEN [1]
[2] [3]
[4] [5]
[6] [7]
0 - 4
89.206 8,62
92.853 8,86
182.059 8,74
5 - 9 96.559
9,33 91.885
8,76 188.444
9,05 10 - 14
98.519 9,52
100.590 9,59
199.109 9,56
16 - 19
111.263 10,75
105.426 10,06
216.689 10,40
20 - 24 116.164
11,23 121.385
11,58 237.549
11,40 25 - 29
99.499 9,62
102.041 9,73
201.540 9,67
30 - 34 83.325
8,05 75.926
7,24 159.251
7,64 35 - 39
75.482 7,30
83.180 7,93
158.662 7,62
40 - 44 70.091
6,77 75.926
7,24 146.017
7,01 45 - 49
57.837 5,59
53.680 5,12
111.517 5,35
50 - 54
47.054 4,55
47.393 4,52
94.447 4,53
55 - 59 30.879
2,98 31.434
3,00 62.313
2,99 60 - 64
26.468 2,56
22.246 2,12
48.714 2,34
65 +
32.350 3,13
44.495 4,24
76.845 3,69
Jumlah 1.034.696
100,00 1.048.460
100,00 2.083.156
100 Sumber : BPS Kota Medan
Keterangan : Angka sementara penduduk pertengahan tahun 2007
Berdasarkan tabel - tabel diatas diketahui bahwa ada kecenderungan peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa pada tahun 2006 menjadi 2.083.156
jiwa pada tahun 2007. Laju pertumbuhan berkisar 1,53 pada tahun 2006 dan 0,77 pada tahun 2007. Walaupun meningkat namun tidak terlalu mencolok, bahkan laju
pertumbuhan penduduk cenderung lebih rendah tahun 2007 dibandingkan tahun 2006. Faktor alami yang diperkirakan mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk
adalah seperti tingkat kelahiran, kematian, dan arus urbanisasi. Upaya-upaya
pengendalian kelahiran melalui program Keluarga Berencana KB perlu terus dipertahankan untuk menekan angka kelahiran.
Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka pada tahun 2006 menjadi 7.858 jiwaKM² pada tahun 2007. Tingkat kepadatan tersebut relatif tinggi, sehingga termasuk
salah satu permasalahan yang harus diantisipasi. Apalagi dengan luas lahan yang relatif terbatas, sehingga berpeluang terjadi ketidak seimbangan antara daya dukung dan daya
tampung lingkungan yang ada.
Faktor lain yang juga secara berarti mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja
ke Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang menyebabkan komutasi ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa : 1 bekerja di
kota lebih bergengsi 2 di kota lebih gampang mencari pekerjaan, 3 Tidak ada lagi yang dapat diolah dikerjakan di daerah asalnya, dan 4 upaya mencari nafkah yang
lebih baik. Besarnya dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara
keseluruhan.
Faktor lain yang secara umum mempengaruhi semakin menurunnya angka pertumbuhan penduduk pada periode 2006 - 2007 adalah peningkatan derajat pendidikan
masyarakat Kota Medan. Pada umumnya peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata pendidikan generasi muda, yang merupakan
calon orang tua yang memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya
peningkatan kesejahteraan semakin meningkat. Adanya anggapan mengenai jumlah anggota keluarga yang tidak besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga, karena beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih ringan, mendorong Pasangan Usia Subur PUS cenderung mengikuti konsep Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera NKKBS. Bahkan sebagian PUS baru memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai alasan ekonomi bekerja ataupun alasan sosial dan
psikologis lainnya.
Komposisi penduduk Kota Medan berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan kota, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk
dengan upaya-upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, didasarkan kepada kebutuhan pelayanan yang harus disediakan kepada masing-masing kelompok usia
penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan sosial lainnya.
Proporsi anak-anak berusia di bawah lima tahun balita dalam kelompok penduduk Kota Medan sekitar 9 dari jumlah penduduk. Relatif besarnya proporsi dan
jumlah penduduk anak-anak balita ini berimplikasi pada kebutuhan prasarana dan sarana kesehatan usia balita, dan sarana pendidikan usia dini baik secara kualitas maupun
kuantitas.
Pada kelompok usia anak-anak dan remaja, kebijakan yang ditempuh diarahkan pada peningkatan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak dan remaja,
peningkatan kualitas pendidikan dan lain-lain. Upaya ini diharapkan dapat terus
dilakukan untutk mempersiapkan masa depan anak-anak dan remaja sehingga mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang semakin berkualitas.
Jumlah penduduk Kota Medan yang sampai saat ini diperkirakan berjumlah 2,083 juta lebih, dan diproyeksikan mencapai 2,167 juta penduduk pada tahun 2010, ditambah
beban arus penglaju juga menjadi beban pembangunan yang harus ditangani secara terpadu dan komprehensif.
Disamping itu, pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk yang sesuai dengan pertumbuhanekonomi wilayah, sangat diperlukan pada
masa datang.
Beberapa masalah kependudukan dapat diringkas sebagai berikut :
•
Kecenderungan adanya penurunan flukturasi laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2006 dan tahun 2007.
•
Kecenderungan peningkatan arus ulang alik ke Kota Medan yang berimplikasi kepada pemenuhan fasilitas sosial yang dibutuhkan.
•
Masalah kemiskinan, tenaga kerja dan permasalahan sosial lain yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global.
•
Penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman
C. Struktur Organisasi dan Tata Cara Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil