1. Mengisi formulir permohonan SKPPT model FS.10.
2. Surat Pengantar dari Lurah.
3. Surat Bukti Pelaporan Orang Asing SBPOA dari Pemko.
4. Surat Tanda Melapor Diri STMD dari Polisi.
5. Kartu Ijin Tinggal Menetap KITAP dari Imigrasi
B. Permasalahan Dalam Proses Penerbitan KTP.
Informasi administrasi kependudukan memiliki nilai strategi bagi penyelenggara pemerintahan, pembangun dan pelayanan kepada masyarakat sehingga perlu pengelolaan
informasi administrasi kependudukan secara terkordinasi dan berkesinambungan, sehingga untuk menjamin akan stabilitas pelayanan kepada masyarakat dibidang
kependudukan sehingga pemerintah menetapkan kebjiakan akan sistem informasi administrasi kependudukan dan akta catatan sipil.
Dibentuknya suatu pemerintahan, pada hakekatnya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan tidaklah dibentuk untuk melayani diri sendiri tetapi
untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap individu dapat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya untuk tujuan bersama. Pemerintah
merupakan manifestasi dari kehendak rakyat, karena itu harus memperhatikan kepentingan rakyat dan melaksanakan fungsi rakyat melalui proses dan mekanisme
pemerintahan. Pemerintah, memiliki peran untuk melaksanakan fungsi pelayanan dan pengaturan warga negara. Untuk mengimplementasikan fungsi tersebut, pemerintah
melakukan aktivitas pelayanan, pengaturan, pembinaan, koordinasi dan pembangunan dalam berbagai bidang. Layanan itu sendiri disediakan pada berbagai lembaga atau
institusi pemerintah dengan aparat sebagai pemberi layanan secara langsung kepada masyarakat.
Di bidang pemerintahan, masalah pelayanan tidaklah kalah penting, perannya lebih besar karena menyangkut kepentingan umum, bahkan menjadi kepentingan rakyat
secara keseluruhan. Pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah semakin terasa dengan adanya kesadaran bernegara dan bermasyarakat, maka pelayanan telah meningkat
kedudukannya dimata masyarakat menjadi suatu hak, yaitu hak atas pelayanan. Perhatian terhadap eksistensi pelayanan semakin berkembang pula seiring dengan munculnya
berbagai masalah dalam pelayanan pemerintah kepada rakyat, seperti pembuatan KTP, akta, perizinan sampai pada penyediaan sarana dan prasarana umum dan sosial. Informasi
yang ditemukan secara langsung dan melalui berbagai media massa cetak dan elektronik seringkali mengungkapkan berbagai kelemahan pelayanan pemerintah yang
mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan tersebut. Pelayanan yang mahal, kaku dan berbelit-belit, sikap dan tindakan aparat, pelayanan yang suka menuntut
imbalan, kurang ramah, arogan, lambat dan fasilitas pelayanan yang kurang memuaskan dan sebagainya adalah merupakan fenomena-fenomena yang kerap kali mewarnai proses
hubungan antara pemerintah dan masyarakat berkaitan dengan proses pelayanan. Hal ini memberi isyarat bahwa kajian dan analisis masalah pelayanan masyarakat merupakan
salah satu fenomena penting, relevan dan aktual untuk diteliti. Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang ditemui dalam proses pelayanan civil sebagai berikut :
1. Warga masyarakat enggan untuk mengurus kartu tanda penduduk karena
pelayanan terlalu jauh 2.
Biaya terlalu tinggi karena transpor dari desa, kecamatan ke Ibu kota kabupaten 3.
Memberikan peluang bagi calo-calo dalam pengurusan KTP dan akta catatan sipil.
4. Urusankebutuhan masyarakat kadang-kala terhambat akibat KTP dan akta
catatan sipil, karena tidak memiliki KTP dan akta kelahiran. 5.
Pendapatan daerah dari ritribusi KTP dan akta catatan sipil tidak maksimal
Melihat dari masalah tersebut di atas apabila tidak mendapat penanganan dan perhatian oleh pemerintah dan aparat terkait, maka persoalan ini akan berlangsung terus
menerus sehingga masyarakat tidak ada lagi yang memiliki kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil akta kelahiran dan pendapatan asli daerah di sector KTP dan akta
catatan sipil akan menurun bahkan tidak ada. Dari masalah yang dikemukakan ini sudah berlangsung beberapa tahun lamanya
sehingga masyarakat banyak yang tidak memiliki kartu tanda penduduk dan akta kelahiran, dan juga mempengaruhi pendapatan asli daerah yang tidak pernah tercapai
sesuai target. Melihat dari beberapa manfaat dan kegunaan kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil,
bagi warga masyarakat serta manfaat bagi pemerintah dalam memacu pendapatan asli daerah dan pelaksanaan persyaratan pelayanan dan pembuatannya, serta dampak negatif
yang ditimbulkan maka pemerintah menetapkan kebijakan dalam bentuk peraturan daerah yang mengatur masalah masalah pembuatan pelayanan dan retribusi biaya kartu
tanda penduduk dan akta catatan sipil akta kelahiran.
Kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil akta kelahiran merupakan suatu hal yang mendasar yang sangat dibutuhkan oleh semua penduduk, namun tidak semua penduduk
dapat memiliki kartu tanda penduduk KTP dan akta catatan sipil akta kelahiran terutama kepada keluarga yang kurang mampu karena tingginya biaya dalam pengurusan
KTP dan akta catatan sipil. Masalah pembuatan dan retribusia KTP dan akta catatan sipil sudah merupakan perhatian
yang sangat mendasar bagi publik di Pemko Medan, karena menyusahkan masyarakat, yang berdampak tidak memiliki KTP bertahun-tahun bahkan sejak lahir hingga akhir
hayatnya tidak memiliki KTP dan akta catatan sipil. Masalah ini tidak teratasi oleh pihak pemerintah akibat dalam menjalankan peraturan
daerah pelayanan kurang maksimal, aturan atau Perda ada akan tetapi pemerintah tidak mampu melaksanakan dengan baik karena:
1. Sarana dan prasarana kurang tersedia
2. Sumber daya manusia belum memadai
3. Kurangnya kesadaran bagi aparat akan tanggungjawabnya.
Namun sebelumnya pemerintah Kabupaten Bulukumba telah ada peraturan daerah Nomor 7 Tahun 1995 tentang pembuatan dan retribusi KTP dan akta catatan sipil hingga
tahun 2006 terjadi perubahan dan penyesuaian perda tersebut yaitu Perda Nomor 04 Tahun 2006, tapi hingga pada saat ini tersebut belum juga bisa terselesaikan secara tuntas
sesuai dengan harapan. Dari beberapa masalah-masalah yang dijelaskan pada bab terdahulu mengenai
pelaksanaan pembikinanpembuatan dan penggantian retribusi kartu tanda penduduk dan
akta catatan sipil yang timbul dan dirasakan oleh masyarakat maka untuk mengatasi hal- hal tersebut ada beberapa alternatif yang harus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
Bulukumba sebagai berikut:
1. Pemerintah harus memperpendek alur pelayanan pemberian pembuatan kartu
tanda penduduk dan akta catatan sipil dengan pusat pelayanan pada tingkat kecamatan masing-masing, sehingga pelayanan pemberian kartu tanda penduduk
dan akta catatan sipil dapat maksimal. 2.
Pemerintah kabupaten perlu melaksanakan aturanPerda yang telah ditetapkan secara tegas, dan mengaktualisasi implementasi pelaksanaannya.
3. Pemerintah seharusnya menggalakkan sosialisasi tentang akan pentingnya kartu
tanda penduduk dan akta catatan sipil lainnya. 4.
Memberikan pemahamanpelatihan kepada aparat pelaksana pelayanan kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil, agar dalam melaksanakan pelayanan
kepada masyarakat. 5.
Dengan memusatkan pelayanan pemberian kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil pada tingkat kecamatan disamping mempermudah mempercepat pelayanan
juga mengurangi beban biaya melalui transport ke tingkat kabupaten. 6.
Untuk memaksimalkan alternatif tersebut perlu adanya pemantauan yang lebih ketat dari pemerintah kabupaten dan tingkat kecamatan, demi terwujudnya
pelayanan prima dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, serta perlunya laporan pemantauan dalam pelaksanaan pelayanan tersebut, sehingga kita dapat
memastikan berjalan tidaknya aturan yang diterpakan serta alternatif yang dipilih dalam pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
C. Upaya Kesiapan Pemerintah Kota Medan Dalam Mengatasi Biaya Pembuatan KTP Bagi Masyarakat Tidak Mampu
Bagi masyarakat, KTP merupakan dokumen paling vital karena umumnya menjadi dokumen persyaratan untuk mengurus berbagai keperluan, seperti membuat
kartu keluarga, paspor, perizinan, mengurus surat keterangan tidak mampu, mengurus dokumen pernikahan, melanjutkan pendidikan, melamar pekerjaan, dan lainnya.
Perkembangan beberapa tahun terakhir, peran KTP juga makin vital karena diperlukan jika ingin mendapat bantuan dari berbagai program penanggulangan krisiskemiskinan,
seperti Raskin Beras untuk Masyarakat Miskin atau BLT Bantuan Langsung Tunai. Bahkan pada tahun-tahuan belakangan KTP juga telah memasuki ranah politik karena
dianggap sebagai bukti dukungan bagi seorang calon kepala daerah dari jalur independen non partai dalam Pemilihan Langsung Kepala Daerah Pilkada atau pencalonan sebagai
anggota Dewan Perwakilan Daerah DPD dalam Pemilu. Administrasi kependudukan ini dapat dianggap sebagai salah satu pelayanan
publik dasar seperti halnya pelayanan kesehatan dan pendidikan yang harus dipenuhi oleh pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan tersebut. Terlebih, jenis pelayanan ini
merupakan kewenangan pemerintah sepenuhnya karena memang tidak dimungkinkan ada alternatif lain yang dapat digunakan masyarakat seperti pada pelayanan kesehatan dan
pendidikan.Merujuk ketentuan pada UU Nomor 23 Tahun 2006, pemerintah kabupatenkota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
Administrasi Kependudukan, yang diantaranya berupa: a pelaksanaan kegiatan pelayanan rnasyarakat di bidang Administrasi Kependudukan; b enugasan kepada desa
untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas
tugas pembantuan; c pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupatenkota; dan d koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan. Sedangkan bila merujuk pada Undang-undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota, pada Lampiran J mengenai Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil, disebutkan
bahwa pemerintah kabupatenkota sebagai penyelenggara pelayanan pencatatan sipil dalam sistem administrasi kependudukan skala kabupatenkota, yang salah satu
tugaskewenangannya adalah menerbitkan dokumen kependudukan hasil pencatatan sipil di lingkup kabupatenkota.
Meskipun peran KTP sedemikian penting, namun masih banyak anggota masyarakat yang sesungguhnya telah memenuhi syarat tetapi belum memiliki KTP.
Menurut data SUPAS 2005, hanya 81,7 persen penduduk Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas yang memiliki KTP
‡‡‡
‡‡‡
Prosentase ini dihitung sebagai jumlah penduduk yang memiliki KTP dibagi dengan jumlah penduduk berusia 17 tahun ke atas. Tidak tertutup kemungkinan terdapat penduduk usia kurang dari 17 tahun yang telah memiliki
KTP misalnya karena pernah atau sudah kawin.
. Proporsi masyarakat perkotaan yang memiliki KTP lebih besar dibandingkan perdesaan, yaitu 88,5 persen berbanding 76,4 persen. Data di
tingkat daerah menunjukkan provinsi yang proporsi kepemilikan KTP-nya paling tinggi yaitu di atas 90 persen dari penduduk berusia 17 tahun adalah DI Yogyakarta, DKI.
Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Kepulauan Bangka Belitung. Sementara provinsi dengan proporsi terendah atau di bawah 80 persen adalah Maluku, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan paling sedikit di Maluku Utara. Fakta ini mengindikasikan bahwa keharusan bagi masyarakat yang telah memenuhi syarat
untuk memiliki KTP masih belum sepenuhnya dapat diwujudkan. Patut diduga sebagian besar diantara mereka yang tidak memiliki KTP berasal dari kelompok masyarakat
miskin, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Disisi lain, banyak pula ditemui kasus adanya penduduk yang memiliki KTP ganda atau banyak. Hal ini tentunya dapat
mengacaukan data kependudukan dan menimbulkan potensi penyalahgunaan KTP untuk kegiatan yang melanggar hukum.
Oleh karenanya terdapat sejumlah pertanyaan yang mengganjal sehubungan dengan pelayanan KTP seperti apakah yang menyebabkan masyarakat, terutama
masyarakat miskin, tidak memiliki KTP? Apakah hal ini disebabkan oleh sulitnya akses ke pelayanan KTP atau memang merupakan pilihan masyarakat itu sendiri?. Data
Governance and Decentralization Survey GDS tahun 2006 dapat memberikan sebagian jawaban sehubungan dengan beberapa dimensi pelayanan KTP berdasarkan pengalaman
masyarakat selama kurun waktu 2004-2006, sebelum berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2006. Ada empat keluaran output pelayanan yang akan dikaji dalam makalah ini:
a pengetahuan masyarakat akan prosedurtatacara pengurusan KTP b preferensi masyarakat untuk menggunakan perantara saat mengurus KTP
c peluang masyarakat untuk membayar lebih mahal dari ketentuan yang berlaku, dan d peluang masyarakat untuk menunggu atau memperoleh KTP lebih lama dari
ketentuan yang ada. Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha untuk memberikan gambaran praktik pelayanan KTP serta perbedaan yang terjadi antar daerah maupun antar
masyarakat berdasarkan dari golongan ekonominya. Telaah analitik diarahkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keluaran tersebut dengan tujuan untuk
memberikan masukan bagi perbaikan pelayanan KTP pada masa mendatang.
Pembuatan KTP Karta Tanda Penduduk dan Akte kelahiran gratis yang akan segera diberlakukan di Kota Medan mendapat sambutan postif dari berbagai pihak.
Camat dan Lurah di Kota Medan meminta sebelum di berlakukannya pembuatan KTP gratis tersebut, untuk segera dilakukan sosialisasi sampai ke tingkat bawah, sehingga
tidak terjadi salah persepsi di masyarakat. Jadi, jangan sampai terjadi salah paham di masyarakat. Artinya untuk siapa saja KTP dan akte kelahiran gratis itu diberlakukan.
Sebagai bentuk kepedulian dan bukti pengabdian yang tulus kepada seluruh penduduk Kota Medan, Pemerintah Kota Medan setelah sebelumnya melakukan
koordinasi dan rapat tertulis bersama Dewan Perwakilan Rakyat Kota Medan telah mengeluarkan sebuah kebijakan dalam rangka pembuatan Kartu Tanda Penduduk KTP
gratis bagi penduduk Kota Medan yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Peraturan ini segera diberlakukan di Kota Medan menyusul disahkannya peraturan daerah
perda tentang perubahan atas perda tentang retribusi biaya cetak pelayanan kependudukan oleh DPRD Kota Medan dalam Sidang Paripurna DPRD. Dalam perda
disebutkan, bahwa pembuatan KTP gratis hanya berlaku untuk pembuatan KTP bagi para pemula, keluarga miskin dan penggantian KTP yang dilakukan dalam kurun waktu 14
hari setelah KTP lama masa berlaku habis. Demikian pula dengan pembuatan akte kelahiran, pembebasan hanya diberlakukan bagi WNI yang berdomisili di Kota Medan.
Itupun hanya berlaku sepanjang 60 hari kerja sejak tanggal kelahiran bayi yang bersangkutan. Sedangkan untuk pembuatan surat keterangan tempat tinggal yang diminta
oleh warga negara asing, tetap dikenakan retribusi sebesar Rp 250 ribu. Sedangkan surat keterangan tinggal sementara yang diminta oleh warga negara Indonesia yang berasal
dari daerah lain retribusinya ditetapkan sebesar Rp 100 ribu. Dengan adanya
persayaratan-persayaratan seperti itu, maka diharapkan perda ini akan tetap mampu menjadi bagian dari mekanisme pengendalian penduduk pendatang di Kota Medan.
94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan