Patofisiologi KLASIFIKASI Anatomi Sinus 1. Sinus Frontalis

selanjutnya cenderung terjadi akibat pelepasan mediator dari sel mast dan demikian pula eosinofil, makrofag dan trombosit. Boeis, 1997. e. Kelainan anatomi dan struktur hidung Kelainan anatomi hidung dan sinus dapat mengganggu fungsi mukosiliar secara lokal. Jika permukaan mukosa yang saling berhadapan mendekat atau bertemu satu sama lain, maka aktivitas silia akan terhenti. Deviasi septum, polip, konka bulosa atau kelainan struktur lain di daerah kompleks osteomeatal dan ostium sinus dapat menghalangi transportasi mukosiliar. Hilger, 1997 f. Hormonal Pada penelitian Sobot et al didapati bahwa 61 wanita yang hamil pada trimester pertama menderita nasal congestion. Namun patogenesisnya masih belum jelas. Brook, 2012 g. Lingkungan Perubahan mukosa dan kerusakan silia dapat terjadi apabila terpapar pada oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering. Kebiasaan merokok juga memicu hal yang sama. Mangunkusumo E, 2007

2.2.3. Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya “clearance” mukosiliar didalam sumbatan kompleks osteo meatal KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernapasan. Hilger, 1997. Organ-organ yang membentuk kompleks osteo meatal terletak berdekatan, maka apabila terjadi edema, mukosa yang saling berhadapan akan bertemu sehingga menyebabkan gerakan silia terhambat dan ostium tersumbat. Akibatnya muncul tekanan negative di dalam rongga sinus yang seterusnya menyebabkan terjadinya transudasi. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous. Apabila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus akan menjadi media pembiakan yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Efek dari kejadian ini adalah sekret menjadi purulen. Kini keadaan ini dikenali sebagai rinosinusitis akut yang disebabkan oleh bakteri dan memerlukan terapi antibakteri. Jikalau terapi tidak berhasil, maka inflamasi akan berlanjut sehingga terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa semakin membengkak dan siklus ini seterusnya berputar sampai akhirnya terjadi perubahan mukosa yang kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin peril dilakukan tindakan operasi. Mangunkusumo E, 2007 Gambar 2.3 Kompleks Osteo Meatal. Hazenfield, 2009

2.2.4. KLASIFIKASI

Secara klinis rinosinusitis terbagi atas: • Rinosinusitis akut : durasi terkena rinosinusitis dibawah 4 minggu • Rinosinusitis subakut : durasi terkena rinosinusitis dari 4 minggu 12 minggu. • Rinosinusitis kronis : durasi terkena rinosinusitis sama atau lebih dari 12 minggu • Rinosinusitis rekuren : menderita sama dengan atau lebih dari 4 kali menderita episode rinosinusitis, tapi episode lebih kurang durasinya 7-10 hari. Mangunkusomo, 2007 Berdasarkan penyebabnya rinosinusitis terbagi atas: • Sinusitis rinogen : penyebabnya adalah kelainan atau masalah di hidung. Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. • Sinusitis dentogen : penyebabnya adalah kelainan gigi yang sering menyebabkan sinusitis seperti infeksi pada gigi geraham atas pre molar dan molar. Mangunkusomo, 2007.

2.2.5. GEJALA KLINIS