Tingkat Kenyamanan Kampus IPB Baranangsiang Berdasarkan Informasi WBGT (Wet Bulb Globe Temperature).
TINGKAT KENYAMANAN KAMPUS IPB BARANANGSIANG
BERDASARKAN INFORMASI WBGT
(WET BULB GLOBE TEMPERATURE)
DEVI DIAN APRIANA
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
Globe Temperature) Information.
(Supervised by: RINI HIDAYATI)
The measurement of wet bulb temperature (Twb), dry bulb temperature (Tdb), and black globe
temperature (Tbg) are used to assess the comfort index of human outdoor and indoor at IPB
Baranangsiang campus based on Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) index. WBGT is a temperature composision to estimate the effect of air temperature, relative humidity, and solar radiation to human comfort. If Tbg data not available, Tbg can be predict by air temperature,
relative humidity, and solar radiation. They explain the variability of Tbg data is 98,84% for
outdoor and for indoor, without radiation explained, the variability is 98,65%. The average range of WBGT indoor and outdoor such as Botani, Fisika, Bsp01, Bsp02 class room and garden colection for morning are 24,3-24,8ºC, after noon are 28,2-31ºC, and evening are 26-27ºC. The relationship between WBGT with comfort index indicates is respondence feel comfortable when the value of WBGT is low and not comfortable when the value of WBGT is high. The results of this study show that the WBGT value is higher than WBGT standart in temperate region (subtropic).
(3)
ABSTRAK
DEVI DIAN APRIANA. Tingkat Kenyamanan Kampus IPB Baranangsiang Berdasarkan Informasi WBGT (Wet Bulb Globe Temperature).
(Dibimbing oleh: RINI HIDAYATI)
Pengukuran suhu bola basah (Twb), suhu bola kering (Tdb), dan suhu bola hitam (Tbg) digunakan untuk mengkaji tingkat kenyamanan di luar dan dalam ruangan kampus IPB Baranangsiang Bogor berdasarkan penilaian indeks Wet Bulb Globe Temperature (WBGT). WBGT adalah sebuah komposisi suhu untuk memperkirakan efek suhu udara, kelembaban udara, dan radiasi matahari terhadap manusia. Jika data Tbg tidak tersedia maka Tbg diduga dari suhu udara, kelembaban udara, dan radiasi matahari. Suhu udara, kelembaban udara, dan radiasi matahari menjelaskan sebesar 98,84% dari keragaman data Tbg dan untuk di dalam ruangan tanpa peubah radiasi matahari dengan keragaman sebesar 98,65%. Rata-rata WBGT di semua lokasi pengamatan baik ruang Botani, Fisika, Bsp01, Bsp02, maupun taman koleksi pada pagi hari dengan rentang 24,3-24,8ºC, siang hari 28,2-31ºC, dan sore hari 26-27ºC. Hubungan antara WBGT terhadap persepsi tingkat kenyamanan menjelaskan responden merasa nyaman ketika WBGT rendah dan tidak nyaman ketika WBGT tinggi. Hasil penelitian di kampus IPB Baranangsiang Bogor memperlihatkan nilai WBGT yang lebih tinggi dari standar WBGT di negara beriklim sedang (subtropis).
(4)
© Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor), tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar di IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
(5)
TINGKAT KENYAMANAN KAMPUS IPB BARANANGSIANG
BERDASARKAN INFORMASI WBGT
(WET BULB GLOBE TEMPERATURE)
DEVI DIAN APRIANA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(6)
NRP
: G24061081
Disetujui :
Pembimbing I,
Dr. Ir. Rini Hidayati, MS
NIP. 19600305 198703 002
Mengetahui :
Ketua Departemen,
Dr. Ir. Rini Hidayati, MS
NIP. 19600305 198703 002
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, pengatur segala urusan yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tingkat
Kenyamanan Kampus IPB Baranangsiang Berdasarkan Informasi WBGT (Wet Bulb Globe
Temperature)”. Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap bahwa penelitian ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya. Semoga melalui penelitian ini penulis dapat berbagi kebaikan untuk banyak pihak dan mampu memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Bogor, Februari 2013
(8)
menyelesaikan skripsi ini. Pelaksanaan penelitian dan pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Rini Hidayati, MS selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta kritik dan saran yang membangun selama penelitian hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Bregas Budianto, Ass. Dpl yang telah memberikan masukan-masukan dan saran yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Yon Sugiarto, S.Si, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Keluargaku sebagai motivator terbesar yang senantiasa mendukung, mendoakan,
menyemangati, dan menginspirasi penulis untuk terus berusaha dan pantang menyerah. 5. Semua teman-teman GFM 43 atas dukungan, motivasi, kenangan tawa dan kebersamaan
yang hangat, serta untuk adik-adik GFM 44 dan 45.
6. Teman-temanku Cristina, Dairiana, Dilla, Riri, Resa, Rahmi dan Bang Fernan, yang senantiasa memberi semangat, saran, doa, dan dukungan.
7. Orang-orang yang ada di belakang layar dimana tanpa kehadiran mereka tugas akhir ini belum tentu dapat berjalan dengan baik khusunya teman terbaikku Lima Nady dan Adi Nurwansyah yang memberikan bantuan, motivasi, doa, dan dukungan.
8. Seluruh staf pengajar Departemen Geofisika dan Meteorologi yang telah memberikan arahan, nasehat, saran, dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta seluruh pegawai Departemen Geofisika dan Meteorologi atas bantuan dan perhatiannya selama ini.
Serta masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, bangsa, dan negara.
(9)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1988 dari pasangan Bapak Mat Ropi dan Ibu Sukatmi. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu pendidikan formal di SD Negeri Cirimekar 02 pada tahun 1994-2000, lalu melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Cibinong pada tahun 2000-2003, dan melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Cibinong pada tahun 2003-2006. Penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2006 dan diterima dalam program studi Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama menjadi mahasiswi di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama IPB (BEM TPB IPB) divisi Kewirausahaan periode 2006-2007, lalu aktif di Himpunan Mahasiswa Agrometeorologi (HIMAGRETO) divisi Sosial Humas periode 2007-2008 dan organisasi
Indonesian Climate Student Forum (ICSF) periode 2008-2010. Penulis aktif di beberapa kepanitiaan seperti Wirus Challenge BEM TPB IPB, Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB), Masa Perkenalan Fakultas (MPF), Masa Perkenalan Departemen (MPD), Meteorology Day, Meteorologi Interaktif, Earth Hour, Pendidikan Iklim dan Lingkungan Hidup ICSF, serta berbagai kegiatan lain yang bersifat positif dan mendukung akademik penulis. Penulis juga mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat dan Kewirausahaan hingga tahap didanai oleh Dikti.
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) ... 1
2.2 Pengaruh Stres Panas (Heat Stress) Terhadap Manusia ... 2
2.3 Unsur-Unsur Iklim yang Mempengaruhi WBGT ... 4
2.4 Indeks Kenyamanan ... 5
2.5 Kenyamanan Fisiologis ... 5
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Udara dalam Ruangan ... 5
2.7 Kondisi Umum Kota Bogor ... 6
2.7.1 Letak dan Luas ... 6
2.7.2 Topografi ... 6
2.7.3 Kondisi Iklim ... 6
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 6
3.2 Alat dan Bahan ... 6
3.3 Metode Penelitian ... 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Karakteristik Ruangan yang Diamati ... 7
4.2 Perbandingan Tdb dengan Tbg ... 8
4.3 Mengidentifikasi Hubungan Suhu Bola Hitam dengan Suhu Udara, Kelembaban Udara, dan Radiasi Matahari... 11
4.4 Mengidentifikasi Tbg Tanpa Pengaruh Radiasi Matahari ... 12
4.5 Menduga Tbg di Luar dan dalam Ruangan ... 12
4.6 Mengidentifikasi WBGTdi Luar dan Dalam Ruangan ... 14
4.7 Mengidentifikasi RH di Luar dan Dalam Ruangan ... 15
4.8 Mengidentifikasi HSI di Luar dan Dalam Ruangan ... 16
4.9 Mengidentifikasi Kenyamanan Berdasarkan WBGT, Kuisioner Responden, dan THI .... 18
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 19
5.2 Saran ... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 19
(11)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kategori resiko Wet Bulb Globe Temperature (WBGT). ... 2
2. Kategori tingkat kenyamanan berdasarkan Heat Stress Index (HSI). ... 4
3. Rataan dan simpangan baku Tdb dan Tbg. ... 9
4. Hasil uji t (Tdb dan Tbg). ... 10
5. Korelasi pearson antara Tbg dengan Tdb, RH, dan Q. ... 11
6. Analisis keragaman antara Tbg dengan Tdb, RH, dan Q. ... 12
7. Analisis keragaman hubungan antara Tbg dengan Tdb dan RH. ... 12
8. Rata-rata Tdb, Tbg, RH, dan WBGT pada lokasi pengamatan. ... 17
9. Persentasi persepsi kenyamanan berdasarkan WBGT, kuisioner, dan THI. ... 18
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Termometer bola hitam di stasiun cuaca kampus IPB Baranangsiang ... 2
2. Indeks tekanan panas/Heat Stress Index (HSI) ... 3
3. Lokasi pengamatan di kampus IPB Baranangsiang. ... 8
4. Ruang kuliah Botani dan Fisika. ... 8
5. Ruang kuliah Bsp01 dan Bsp02. ... 8
6. Variasi Tdb dan Tbg pada pagi, siang, dan sore hari di dalam ruangan (Botani, Fisika, Bsp01, dan Bsp02) ... 10
7. Hubungan antara Tdb dan RH terhadap Tbg. ... 12
8. Variasi Tbg di ruang kuliah Botani (a), Fisika (b), Bsp01 (c), Bsp02 (d), dan Taman Koleksi (e). ... 13
9. Variasi WBGT di ruang kuliah Botani (a), Fisika (b), Bsp01 (c), Bsp02 (d), dan Taman Koleksi (e). ... 14
10. Kelembaban udara (RH) pada pagi, siang, dan sore hari di luar ruangan (Taman Koleksi) ... 15
11. Kelembaban udara (RH) pada pagi, siang, dan sore hari di dalam ruangan (Botani-Fisika (a), Bsp01-Bsp02 (b)) ... 15
12. HSI pada pagi, siang dan sore hari di luar ruangan (Taman Koleksi) ... 16
13. HSI pada pagi, siang dan sore hari di dalam ruangan (Botani-Fisika (a), Bsp01-Bsp02 (b)) ... 16
14. Rata-rata Tdb, Tbg, WBGT, dan RH pada lokasi pengamatan ... 17
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Persentasi persepsi kenyamanan berdasarkan aktivitas responden dan kategori WBGT. ... 22
2. WBGT di ruang Botani, Fisika, Bsp01, Bsp02, dan Taman Koleksi IPB Baranangsiang. ... 23
3. Kuisioner persepsi kenyamanan responden. ... 26
4. Taman Koleksi dan stasiun cuaca kampus IPB Baranangsiang. ... 27
5. Alat pengukur suhu udara/termokopel (a) dan radiasi matahari/solarimeter (b). ... 27
(12)
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kota Bogor merupakan suatu wilayah dengan mobilitas penduduk tinggi dan mengalami pembangunan pesat dari tahun ke
tahun. Pertumbuhan penduduk yang
meningkat diikuti oleh pembangunan yang pesat menyebabkan perubahan di berbagai bidang. Implikasi dari perubahan ini akan menyebabkan perubahan unsur-unsur iklim terutama di daerah perkotaan yang berdampak terhadap kondisi lingkungan. Diantara unsur-unsur iklim yang nyata dirasakan yaitu perubahan suhu udara di perkotaan yang semakin tinggi. Perubahan suhu yang semakin tinggi akan mempengaruhi kenyamanan manusia yang tinggal di wilayah tersebut.
Pengukuran suhu bola basah (Twb), suhu bola kering (Tdb), dan suhu bola hitam (Tbg) sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengkaji keterkaitan antara kondisi lingkungan yang digambarkan oleh suhu bola hitam terhadap tingkat kenyamanan manusia. Suhu bola basah, suhu bola kering, dan suhu bola hitam merupakan peubah unsur iklim dalam menentukan tingkat kenyamanan yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan perilaku manusia di wilayah tersebut. Menurut Gaspar dan Quintela (2009), persamaan yang terdiri dari suhu bola basah, suhu bola kering, dan suhu bola hitam yang diperoleh dari peubah meteorologi stasiun cuaca dapat
digunakan untuk memprediksi Wet Bulb
Globe Temperature (WBGT).
WBGT merupakan suatu indeks yang digunakan untuk memperkirakan efek dari kondisi panas terhadap manusia berdasarkan unsur suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari di
wilayah tersebut. Indeks WBGT ini
diharapkan dapat digunakan untuk
mengidentifikasi tingkat kenyamanan manusia di suatu wilayah terutama di luar ruangan dengan lebih baik. Keterkaitan antara WBGT terhadap tingkat kenyamanan manusia perlu diteliti di Kota Bogor khususnya di kampus IPB Baranangsiang. Selain letaknya berada di pusat Kota Bogor juga sebagai tempat perkuliahan dan aktivitas lain.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan persamaan Tbg di luar dan dalam ruangan.
2. Menentukan nilai WBGT di luar dan
dalam ruangan.
3. Mengidentifikasi tingkat kenyamanan
berdasarkan WBGT dan kuisioner
responden di luar dan dalam ruangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Wet Bulb Globe Temperature (WBGT)
Menurut Mochida et al (2007), tahun 1957
Yaglou dan Minard menciptakan Wet Bulb
Globe Temperature (WBGT) sebagai sebuah indeks untuk mengevaluasi sensasi panas dan tekanan panas selama latihan. Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) adalah sebuah model yang digunakan untuk memperkirakan efek suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari terhadap manusia. Indeks WBGT telah dikembangkan pada korps marinir USA di Pulau Paris untuk mencegah cedera dari tekanan panas (heat stress), distandardisasi oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan International Organization for Standardization (ISO 7243). WBGT telah
direkomendasikan di banyak negara,
dikeluarkan oleh American Conference of Governmental Industrial Hygienst (ACGIH)
untuk mengevaluasi lingkungan thermal
selama kerja dan olahraga di luar ruangan, didasari hasil diskusi perspektif teori transfer panas.
Wet bulb globe temperature (WBGT) diukur dengan tiga termometer berbeda yaitu: pertama, termometer suhu bola basah, termometer suhu bola hitam, dan termometer suhu bola kering. Termometer suhu bola basah untuk mengukur suhu bola basah/wet bulb temperature (Twb) yaitu bola yang mengandung air raksa pada termometer bola basah dibungkus dengan kain yang dibasahi terus menerus dengan air destilasi melalui benang yang tercelup pada sebuah mangkok air yang kecil. Kedua, termometer suhu bola hitam yaitu termometer yang digunakan untuk mengukur suhu udara secara langsung (radiasi) tanpa dipengaruhi oleh kondisi uap air di udara biasa disebut dengan suhu bola hitam/black globe temperature (Tbg). Terbuat dari bola logam berwarna hitam pekat, tidak berbayang, tidak ada aliran udara yang terhalang disekitarnya, memiliki sensor suhu yang diletakkan di pusat bola hitam dengan kisaran -5°C sampai 100°C (akurasi ± 0,5°C), sehingga dalam pengukurannya sensitifitas termometer ini sangat dipengaruhi oleh radiasi matahari. Variasi suhu yang terukur oleh termometer ini sangat bergantung pada
(13)
2
intensitas radiasi matahari pada saat itu. Prinsip kerja termometer ini berdasarkan hukum Khircoff “pada benda hitam sempurna, panas yang dilepaskan sama dengan panas yang diterima”. Diameter termometer ini hampir sama dengan diameter rata-rata kepala manusia, sesuai dengan sejarah dibuatnya termoter ini yang bertujuan untuk mengukur tingkat tekanan panas yang dapat ditoleransi oleh manusia, namun ada juga yang berdiameter 15cm. Ketiga, termometer suhu bola kering untuk mengukur suhu bola kering/dry bulb temperature (Tdb) atau suhu udara aktual (Mochida et al 2007).
Gambar 1 Termometer bola hitam di stasiun cuaca kampus IPB
Baranangsiang. (Sumber:
dokumentasi pribadi)
Para peneliti menghitung bahwa manusia dan sebagian besar mamalia yang memiliki suhu tubuh internal mendekati 37ºC pada WBGT di atas 35ºC terus-menerus selama enam jam atau lebih, akan mengalami tekanan panas yang berpotensi mematikan (Huber 2010). WBGT diukur dalam satuan ºC atau ºF, digunakan untuk menilai tekanan panas (heat stress) dalam kegiatan industri, militer, olahraga di luar ruangan, dan sebagai pedoman kesehatan serta keselamatan pekerja.
Persamaan untuk menghitung WBGT adalah sebagai berikut:
• di luar ruangan dengan pengaruh radiasi matahari:
WBGT = 0,7Twb+ 0,2Tbg+ 0,1Tdb
• di dalam ruangan tanpa pengaruh radiasi matahari, dimana Tdb = Tbg:
WBGT = 0,7Twb+ 0,3Tdb Keterangan:
Twb= suhu bola basah/wet bulb temperature
Tbg= suhu bola hitam/black globe temperature
Tdb = suhu bola kering/dry bulb temperature
(Binkley et al 2002)
Standar WBGT di negara beriklim sedang (subtropis) dikelompokan kedalam empat kategori resiko tekanan panas, yaitu:
Sangat tinggi : WBGT > 28°C (82°F)
Tinggi : WBGT 23-28°C (73-82°F)
Sedang : WBGT 18-23°C (65-73°F)
Rendah : WBGT < 18°C (<65°F) (Departemen Militer USA 1980)
2.2Pengaruh Stres Panas (Heat Stress) Terhadap Manusia
Suhu udara dan kelembaban udara yang tinggi merupakan ciri utama Negara Indonesia sebagai negara tropis. Kondisi seperti ini seharusnya menjadi perhatian, karena cuaca yang panas merupakan beban bagi tubuh ditambah lagi apabila harus mengerjakan aktivitas-aktivitas fisik yang berat, dapat menyebabkan tekanan panas, memperburuk kondisi kesehatan dan stamina tubuh. Menurut Guyton (1995), suhu nikmat kerja bagi orang– orang Indonesia yaitu 24-26ºC. Suhu udara yang tinggi dapat menimbulkan berbagai efek atau dampak bagi kesehatan manusia, baik secara fisik dan psikis seperti: berkeringat dalam jumlah besar selama berjam-jam, kehilangan berat badan setelah satu shift lebih besar dari 1,5% dari berat badan total, ekskresi sodium dalam urin selama 24 jam kurang dari 50 mmol, berkurangnya produktivitas kerja dan cara berpikir (Megasari dan Juniani 2005).
Tabel 1 Kategori resiko Wet Bulb Globe Temperature (WBGT).
WBGT Warna Level resiko Keterangan
< 18ºC
(< 65ºF) hijau rendah resiko rendah tetap dalam dasar faktor resiko
18-
23ºC(65-73ºF)
kuning sedang level resiko meningkat tetapi aktivitas masih
dapat terselesaikan 23-28ºC
(73-82ºF) merah tinggi
setiap orang yang beraktivitas pada kondisi ini sebaiknya mengetahui potensi luka/cedera >28ºC
(>82ºF) hitam ekstrim/bahaya
reschedule, pindah tempat atau menunda aktivitas sampai berlaku kondisi aman
(14)
Respon-respon fisiologis juga akan tampak jelas terhadap tubuh dengan cuaca yang panas yaitu peningkatan tekanan darah dan denyut nadi seperti hasil penelitian Saridewi (2002) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan nyata peningkatan tekanan darah pada tubuh sebelum dan sesudah terpapar panas yang akan memperburuk kondisi tubuh. Selain respon tekanan darah dan denyut nadi, sistem termoregulator di otak (hypothalamus) akan merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu tubuh sekitar 36ºC-37ºC. Namun apabila paparan panas dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kelelahan (fatigue) dan mekanisme kontrol tidak lagi bekerja yang pada akhirnya timbul efek tekanan panas (heat stress) (Erwin 2004). Tekanan panas adalah keseluruhan beban panas yang diterima tubuh yang merupakan kombinasi dari kerja fisik, faktor lingkungan (suhu udara, tekanan uap air, pergerakan udara, perubahan panas radiasi) dan faktor pakaian. Tekanan panas akan berdampak pada terjadinya:
- Dehidrasi
Penguapan yang berlebihan akan mengurangi volume darah dan pada tingkat awal aliran darah akan menurun dan otak akan kekurangan oksigen.
- Heat Rash
Umumnya dikenal sebagai prickly heat
yang terlihat sebagai papula merah, terjadi akibat sumbatan kelenjar keringat dan retensi keringat. Gejala bias berupa lecet terus-menerus dan panas disertai gatal yang menyengat.
- Heat Fatigue
Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas. Gerakan tubuh menjadi lambat, kurang waspada terhadap tugas.
- Heat Cramps
Kekejangan otot yang diikuti penurunan sodium klorida dalam darah sampai di bawah tingkat kritis. Dapat terjadi sendiri atau bersama dengan kelelahan panas, kekejangan timbul secara mendadak.
- Heat Exhaustion
Dikarenakan kekurangan cairan tubuh atau elektrolit. Gejala-gejalanya adalah pusing, sakit kepala, mual, nadi cepat, suhu tubuh meningkat dan gangguan koordinasi.
- Heat Syncope
Ditandai dengan kelemahan, kelelahan, dan hipotensi, dapat menyebabkan collapse
atau kehilangan kesadaran selama terpapar
panas, tanpa waktu aklitimasi yang cukup. Tidak memungkinkan untuk melanjutkan latihan kecuali dengan kombinasi latihan ringan.
- Heat Stroke
Menurunnya secara progresif kemampuan mengeluarkan keringat, disertai collapse,
coma, kulit yang kering dan panas. Kerusakan serius yang berkaitan dengan kesalahan pada pusat pengatur suhu tubuh. Pada kondisi ini mekanisme pengatur suhu tidak berfungsi lagi disertai hambatan proses penguapan secara tiba-tiba, dapat pula menyebabkan kematian (Megasari dan Juniani 2005).
Untuk mempertahankan kondisi kesehatan manusia diberi minum sesering mungkin berupa air putih atau air minum yang telah cukup garam seperti larutan elektrolit (Natrium dan Kalium), pakaian yang sesuai, dan mencari perlindungan terhadap cuaca panas tersebut.
Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29-30ºC dengan kelembaban sekitar 85-95%. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama berada di tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas. Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan yang ditandai dengan menurunnya frekuensi denyut nadi dan suhu mulut atau suhu badan akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi dapat diperoleh dengan bekerja pada suatu lingkungan kerja yang tinggi untuk beberapa waktu yang lama. Biasanya aklimatisasi terhadap panas tercapai sesudah dua minggu bekerja di tempat itu. Sedangkan meningkatnya pembentukan keringat tergantung pada kenaikan suhu (Putra 2011).
Gambar 2 Indeks tekanan panas/Heat Stress Index (HSI). (Modifikasi dari: http://www.bom.gov.au)
(15)
4
Tabel 2 Kategori tingkat kenyamanan berdasarkan Heat Stress Index (HSI).
HSI Tingkat kenyamanan
20-29 nyaman
30-39 kurang nyaman
40-45 tidak nyaman
>45 sangat tidak nyaman/berbahaya (menyebabkan heat stroke)
(Sumber: Environment Canada)
2.3Unsur-Unsur Iklim yang
Mempengaruhi WBGT
a. Suhu Udara
Suhu udara merupakan faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia. Suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengganggu kegiatan manusia. Suhu udara (temperatur udara) berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer, dinyatakan dalam satuan ºC atau ºFdan merupakan unsur iklim yang sangat penting. Suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
• Jumlah radiasi yang diterima pertahun-permusim-perhari.
• Pengaruh daratan atau lautan.
• Pengaruh ketinggian tempat.
• Pengaruh angin secara tidak langsung.
• Pengaruh panas laten.
• Penutupan lahan.
• Tipe tanah.
• Pengaruh sudut datang sinar matahari. Variasi diurnal suhu maksimum tercapai sekitar pukul 14.00 waktu setempat yaitu setelah radiasi maksimum terjadi karena adanya pemanasan udara yang masih berlangsung terus meskipun radiasi surya maksimum telah terjadi sekitar pukul 12.00 waktu setempat. Ketika suhu udara telah mencapai maksimum di siang hari maka suhu udara akan turun kembali hingga mencapai suhu minimum di pagi hari (sekitar pukul 04.00 waktu setempat). Hal ini disebabkan karena setelah suhu maksimum tercapai maka radiasi yang keluar akan lebih besar dari radiasi yang datang sehingga radiasi yang datang yang digunakan untuk memanaskan suhu udara di sore hari akan menjadi semakin sedikit dibandingkan pada siang hari (Handoko 1995).
Peningkatan suhu udara pada variasi diurnal berkaitan dengan posisi/tingginya matahari yang kemudian akan mempengaruhi penyebaran radiasi matahari yang dapat memanaskan suhu udara. Semakin menuju siang hari maka posisi matahari akan semakin tinggi. Jika matahari tinggi maka radiasi yang
jatuh hampir tegak lurus pada permukaan bumi sehingga radiasi akan disebarkan di dalam area yang lebih sempit. Jika matahari rendah maka sinar matahari akan melalui atmosfer yang lebih tebal dimana terjadi banyak hamburan dan penyerapan serta penyebaran radiasinya terjadi dalam area yang lebih luas. Suhu udara pada areal bervegetasi lebih nyaman daripada areal tanpa vegetasi (Tjasyono 2004).
b. Kelembaban
Kelembaban udara juga mempengaruhi kenyamanan manusia. Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara, yang umum digunakan yaitu kelembaban relatif (Relative Humidity/RH). Kelembaban relatif adalah perbandingan antara tekanan uap air aktual (yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh, umumnya dinyatakan dalam persen (%). Angka kelembaban relatif dari 0-100%, dimana 0% artinya udara kering, sedangkan 100% artinya udara jenuh dengan uap air dan akan terjadi titik-titik air. Besarnya kelembaban udara suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimuli curah hujan (Lakitan 1994). Kelembaban udara (RH) dapat dirumuskan sebagai berikut:
RH =ea esx100%
Keterangan: RH = Relative Humidity (%) ea = tekanan uap air aktual es = tekanan uap air jenuh Kelembaban udara (RH) akan lebih rendah bila suhu udara meningkat dan sebaliknya kelembaban udara (RH) akan lebih tinggi bila suhu udara rendah. Kelembaban yang tinggi merupakan suatu kondisi lingkungan yang tidak nyaman bagi manusia. Kondisi lingkungan dikatakan nyaman pada kelembaban antara 40-75% (Handoko 1995).
c. Radiasi
Radiasi matahari berperan penting dalam memanaskan permukaan bumi dan menentukan suhu permukaan bumi. Radiasi tersebut akan menyebar secara konveksi dan dipantulkan oleh permukaan bumi yang menghasilkan gelombang panjang. Radiasi
(16)
matahari yang tinggi akan meningkatkan suhu permukaan dan sebaliknya.
Radiasi matahari yang sampai pada kanopi tanaman sebagian ada yang diserap, dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan atau masuk melalui celah daun hingga sampai pada permukaan tanah (Pinty et al 1997). Menurut Hardy et al (2004), radiasi yang diserap, dipantulkan dan yang diteruskan oleh kanopi bervariasi menurut waktu dan tempat. Selain itu, sangat dipengaruhi oleh arsitekrur kanopi pohon, spesies tanaman, ukuran dan lokasi celah kanopi, dan sudut datang matahari.
2.4 Indeks Kenyamanan
Pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfer atau cuaca terhadap manusia dinyatakan dengan istilah kenyamanan. Indeks ini sering disebut indeks suhu kelembaban yang dimaksudkan untuk menunjukkan derajat perasaan ketidaknyamanan atau dikenal juga dengan indeks kenyamanan, merupakan suatu indeks untuk menetapkan efek dari kondisi panas pada kenyamanan manusia yang mengkombinasikan suhu udara, radiasi matahari, dan kelembaban udara.
Kondisi kenyamanan bersifat subyektif karena sangat bervariasi bagi setiap individu. Perasaan nyaman dapat dirasakan oleh seseorang secara psikologis, fisiologis, dan sosiologis. Kenyamanan psikologis adalah perasaan nyaman dengan penekanan secara subyektif, personal, dan pribadi. Kenyamanan fisiologis berkaitan dengan lingkungan alam sekitar, misalnya kondisi thermal. Sedangkan kenyamanan sosiologis berkaitan dengan suasana hubungan dengan anggota keluarga, teman, dan masyarakat (Idayah 2010).
Faktor iklim yang mempengaruhi
kenyamanan fisiologis pada manusia
antaralain suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari dan curah hujan, namun dalam penentuan tingkat kenyamanan suatu daerah atau wilayah tidak semua parameter iklim dapat digunakan secara langsung. Selain faktor iklim, kenyamanan juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, pakaian, dan makanan. Cuaca ideal bagi kenyamanan manusia adalah udara yang bersih dengan suhu udara antara 27-28ºC, dan kelembaban udara antara 40-75%. Beberapa ahli telah berusaha untuk menyatakan pengaruh parameter-parameter iklim terhadap kenyamanan manusia dengan bantuan persamaan yang mengandung dua atau lebih parameter iklim, misalnya indeks
ketidaknyamanan (discomfort index)
(Tjasyono 2004).
Secara kuantitatif kenyamanan dinyatakan sebagai Temperatur Humidity Index (THI), suatu indeks untuk menetapkan efek kondisi panas pada kenyamanan manusia yang secara empiris dirumuskan (Nieuwolt 1975):
THI = 0,8T +(RHxT) 500
Keterangan:
THI = Temperatur Humidity Index
T = suhu udara (ºC) RH = kelembaban udara (%)
Rentang nilai indeks kenyamaan berdasarkan THI sebagai berikut:
21 ≤ THI ≤ 24 : nyaman 24 ≤ THI ≤ 26 : cukup nyaman THI > 26 : tidak nyaman
2.5 Kenyamanan Fisiologis
Kenyamanan manusia dalam ruangan dapat dirasakan secara fisik maupun non fisik. Kenyamanan fisik didasarkan pada kebutuhan standar, sedangkan non fisik pada persepsi
manusia. Kenyamanan fisik meliputi
pengudaraan, pencahayaan, dan
bunyi/kebisingan. Kenyamanan pengudaraan ruang dipengaruhi tiga faktor yaitu:
a. Temperatur/suhu b. Kelembaban c. Aliran udara
Standar kenyamanan untuk setiap ruang ditentukan oleh macam kegiatan yang dilakukan dalam ruang dan iklim setempat (Eddy 2004). Intensitas suhu yang tinggi dapat mengganggu baik kenyamanan maupun kerja organ tubuh manusia. Tanda-tanda ketidaknyamanan terjadi secara bertahap, antara lain: tubuh akan merasa gerah karena kulit basah oleh keringat, tubuh lesu, penurunan gairah kerja, timbulnya perasaan jengkel dan stres (Idayah 2010).
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Udara dalam Ruangan
a. Ketebalan dinding
Semakin tebal dinding maka semakin kecil pengaruh suhu udara luar terhadap suhu udara di dalam ruangan.
b. Bahan bangunan, seperti semen, aspal, dan beton menjadi penyerap dan penyimpan panas matahari.
c. Jendela (jenis, luas, dan warna kaca jendela).
d. Atap dan lantai bangunan. e. Ventilasi
Ventilasi udara yang baik akan mempengaruhi sirkulasi udara dalam ruangan. Jika ukuran ventilasi semakin besar dan jumlahnya banyak, maka udara
(17)
6
yang masuk ke dalam ruangan semakin banyak dan ruangan menjadi lebih terasa nyaman dan sejuk. Namun sebaliknya jika ventilasi semakin kecil ukuran dan jumlahnya, maka udara yang masuk ke dalam ruangan juga semakin kecil sehingga ruangan menjadi tidak nyaman dan tidak sejuk.
f. Warna
Mempengaruhi suhu dalam ruangan yang disebabkan oleh penyerapan radiasi matahari, warna yang gelap akan cepat menyerap radiasi/panas yang diterima sehingga mempengaruhi udara dalam ruangan, dimana udara dalam ruangan akan lebih mudah hangat/panas. Sedangkan warna yang relatif cerah tidak cepat menyerap radiasi/panas yang diterima sehingga udara dalam ruangan tidak mudah hangat/panas (Mangunwijaya 1997).
2.7 Kondisi Umum Kota Bogor 2.7.1 Letak dan Luas
Kota Bogor secara geografis memiliki luas wilayah 11.850 Ha yang terletak di antara 6º30’LS - 6º41’LS dan 106º43'BT - 106º51'BT, sedangkan lokasi penelitian
khususnya kampus IPB Baranangsiang
terletak pada 6º36’LS dan 106º48'BT dengan ketinggian 268,834 mdpl.
2.7.2 Topografi
Berdasarkan topografi, Kota Bogor merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi antara 190-350 mdpl.
2.7.3 Kondisi Iklim
Menurut data pemerintah Kota Bogor tahun 2010, kondisi iklim di Kota Bogor memiliki suhu udara rata-rata tiap bulan 26ºC dengan suhu terendah 21,8ºC dan suhu tertinggi 30,4ºC. Kelembaban udara rata-rata tiap bulan ±70%, curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3500-4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari. Menurut data penelitian diketahui suhu udara rata-rata tiap bulan yaitu 28ºC dengan suhu terendah 21,0ºC, tertinggi 35ºC, dan kelembaban udara rata-rata tiap bulan ±70%.
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada periode Agustus 2011 sampai Juli 2012. Pengambilan data dilakukan di sekitar kampus IPB Baranangsiang dari bulan Agustus sampai Oktober 2011 dengan lima titik pengamatan yaitu Taman Koleksi, ruang kuliah Botani, Fisika, Bsp01, dan Bsp02. Pengolahan data dilakukan di Bagian Klimatologi Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA Kampus IPB Dramaga.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dengan software
penunjang seperti Microsoft Office 2007 dan Minitab 14. Alat ukur suhu udara berupa sensor termokopel yang dapat mengukur suhu bola basah (Twb) dan suhu bola kering (Tdb). Termometer bola hitam untuk mengukur suhu bola hitam (Tbg). Solarimeter untuk mengukur radiasi matahari. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
- Data suhu udara yang diwakili suhu bola kering (Tdb), suhu bola hitam (Tbg), dan kelembaban udara (RH) dari stasiun cuaca kampus IPB Baranangsiang dari bulan Agustus hingga Oktober 2011.
- Data suhu bola basah (Twb), suhu bola kering (Tdb), dan radiasi matahari (Q) didasarkan pada pengukuran langsung di lokasi pengamatan dari tanggal 6 Agustus hingga 30 Oktober 2011.
- Data hasil kuisioner dan wawancara
responden yang ada di sekitar lokasi pengamatan.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan, yaitu:
• Survei lokasi pengamatan, terdapat lima titik pengamatan, dilakukan untuk mendapatkan gambaran fisik kondisi luar ruangan (Taman Koleksi) dan dalam ruangan (Botani, Fisika, Bsp01, Bsp02) kampus IPB Baranangsiang.
• Mengukur suhu bola basah (Twb) dan suhu bola kering (Tdb) di luar dan dalam
ruangan lokasi pengamatan dengan
menggunakan sensor termokopel. Setiap titik pengamatan dalam satu hari dilakukan tiga kali pengukuran yaitu pukul 07.00-7.30 WIB mewakili pagi hari, pukul 13.00-13.30 WIB mewakili siang hari, dan pukul 17.00-17.30 WIB mewakili sore hari.
(18)
• Mengukur radiasi matahari (W/m2) di luar
ruangan (Taman Koleksi) dengan
menggunakan solarimeter, dalam satu hari dilakukan tiga kali pengukuran yaitu pukul 07.00-7.30 WIB mewakili pagi hari, pukul 13.00-13.30 WIB mewakili siang hari, dan pukul 17.00-17.30 WIB mewakili sore hari.
• Menentukan kelembaban relatif (RH)
menggunakan persamaan turunan dari
Clausius-Clayperon sebagai berikut:
es(T) = 6,1078exp�17,239Tdb 237,3+Tdb�
es(Twb) = 6,1078exp�17,239Twb 237,3+Twb� es= es(Twb)− �0,661(Tdb−Twb)�
RH = ea
es(T)x100%
Dimana,es (T) = tekanan uap jenuh pada Tdb, es (Twb) = tekanan uap jenuh pada Twb, ea = nilai tekanan uap aktual, Tdb (oC) = suhu bola kering yang diperoleh dari hasil pengukuran, Twb (oC) = suhu bola basah yang diperoleh dari hasil pengukuran dan RH (%) = kelembaban relatif (Handoko 1995).
• Mencari persamaan suhu bola hitam (Tbg) dengan data suhu bola kering (Tdb), kelembaban udara (RH), dan radiasi matahari (Q) yang berasal dari data stasiun
kampus IPB Baranangsiang dengan
menggunakan analisis regresi linear dalam program Minitab 14.
• Setelah mendapatkan persamaan Tbg
kemudian digunakan untuk menentukan nilai Tbg (ºC) di lokasi pengamatan.
• Menentukan nilai WBGT (ºC) di luar
ruangan dengan persamaan:
WBGT = 0,7Twb+ 0,2Tbg+ 0,1Tdb (Binkley et al 2002)
• Menentukan nilai WBGT (ºC) di dalam ruangan. Menurut Binkley et al (2002), Tdb = Tbg sehingga persamaan:
WBGT = 0,7Twb+ 0,3Tdb
Keterangan: Twb = suhu bola basah (wet bulb temperature) Tbg = suhu bola hitam
(black globe temperature) Tdb = suhu bola kering (dry bulb temperature) Jika Tdb ≠ Tbg, maka untuk WBGT di dalam ruangan dicari dengan persamaan:
WBGT = 0,7Twb+ 0,2Tbg+ 0,1Tdb
• Menentukan HSI (Heat Stress Index)
dengan menggunakan tabel yang
didasarkan pada nilai WBGT dan
kelembaban udara (RH).
• Menentukan THI (Temperature Humidity
Index) menggunakan persamaan sebagai berikut:
THI = 0,8T +(RHxT) 500
Keterangan:
THI = Temperatur Humidity Index
T = suhu udara (ºC) RH = kelembaban udara (%) (Nieuwolt 1975)
Penentuan indeks kenyamanan THI
menghubungkan antara kondisi suhu udara
yang diwakili oleh Tdb (ºC) dan
kelembaban udara terhadap kondisi panas yang akan mempengaruhi kenyamanan manusia.
• Mengidentifikasi tingkat kenyamanan
berdasarkan WBGT, THI, serta kuisioner responden di luar dan dalam ruangan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Karakteristik Ruangan yang Diamati
Hasil survei lokasi yang terdapat di kampus IPB Baranangsiang diperoleh empat titik pengamatan untuk di dalam ruangan, (Gambar 3) yaitu ruang kuliah Botani (1), (2), Bsp01 (3), Bsp02 (4), dan satu titik pengamatan di luar ruangan yaitu Taman Koleksi IPB Baranangsiang (5). Lokasi pengamatan ruang Botani dengan ruang Fisika memiliki karakteristik ruangan yang sama, sedangkan ruang Bsp01 memiliki kesamaan dengan ruang Bsp02.
(19)
8
Gambar 3 Lokasi pengamatan di kampus IPB Baranangsiang. (modifikasi dari: https://maps.google.com) Kesamaan dari ruang Botani (1) dan Fisika
(2) adalah luas ruangan berukuran 1200cm x 987cm dengan ketinggian 470cm, yang berkapasitas 150 orang. Warna dinding bagian dalam didominasi warna putih dan hitam pada bagian luar, beratap genting, berlantai tegel (ukuran 20cm x 20cm). Jumlah ventilasi udara sebanyak 29 buah yang masing-masing memiliki luas ventilasi berukuran 60cm x 300cm, tanpa pendingin ruangan, dan jumlah lampu sebanyak 22 buah.
Gambar 4 Ruang kuliah Botani dan Fisika. (Sumber: dokumentasi pribadi) Adapun kesamaan antara ruang Bsp01 (3) dan Bsp02 (4) adalah luas ruangan berukuran 1140cm x 960cm dengan ketinggian 300cm, yang berkapasitas 70 orang. Ruangan didominasi warna putih pada dinding bagian dalam dan luar, beratap genting, berlantai keramik putih (berukuran 30cm x 30cm), tanpa pendingin ruangan. Jumlah jendela sebanyak 4 buah yang masing-masing memiliki luas ventilasi berukuran 70cm x 200cm, dan jumlah lampu sebanyak 18 buah.
Gambar 5 Ruang kuliah Bsp01 dan Bsp02. (Sumber: dokumentasi pribadi) Berdasarkan karakteristik ruangan, desain ruang Botani dan Fisika (Gambar 4) memiliki sistem sirkulasi udara yang lebih baik dibandingkan Bsp01 dan Bsp02 (Gambar 5). Luas dan tinggi ruangan yang besar mempengaruhi banyaknya aliran udara yang masuk ke dalam ruangan begitu juga dengan bentuk, posisi, dan ukuran ventilasi, sehingga udara panas yang ada di dalam ruangan dan udara di luar ruangan dapat bertukar dengan
cepat. Pertukaran udara yang baik
menyebabkan suhu di dalam ruang Botani dan Fisika lebih rendah daripada ruang Bsp01dan Bsp02.
4.2 Perbandingan Tdb dengan Tbg
Suhu udara dalam penelitian ini menggunakan data suhu bola kering (Tdb) yang mewakili tiga kondisi waktu yaitu pagi, siang dan sore hari. Berdasarkan Tabel 3 hasil penelitian di empat lokasi dalam ruangan didapatkan perbedaan rataan, simpangan baku, serta t-hitung antara Tdb (ºC) dan Tbg (ºC). Hasil dari pengamatan Tdb (ºC) dan Tbg
(20)
(ºC) dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji t (Tabel 4) terlihat bahwa secara statistik dengan α 5% terdapat perbedaan nilai tengah antara Tdb dan Tbg dimana p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Tdb tidak sama dengan Tbg (Tdb≠Tbg) yang berarti persamaan (Binkley et al 2002):
WBGT = 0,7Twb+ 0,3Tdb, tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai WBGT di sekitar lokasi penelitian khususnya di dalam ruangan kampus IPB Baranangsiang. Dengan demikian persamaan yang digunakan untuk menentukan WBGT di dalam ruangan sama
dengan di luar ruangan yaitu: WBGT =
0,7Twb+ 0,2Tbg+ 0,1Tdb.
Tdb (ºC) di dalam ruangan pada pagi hari memiliki rentang nilai antara 22,3-27,9ºC dan Tbg antara 22,6-32,7ºC. Peningkatan Tdb (ºC) dan Tbg (ºC) terjadi di semua lokasi pengamatan pada siang hari, Tdb antara 26,2-33,7ºC dan Tbg antara 29,3-43,5ºC. Tdb (ºC) menurun lagi pada sore hari dengan rentang 24-31,5ºC dan Tbg (ºC) dengan rentang 25,3-39,6ºC. Gambar 6 menunjukkan bahwa Tdb (ºC) pada pagi hari lebih rendah, kemudian meningkat hingga siang hari dan mencapai maksimum sekitar pukul 14.00 WIB atau setelah radiasi maksimum terjadi, dan berangsur-angsur turun pada sore hari namun tetap lebih tinggi nilainya dibandingkan pagi hari. Sesuai dengan penjelasan Handoko (1995), bahwa variasi diurnal suhu maksimum tercapai sekitar pukul 14.00 waktu setempat yaitu setelah radiasi maksimum terjadi karena adanya pemanasan udara yang masih
berlangsung terus meskipun radiasi surya maksimum telah terjadi sekitar pukul 12.00 waktu setempat. Ketika suhu udara mencapai maksimum di siang hari maka suhu udara akan turun kembali hingga mencapai suhu minimum di pagi hari (sekitar pukul 04.00 waktu setempat). Hal ini disebabkan karena setelah suhu maksimum tercapai maka radiasi yang keluar akan lebih besar dari radiasi yang datang sehingga radiasi datang yang digunakan untuk memanaskan suhu udara di sore hari akan menjadi sedikit dibandingkan pada siang hari.
Tinggi rendahnya Tdb (ºC) dan Tbg (ºC) banyak dipengaruhi oleh radiasi matahari. Meningkatnya Tdb (ºC) dan Tbg (ºC) pada siang hari berkaitan dengan posisi/tinggi matahari. Posisi matahari mempengaruhi penyebaran radiasi yang dapat memanaskan Tdb (ºC) dan Tbg (ºC), semakin menuju siang hari maka posisi matahari akan semakin tinggi. Jika matahari tinggi maka radiasi yang jatuh hampir tegak lurus pada permukaan bumi sehingga radiasi akan disebarkan dalam area yang lebih sempit. Menurunnya Tdb (ºC) dan Tbg (ºC) pada sore dan pagi hari, dikarenakan perubahan posisi matahari yang semakin rendah pada sore hari dibandingkan pada siang hari. Jika matahari rendah maka sinar matahari akan melalui atmosfer yang lebih tebal dimana terjadi banyak hamburan dan penyerapan serta penyebaran radiasi terjadi dalam area yang lebih luas, hal ini sesuai dengan penjelasan Tjasyono (2004).
Tabel 3 Rataan dan simpangan baku Tdb dan Tbg.
Ukuran Tdb (ºC) Tbg (ºC)
penyebaran Botani Fisika Bsp01 Bsp02 Botani Fisika Bsp01 Bsp02
Rata-rata 7.30 25,1 25,0 25,4 25,3 27,9 27,7 28,3 28,2
Rata-rata 13.30 29,4 29,3 30,5 30,4 35,1 35,0 37,0 36,8
Rata-rata 17.30 26,9 26,8 27,7 27,6 30,5 30,6 32,1 31,9
Simp baku 7.30 0,9 1,0 1,0 1,0 1,5 1,8 1,7 1,7
Simp baku 13.30 1,4 1,4 1,5 1,5 2,6 2,7 2,9 3,0
(21)
10
Tabel 4 Hasil uji t (Tdb dan Tbg).
Waktu Hipotesis t-hitung p-value
07.30 H0 : µTdb Botani-µTbg Botani 16,4 0,000
H0 : µTdb Fisika-µTbg Fisika 13,4 0,000
H0 : µTdb Bsp01-µTbg Bsp01 14,8 0,000
H0 : µTdb Bsp02-µTbg Bsp02 14,6 0,000
13.30 H0 : µTdb Botani.1-µTbg Botani.1 19,0 0,000
H0 : µTdb Fisika.1-µTbgFisika.1 18,7 0,000
H0 : µTdb Bsp01.1-µTbgBsp01.1 19,1 0,000
H0 : µTdb Bsp02.1-µTbgBsp02.1 18,7 0,000
17.30 H0 : µTdb Botani.2-µTbg Botani.2 14,1 0,000
H0 : µTdb Fisika.2-µTbg Fisika.2 13,8 0,000
H0 : µTdb Bsp01.2-µTbg Bsp01.2 14,2 0,000
H0 : µTdb Bsp02.2-µTbg Bsp02.2 14,4 0,000
(22)
13.00-13.30 WIB
17.00-17.30 WIB
Gambar 6 Variasi Tdb dan Tbg pada pagi, siang, dan sore hari di dalam ruangan (Botani, Fisika, Bsp01, dan Bsp02).
.
4.3 Mengidentifikasi Hubungan Suhu Bola Hitam dengan Suhu Udara, Kelembaban Udara, dan Radiasi Matahari
Hubungan suhu bola hitam (Tbg) terhadap suhu udara yang diwakili oleh suhu bola kering (Tdb), kelembaban udara (RH), dan radiasi matahari (Q) dengan menggunakan analisis regresi linear maka diperoleh persamaan sebagai berikut:
Tbg = 1,22Tdb−0,0405RH + 0,0253Q (1) Dari persamaan 1 diketahui suhubola kering (Tdb) dan radiasi matahari (Q) memiliki hubungan berbanding lurus, sedangkan kelembaban udara (RH) berbanding terbalik terhadapsuhu bola hitam (Tbg). Suhu bola
kering (Tdb), kelembaban udara (RH), dan radiasi matahari (Q) memiliki korelasi yang besar terhadapTbg (Tabel 5).
Tabel 5 Korelasi pearson antara Tbg dengan Tdb, RH, dan Q.
Korelasi Tbg
Tdb 0,843
RH -0,749
Q 0,760
Berdasarkan analisis keragaman (Tabel 6) diketahui suhu bola kering (Tdb), radiasi matahari (Q), dan kelembaban udara (RH) berpengaruh nyata terhadap Tbg terlihat dari nilai p<0,05 dengan R-Sq = 98,84%.
(23)
12
Tabel 6 Analisis keragaman antara Tbg
dengan Tdb, RH, dan Q.
Prediktor Koef t p-value
no constant
Tdb 1,2224 28,35 0,000
RH -0,0405 -2,97 0,003
Q 0,0253 6,53 0,000
4.4 Mengidentifikasi Tbg Tanpa Pengaruh
Radiasi Matahari
Hubungan suhu bola hitam (Tbg) terhadap suhu bola kering (Tdb) dan kelembaban udara (RH) tanpa peubah radiasi matahari, dengan menggunakan analisis regresi linear diperoleh persamaan sebagai berikut:
Tbg = 1,44Tdb−0,0984RH (2) Berdasarkan persamaan 2 terlihat bahwa suhu bola kering (Tdb) tetap memiliki
hubungan yang berbanding lurus dan
kelembaban udara (RH) berbanding terbalik terhadap Tbg. Analisis keragaman pada Tabel 7 menunjukkan suhu bola kering (Tdb) dan
kelembaban udara (RH) dapat
menggambarkan suhu bola hitam (Tbg)
dengan baik, dimana p<0,05 dan R-Sq = 98,65%. Pada persamaan 1 dan 2 didapat R² yang tidak berbeda nyata, yang berarti dengan menghilangkan peubah radiasi matahari (Q)
dari persamaan tidak secara nyata
mempengaruhi nilai R². Dengan demikian tanpa peubah radiasi matahari nilai Tbg dapat dicari dengan persamaan 2.
Tabel 7 Analisis keragaman hubungan antara Tbg dengan Tdb dan RH.
Prediktor Koef t p-value
no constant
Tdb 1,4402 48,93 0,000
RH -0,0984 -8,81 0,000
Hubungan suhu bola kering (Tdb) dan kelembaban udara (RH) terhadap suhu bola hitam (Tbg) dapat dilihat dalam grafik tiga dimensi (Gambar 7).
Gambar 7 Hubungan antara Tdb dan RH
terhadap Tbg. .
4.5 Menduga Tbg di Luar dan Dalam
Ruangan
Menduga nilai Tbg (ºC) di luar ruangan dilakukan dengan menggunakan persamaan 1 pada sub bab 4.2 yaitu:
Tbg= 1,22Tdb−0,0405RH + 0,0253Q dan untuk menduga nilai Tbg (ºC) di dalam ruangan digunakan persamaan 2 pada sub bab 4.3 yaitu: Tbg= 1,44Tdb−0,0984RH.
Tbg (ºC) pada pagi hari di empat lokasi dalam ruangan menunjukkan nilai pada rentang 23,6-31,7ºC di ruang Botani, 22,6-32,7ºC di ruang Fisika, 23,7-32,4ºC di ruang Bsp01, 23,6-32,4ºC di ruang Bsp02, dan lokasi di luar ruangan pada rentang 23-33,7ºC. Peningkatan Tbg (ºC) terjadi di semua lokasi pengamatan pada siang hari. Tbg (ºC) pada siang hari di dalam ruangan memiliki rentang nilai dari 29,9-43ºC di ruang Botani, 29,5-42,3ºC di ruang Fisika, 29,6-43,5ºC di ruang Bsp01, 29,3-42,9ºC di ruang Bsp02, dan di luar ruangan pada rentang 30-50,5ºC. Hasil
pengamatan Tbg (ºC) pada sore hari
menunjukkan nilai yang lebih rendah
dibandingkan Tbg (ºC) pada siang hari namun tetap lebih tinggi dari pagi hari. Rentang nilai Tbg (ºC) di dalam ruangan pada sore hari antara 25,6-35,9ºCdi ruang Botani, 25,3-35,5ºC di ruang Fisika, 27,2-39,6ºC di ruang Bsp01, 26,1-39,1ºC di ruang Bsp02, dan di luar ruangan antara 24,3-36,7ºC (Gambar 8).
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan pada pagi hari Tbg (ºC) lebih rendah kemudian meningkat hingga siang hari atau saat radiasi maksimum terjadi, dan berangsur-angsur turun pada sore hari. Tinggi rendahnya nilai Tbg (ºC) banyak
dipengaruhi dari radiasi matahari.
Meningkatnya Tbg (ºC) pada siang hari berkaitan dengan posisi/tinggi matahari yang kemudian mempengaruhi penyebaran radiasi yang dapat memanaskan suhu udara terutama Tbg (ºC). Semakin menuju siang hari maka posisi matahari akan semakin tinggi. Jika matahari tinggi maka radiasi yang jatuh hampir tegak lurus pada permukaan bumi sehingga radiasi disebarkan dalam area yang lebih sempit. Menurunnya Tbg (ºC) pada sore dan pagi hari, dikarenakan perubahan posisi matahari yang semakin rendah pada sore hari dibandingkan pada siang hari. Jika matahari rendah maka sinar matahari akan melalui atmosfer yang lebih tebal dimana terjadi banyak hamburan dan penyerapan serta penyebaran radiasi terjadi dalam area yang lebih luas, hal ini sesuai dengan penjelasan Tjasyono (2004).
(24)
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Gambar 8 Variasi Tbg (ºC) di ruang kuliah Botani (a), Fisika (b), Bsp01 (c), Bsp02 (d), dan Taman Koleksi (e).
Terlihat juga bahwa suhu Tbgdi luar
ruangan (Gambar 8e) baik pada pagi, siang, dan sore hari terlihat lebih tinggi nilainya dibandingkan di dalam ruangan (Gambar
8a,b,c,d). Besarnya penerimaan radiasi
matahari di luar ruangan menyebabkan Tbg di luar ruangan lebih tinggi dibandingkan di dalam ruangan. Kerapatan vegetasi juga mempengaruhi jumlah radiasi yang diterima di luar ruangan, semakin tinggi kerapatan maka semakin banyak radiasi yang terhalang sampai ke permukaan bumi. Konversi lahan bervegetasi menjadi aspal maupun beton menyebabkan berkurangnya penutupan pepohonan, dan vegetasi di luar ruangan banyak didominasi oleh rumput, sehingga radiasi matahari lebih banyak menembus permukaan bumi dan meningkatkan suhu udara terutama Tbg (ºC). Hal ini sesuai penjelasan Pinty et al (1997), radiasi matahari
yang tinggi akan meningkatkan suhu permukaan dan sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai pada kanopi tanaman sebagian ada yang diserap, dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan atau masuk melalui celah daun hingga sampai pada permukaan tanah. Hardy et al (2004) juga mengatakan, radiasi yang diserap, dipantulkan dan yang diteruskan oleh kanopi bervariasi menurut waktu dan tempat. Selain itu, sangat dipengaruhi oleh arsitektur kanopi pohon, spesies tanaman, ukuran dan lokasi celah kanopi, dan sudut datang matahari.
Diketahui bahwa Tbg (ºC) di dalam
ruangan untuk ruang Botani dan Fisika lebih rendah (Gambar 8a,b) dibandingkan ruang Bsp01 dan Bsp02 (Gambar 8c,d). Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik ruangan dimana ruang Botani dan Fisika berukuran lebih luas, tinggi, dengan ukuran ventilasi udara yang
(25)
14
lebih besar dibandingkan ruang Bsp01 dan Bsp02. Menurut Mangunwijaya (1997), luas, tinggi, ketebalan dinding, bahan bangunan, jendela, atap, lantai, ventilasi, dan warna ruangan merupakan faktor yang mempengaruhi kondisi udara dalam ruangan. Hasil dari pengamatan di dalam ruangan, terlihat adanya peningkatan Tbg (ºC) yang nyata pada tanggal 19 Oktober 2011 hingga mencapai 43,5ºC, dan fluktuasi Tbg terendah tanggal 25 September 2011 hingga 22,6ºC.
4.6 Mengidentifikasi WBGTdi Luar dan Dalam Ruangan
Wet Bulb Globe Temperature Index
(WBGT) atau dikenal dengan Indeks suhu Basah dan Bola (ISBB) adalah parameter yang berguna untuk menilai tingkat kenyamanan lingkungan yang merupakan
hasil perhitungan antara suhu bola kering (Tdb), suhu bola basah (Twb) dan suhu bola hitam (Tbg). Indeks WBGT ini penting untuk menilai jumlah dan tingkat latihan atau aktivitas yang dapat dilakukan dalam kondisi panas demi keselamatan manusia. Nilai WBGT di luar ruangan dapat diukur dengan
menggunakan persamaan (Binkley et al
2002): WBGT = 0,7Twb+ 0,2Tbg+ 0,1Tdb, dan untuk menduga WBGT dalam ruangan atau yang memiliki pelindung dapat
menggunakan persamaan WBGT = 0,7Twb+
0,3Tdb.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sub bab 4.1 yang menunjukkan bahwa nilai
Tdb≠Tbg, maka WBGT di dalam ruangan
dalam penelitian ini diperoleh menggunakan
persamaan sebagai berikut: WBGT =
0,7Twb+ 0,2Tbg+ 0,1Tdb.
` (a) (b)
(c) (d)
(e)
Gambar 9 Variasi WBGT di ruang kuliah Botani (a), Fisika (b), Bsp01 (c), Bsp02 (d), dan Taman Koleksi (e).
(26)
WBGT terendah pada pagi hari, semakin tinggi pada siang hari, kemudian menurun pada sore hari. Rata-rata WBGT di semua lokasi pengamatan baik ruang Botani, Fisika, Bsp01, Bsp02, maupun Taman Koleksi pada pagi hari dengan rentang 24,3-24,8ºC, siang hari dengan rentang 28,2-31ºC, dan sore hari antara 26-27,1ºC.
Hasil penelitian di kampus IPB Baranangsiang Bogor memperlihatkan nilai WBGT yang lebih tinggi dari standar WBGT yang dirumuskan dari hasil penelitian di
negara beriklim sedang (subtropis),
menghasilkan suhu nyaman yang cenderung lebih rendah bagi mereka yang tinggal di daerah panas atau tropis, karena manusia tropis telah melakukan proses adaptasi atau aklimatisasi terhadap suhu udara yang lebih tinggi. WBGT disusun bagi kebutuhan kenyamanan manusia yang bertempat tinggal pada iklim di kawasan subtropis yang berbeda dengan karakteristik manusia dan iklim di negara tropis seperti Indonesia. Akibat dari penerapan suhu nyaman dari standar asing yang lebih rendah dari kebutuhan nyata suhu nyaman manusia Indonesia, responden yang beraktivitas pada ruangan berpendingin udara (AC) akan merasakan suhu yang lebih dingin dari yang diperlukan.
Jika dibandingkan dengan standar WBGT di negara beriklim sedang (subtropis) yang lebih rendah dari nilai WBGT di negara beriklim tropis, maka diperlukan adanya modifikasi standar WBGT yang disesuaikan dengan iklim di negara tropis yang berdasarkan pada batasan Departemen Militer USA (1980) dengan menaikkan 4-5ºC pada tiap-tiap kategori.
4.7 Mengidentifikasi RH di Luar dan Dalam Ruangan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui nilai kelembaban udara (RH) berbanding terbalik menurut waktu. Peningkatan kelembaban udara (RH) terjadi di semua lokasi pengamatan pada pagi hari, kemudian semakin menurun pada siang hari, dan meningkat lagi pada sore hari. Kelembaban udara (RH) yang diperoleh di luar ruangan pada pagi hari memiliki rentang 69-98%. Penurunan RH di luar ruangan terjadi pada siang hari. RH pada siang hari memiliki rentang 33-85%, sedangkan RH pada sore hari menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari siang hari namun tetap lebih rendah dibandingkan pagi hari dengan rentang 55-98% (Gambar 10).
Gambar 10 Kelembaban udara (RH) pada
pagi, siang, dan sore hari di luar ruangan (Taman Koleksi). Kelembaban udara (RH) yang diperoleh di empat lokasi dalam ruangan juga terlihat meningkat pada pagi hari dengan rentang 73-97% dan semakin menurun menjelang siang hari pada rentang 55-95%. Hasil pengamatan RH pada sore hari menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan RH pada siang hari namun tetap lebih rendah dari pagi hari dengan rentang antara 70-98% (Gambar 11).
(a)
(b)
Gambar 11 Kelembaban udara (RH) pada
pagi, siang, dan sore hari di dalam ruangan (Botani-Fisika (a), Bsp01-Bsp02 (b)).
Dengan demikian kelembaban udara (RH) akan meningkat pada suhu udara rendah dan menurun pada suhu udara tinggi. RH di luar ruangan pada pagi hari dengan kisaran 69-98% dan sore hari 55-69-98% masih dikatakan dalam kondisi nyaman, dan dikatakan tidak nyaman pada siang hari dengan kisaran 33%. Kelembaban udara (RH) yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi menjadi kondisi yang tidak nyaman bagi manusia. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Handoko (1995),
(27)
16
menyatakan bahwa kelembaban udara (RH) akan lebih rendah bila suhu udara meningkat dan sebaliknya akan tinggi bila suhu udara rendah. Kelembaban udara (RH) yang tinggi merupakan suatu kondisi lingkungan yang tidak nyaman bagi manusia, kondisi lingkungan dikatakan nyaman pada kelembaban udara (RH) antara 40-75%. Menurut Megasari dan Juniani (2005), suhu udara dan kelembaban udara (RH) yang tinggi dapat mempengaruhi kondisi tubuh dan menyebabkan ketidaknyamanan, karena iklim yang panas merupakan beban bagi tubuh. Apabila tubuh harus mengerjakan aktivitas-aktivitas fisik yang berat, kondisi ini dapat memperburuk kesehatan dan stamina tubuh.
4.8 Mengidentifikasi HSI di Luar dan Dalam Ruangan
Kombinasi antara RH dan WBGT dapat digunakan untuk menduga indeks tekanan panas/Heat Stress Index (HSI). Indeks tekanan panas merupakan salah satu parameter untuk menentukan tingkat kenyamanan terhadap manusia, dan resiko yang ditimbulkan. Resiko tekanan panas akan meningkat seiring tingginya suhu udara dan kelembaban udara.
Gambar 12 menunjukkan HSI di luar ruangan pada pagi hari memiliki rentang nilai 22,5-30ºC termasuk dalam kategori nyaman. HSI semakin tinggi pada siang hari dengan rentang antara 25,5-38ºC dan termasuk dalam kategori kurang nyaman. Kemudian HSI menurun pada sore hari dengan rentang 26-37ºC. HSI pada sore dapat dikatakan nyaman jika dalam kisaran 20-29ºC dan tidak nyaman jika dalam kisaran 30-39ºC, seperti yang dijelaskan pada Tabel 2 (Environment Canada).
Gambar 12 HSI pada pagi, siang dan sore hari di luar ruangan (Taman Koleksi IPB Baranangsiang). Tekanan panas (heat stress) adalah keseluruhan beban panas yang diterima tubuh yang merupakan kombinasi dari kerja fisik, faktor lingkungan (suhu udara, tekanan uap air, pergerakan udara, perubahan panas
radiasi) dan faktor pakaian. Dampak dari tekanan panas terhadap kesehatan manusia antara lain dapat menimbulkan dehidrasi, heat rash, heat fatigue, heat cramps, heat exhaustion, heat syncope, dan heat stroke
yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu suhu udara yang tinggi dapat menimbulkan berbagai efek atau dampak bagi kesehatan manusia, baik secara fisik dan psikis seperti: berkeringat dalam jumlah besar selama berjam-jam, kehilangan berat badan setelah satu shift lebih besar dari 1,5% dari berat badan total, ekskresi sodium dalam urin selama 24 jam kurang dari 50 mmol, berkurangnya produktivitas kerja dan cara berpikir (Megasari dan Juniani 2005).
(a)
(b)
Gambar 13 HSI pada pagi, siang dan sore hari di dalam ruangan (Botani-Fisika (a), Bsp01-Bsp02 (b)). HSI di dalam ruangan (Gambar 13) memiliki perbedaan yang tidak terlalu nyata. Pada pagi hari HSI dalam ruangan berada dalam rentang terendah antara 25-30ºC yang termasuk dalam kategori nyaman. Nilai HSI semakin tinggi menjelang siang hari dengan rentang 27-34ºC yang termasuk dalam kategori kurang nyaman, hal ini dapat berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan dan mengurangi produktifitas kerja. HSI menurun pada sore hari dengan rentang nilai 26-31ºC, dapat dikatakan dalam kategori nyaman jika dalam kisaran 20-29ºC dan dikatakan tidak nyaman jika dalam kisaran 30-39ºC.
(28)
Tabel 8 Rata-rata Tdb, Tbg, RH, dan WBGT pada lokasi pengamatan.
Lokasi Rata-rata
Waktu Tdb(ºC) RH (%) Tbg(ºC) WBGT(ºC)
Botani 7.30 25,1 83,3 27,9 24,4
13.30 29,4 72,3 35,1 28,3
17.30 26,9 82,7 30,5 26,3
Fisika 7.30 25,0 84,0 27,7 24,3
13.30 29,3 72,5 35,0 28,2
17.30 26,8 81,3 30,6 26,2
Bsp01 7.30 25,4 84,1 28,3 24,8
13.30 30,5 70,3 37,0 29,4
17.30 27,8 80,2 32,1 27,1
Bsp02 7.30 25,3 84,1 28,2 24,7
13.30 30,4 70,5 36,8 29,3
17.30 27,6 80,0 31,9 26,9
Taman Koleksi 7.30 25,3 80,6 28,9 24,6
13.30 33,0 56,4 42,1 31,0
17.30 27,2 77,9 30,2 26,0
Gambar 14 Rata-rata Tdb, Tbg, WBGT, dan RH pada lokasi pengamatan. Rata-rata Tdb (ºC), Tbg (ºC), RH (%) dan
WBGT di semua lokasi pengamatan mewakili tiga kondisi waktu pagi hari pukul 7.30, siang hari pukul 13.30, dan sore hari pukul 17.30 (Gambar 14). Nilai Tdb, Tbg, dan WBGT terendah pada pagi hari, semakin tinggi pada siang hari dan menurun pada sore hari, namun tetap lebih tinggi dari pagi hari. Sebaliknya untuk RH tertinggi pada pagi hari, semakin rendah pada siang hari dan meninggi lagi pada sore hari. Tbg (ºC) yang berasal dari suhu radiasi matahari memiliki nilai yang lebih
tinggi dari Tdb(ºC), sedangkan WBGT
memiliki nilai lebih rendah dibandingkan Tdb
(ºC) dan Tbg (ºC) karena merupakan
kombinasi dari pengukuran suhu bola basah (Twb), suhu bola kering (Tdb), dan suhu bola hitam (Tbg).
Tabel 8 menunjukkan rata-rata Tdb (ºC) untuk di dalam ruang Botani dan Fisika pada pagi dan sore hari dalam rentang 25-26ºC masih termasuk dalam suhu nikmat kerja, namun Tdb (ºC) pada siang hari dengan kisaran 29ºC termasuk melebihi suhu nikmat kerja, sesuai dengan Guyton (1995) yang
menjelaskan bahwa suhu nikmat kerja bagi orang-orang Indonesia yaitu 24ºC-26ºC. Tdb (ºC) di ruang Bsp01, Bsp02, dan Taman Koleksi pada pagi hari berkisar 25ºC masih termasuk suhu nikmat kerja, sedangkan untuk siang hari dengan kisaran 30-33ºC dan sore hari kisaran 27ºC sudah melebihi suhu nikmat kerja.
Rata-rata RH di semua lokasi pengamatan pada pagi hari sekitar 82-85%, pada siang hari semakin menurun antara 60-75%, dan sore hari sekitar 80-84%. Semakin tinggi dan semakin rendah RH dapat menimbulkan ketidaknyaman bagi manusia. Hal ini seperti yang dijelaskan Handoko (1995), kelembaban yang tinggi merupakan suatu kondisi lingkungan yang tidak nyaman bagi manusia. Kondisi lingkungan dikatakan nyaman pada kelembaban antara 40-75%.
Rata-rata WBGT di semua lokasi pengamatan baik ruang Botani, Fisika, Bsp01, Bsp02, maupun Taman Koleksi pada pagi hari dengan rentang 24,3-24,8ºC, siang hari dengan rentang 28,2-31ºC, dan sore hari antara 26-27,1ºC. Hasil pengamatan di semua
(29)
18
lokasi pengamatan baik di luar maupun di dalam ruangan menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari standar WBGT yang telah ditetapkan di negara beriklim sedang (subtropis). Terlihat bahwa rata-rata Tdb (ºC), Tbg (ºC), RH (%), dan WBGT (ºC) melebihi standar yang diperbolehkan, namun orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29-30ºC dengan kelembaban sekitar 85-95%.
4.9 Mengidentifikasi Kenyamanan Berdasarkan WBGT, Kuisioner Responden, dan THI
Pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfer atau iklim terhadap manusia dinyatakan dengan istilah kenyamanan. Kondisi kenyamanan bagi setiap individu bersifat subyektif dan bervariasi. Perasaan nyaman dapat dirasakan oleh seseorang secara psikologis, fisiologis, dan sosiologis. Kenyamanan fisiologis berkaitan dengan lingkungan alam sekitar, misalnya kondisi
thermal (Idayah 2010). Kenyamanan pada penelitian ini dilihat dari sudut pandang fisiologis yang berkaitan dengan suhu udara, kelembaban udara, dan WBGT.
Hubungan antara persepsi kenyamanan dengan WBGT dan THI ditunjukkan pada Tabel 9. Persepsi kenyamanan diperoleh dari data kuisioner responden pada tanggal 18 Agustus 2011 dan berdasarkan WBGT pada tanggal yang sama. Sebanyak 19 responden di ruang Fisika pada pagi hari menunjukkan 69% yang merasa agak nyaman atau cukup nyaman, 26% nyaman dan 5% tidak nyaman. Ruang Bsp01 pada pagi hari sebanyak 23 responden menunjukkan 44% yang merasa agak nyaman atau cukup nyaman, 43% nyaman dan 13% tidak nyaman, sedangkan pada sore hari di ruang Bsp01 dari 25 responden menunjukkan 44% yang merasa agak nyaman atau cukup nyaman, 8% nyaman dan 48% tidak nyaman. Taman Koleksi pada
sore hari dengan 12 responden semua merasa agak nyaman, sedangkan pada siang hari dengan 14 responden sebanyak 7% tidak nyaman, 7% agak nyaman, dan 86% nyaman. Ruang fisika pada siang hari sebanyak 19 responden merasa tidak nyaman 11%, agak nyaman 42%, dan nyaman 47%. Ruang Bsp02 pada siang hari dari 27 responden sebanyak 63% merasa tidak nyaman, 33% agak nyaman, dan 4% nyaman. Ruang Botani pada siang hari sebanyak 58 responden sebesar 21% merasa tidak nyaman, 45% agak nyaman, dan 29% nyaman (Tabel 10).
Berdasarkan Tabel 9 diketahui kisaran nilai WBGT pagi hari mendekati nilai THI, dan pada siang maupun sore hari nilai WBGT lebih besar dari THI. Nilai WBGT pagi hari di ruang Fisika (24°C) dan Bsp01 (24,4°C), untuk siang hari di ruang Botani (29,6°C), Fisika (28,2°C), Bsp02 (29,4°C) dan Taman Koleksi (32,7°C), sedangkan pada sore hari di ruang Bsp01 (26,2°C) dan Taman Koleksi (26,5°C).
Ketika nilai WBGT dan THI pada kisaran rendah, yaitu pada pagi dan sore hari mayoritas responden merasa nyaman maupun cukup nyaman, begitu sebaliknya mayoritas responden merasa tidak nyaman saat nilai WBGT dan THI tinggi pada siang hari. Baik nilai WBGT maupun THI terendah pada pagi hari, kemudian terjadi peningkatan pada siang hari dan menurun pada sore hari, namun tetap lebih tinggi dibandingkan pagi hari.
Hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar responden melakukan aktivitas di dalam ruangan dengan menggunakan pakain formal. Karyono (2001), menjelaskan bahwa besarnya metabolisme tubuh responden diperkirakan untuk aktivitas di dalam ruangan ditentukan sekitar 1 hingga 1,1 met (1 met
setara dengan 58,2 W/m2). Sementara
besarnya insulasi pakaian juga diperkirakan rata-rata berkisar 0,6 clo untuk pakaian tropis (1 clo setara dengan 0,155 m²K/W).
Tabel 9 Persentasi persepsi kenyamanan berdasarkan WBGT, kuisioner, dan THI.
Waktu Lokasi Jumlah
responden WBGT(ºC) %tn %an %n THI (ºC)
07.30 Fisika 19 24 5 69 26 23,9
07.30 Bsp01 23 24,4 13 44 43 24,2
17.30 Bsp01 25 26,2 48 44 8 26,2
15.00 Taman Koleksi 12 26,5 0 100 0 24,7
13.30 Fisika 19 28,2 11 42 47 27,6
13.30 Bsp02 27 29,4 63 33 4 28,7
13.30 Botani 58 29,6 21 45 34 28,8
13.30 Taman Koleksi 14 32,7 7 7 86 31,5
(30)
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Suhu bola hitam (Tbg) dapat diduga dari suhu udara yang diwakili oleh suhu bola kering (Tdb), kelembaban udara (RH), dan radiasi matahari (Q). Tbg (ºC) dapat lebih sederhana menggambarkan total energi kinetik panas yang ada di udara lingkungan daripada kombinasi Tdb (ºC), RH (%), dan Q (W/m²). Suhu udara, kelembaban udara, dan radiasi matahari menjelaskan sebesar 98,84% keragaman data Tbg dalam persamaan
Tbg = 1,22Tdb−0,0405RH + 0,0253Q, dan tanpa peubah radiasi matahari sebesar 98,65%
dalam persamaan Tbg = 1,44Tdb−
0,0984RH. Jika memungkinkan Tbg lebih baik diukur secara langsung untuk mendapatkan nilai WBGT.
Hasil penelitian di kampus IPB Baranangsiang Bogor memperlihatkan nilai WBGT yang lebih tinggi dari standar WBGT di negara beriklim sedang (subtropis). Rata-rata WBGT di semua lokasi pengamatan baik ruang Botani, Fisika, Bsp01, Bsp02, maupun Taman Koleksi pada pagi hari berada pada rentang 24,3-24,8ºC, siang hari 28,2-31ºC, dan sore hari antara 26-27,1ºC. Hasil kuisioner responden di ruang Fisika, Bsp02, Botani, dan Taman Koleksi pada siang hari menunjukkan persentasi tertinggi pada persepsi agak nyaman meskipun nilai WBGT >28ºC yang beresiko menyebabkan tekanan panas, begitu juga dengan THI dengan kisaran >26ºC yang termasuk kategori tidak nyaman. Persepsi psikologis responden bersifat subyektif selama di lokasi pengamatan, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda pada kondisi WBGT maupun THI yang sama.
5.2 Saran
Kajian terhadap kenyamanan thermal
sudah waktunya mendapat perhatian di Indonesia. Hal ini tidak saja berguna bagi optimasi aktivitas manusia, namun juga bagi kepentingan penghematan energi dalam ruangan. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan kusioner yang lebih bervariasi pada berbagai kondisi kenyamanan. Perlu pengamatan dalam jangka waktu yang lebih panjang (satu tahun) agar mendapatkan data dalam musim hujan dan kemarau. Sebaiknya menggunakan data dari stasiun cuaca dalam kurun waktu minimal satu tahun, agar
persamaan Tbg yang dihasilkan dapat
mewakili kondisi yang sebenarnya. Jika
WBGT menunjukkan dominasi kategori resiko tekanan panas sangat tinggi maka untuk aktivitas di luar ruangan sebaiknya ditunda, dijadwal ulang atau dipindah ke tempat lain hingga keadaan memungkinkan dan aman. Untuk WBGT yang tinggi di dalam ruangan diperlukan pengkondisian ruangan sehingga menjadi lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Binkley HM, Beckett J, Casa DJ, Kleiner DM,
dan Plummer PE. 2002. National
Athletic Trainers Association Position Statement: Exertional Heat Illnesses.
Journal of Athletic Training, 37(3): 329-343.
Departemen Militer USA. 1980. Prevention, Treatment and Control of Heat Injury. TB MED 507: 1-21.
Eddy F. 2004.Pengaruh Pengkondisian
Udara, Pencahayaan, dan Pengendalian Kebisingan Pada Perancangan Ruang Dan Bangunan. Arsitektur Teknik Sipil, FT USU. http://repository.usu.ac.id diakses tanggal 18/07/2011.
Environment Canada. http://www.wul.qc.ec.gc.diakses
tanggal 01/10/2012.
Erwin D. 2004. WBGT As the Threshold Limit Value of Heat Stress in The Work Place. Bagian Keselamatan Kerja. Surabaya: FKM, UNAIR.
Gaspar AR dan Quintela DA. 2009. Physical modelling of globe and natural wet bulb temperatures to predict WBGT heat stress index in outdoor environments. Int J Biometeorol, 53: 221-230.
Guyton AC. 2005. Fisiologi Manusia dan
Mekanisme penyakit. Jakarta: EGC. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Bogor:
Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA, IPB.
Hardy JP, Melloh R, Koenig G, Marks D, Winstral A, Pomeroy JW, dan Link T. 2004. Solar Radiation Transmission Through Conifer Canopies. Jurnal of Agricultural and Forest Meteorology,
126: 257-270.www.elsevier.comdiakses tanggal 01/10/2012.
Heat Stress Index. http://www.bom.gov.au diakses tanggal 12/02/2012.
(31)
20
Idayah TI. 2010. Variasi Suhu dan
Kelembaban Udara di Taman Suropati dan Sekitarnya [skripsi]. Depok: Geografi FMIPA, UI.
Karyono TH. 2001. Penelitian Kenyamanan Termis di Jakarta sebagai Acuan Suhu Nyaman Manusia Indonesia. Jurnal Teknik Arsitektur, 29 (1): 24-33. Lakitan B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mangunwijaya Y B. 1997. Pengantar Fisika
Bangunan. Jakarta: Djambatan.
Huber M. 2010. An Adaptability Limit to Climate Change Due to Heat Stress.
Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS). http://www.pnas. org diakses tanggal 08/06/2012. Megasari A dan Juniani AI. Penerapan Indeks
Suhu Bola Basah (ISBB) Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Heat Strain Akibat Paparan Stres Panas (Tinjauan Kesesuaian Adopsi Standar American Conference of Governmental Industrial Higienists/ACGH). Seminar Nasional Teknologi Lingkungan Surabaya, 27 September 2005.
Mochida T, Kuwabara K, dan Sakoi T. 2007.
Derivation and analysis of the indoor Wet Bulb Globe Temperature index (WBGT) with a human thermal engineering approach-Part 1. Properties of the WBGT formula for indoor conditions with no solar
radiation.Proceedings of Clima 2007 WellBeing Indoors. Japan: 1-8.
Nieuwolt S. 1997. Tropical Climatology. New York: John Willey and Sons, Inc. Pemerintah Kota Bogor. 2010. Kota Bogor.
http://www.kotabogor.go.id/ diakses tanggal 18/07/2011.
Peta Kampus IPB Baranangsiang Bogor.
https://maps.google.com diakses
tanggal 08/06/2012.
Pinty B, Verstraete MM, dan Govaerts. 1997. A Semidiscrete model for the scattering of Light by Vegetation.
Jounal of Geophysical Research, 102 (D8) : 9431-9446.
Putra,DT.2011.Hubungan Antara Kebisingan, Iklim Kerja dan SikapTubuh Saat Bekerja terhadapKelelahan Kerja Pada Pekerja diIndustri Meubel Sinar HarapanKarang Paci Samarinda. http://www.scribd.comdiakses tanggal 12/01/2013.
Saridewi M. 2002. Pengaruh Iklim Kerja
Terhadap Tekanan Darah Tenaga Kerja (Studi kasus pada Stasiun Ketel dan Stasiun Diffuser Pabrik Gula Kedawung Pasuruan)[skripsi]. Surabaya: FKM, UNAIR.
Tjasyono B. 2004. Klimatologi Edisi ke-2. Bandung: Penerbit ITB.
Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) meter.www.istcorp.com diakses tanggal 07/01/2013.
(32)
(33)
22
Lampiran 1 Persentasi persepsi kenyamanan berdasarkan aktivitas responden dan kategori WBGT.
Tanggal Waktu Ruang WBGT Aktivitas Jumlah orang %orang
Persepsi Kenyamanan
%stn %tn %an %n %sn
18-Agust 13.30 Botani 29,6 makan 2 3 0 0 50 50 0
Jalan 23 44 4 13 52 30 0
Belajar 18 29 11 22 28 39 0
duduk 15 24 0 13 53 33 0
18-Agust 7.30 Fisika 24 makan 1 5 0 0 0 100 0
Jalan 13 68 0 8 69 23 0
Belajar 2 11 0 0 100 0 0
duduk 3 16 0 0 67 33 0
18-Agust 13.30 Fisika 28,2 makan 1 5 0 0 100 0 0
jalan 12 63 0 17 33 50 0
belajar 4 21 0 0 50 50 0
duduk 2 11 0 0 50 50 0
18-Agust 7.30 Bsp01 24,4 makan 0 0 0 0 0 0 0
jalan 8 35 0 13 38 38 13
belajar 3 13 0 0 33 67 0
duduk 12 52 0 17 50 25 8
18-Agust 17.30 Bsp01 26,2 makan 5 20 40 20 40 0 0
jalan 4 16 50 25 25 0 0
belajar 13 52 0 38 54 0 0
duduk 3 12 33 0 0 67 0
18-Agust 13.30 Bsp02 29,4 makan 1 4 100 0 0 0 0
jalan 14 52 14 36 50 0 0
belajar 5 19 40 60 0 0 0
duduk 7 26 14 43 29 14 0
18-Agust 15.00 Taman Koleksi 26,5 makan 0 0 0 0 0 0 0
jalan 3 25 0 0 0 100 0
belajar 9 75 0 0 0 89 11
duduk 0 0 0 0 0 0 0
18-Agust 13.30 Taman Koleksi 32,7 makan 0 0 0 0 0 0 0
jalan 4 29 0 0 0 100 0
belajar 2 14 0 50 50 0 0
duduk 8 57 0 0 0 75 25
Keterangan:
stn = sangat tidak nyaman tn = tidak nyaman
an = agak nyaman n = nyaman
(1)
Lampiran 1 Persentasi persepsi kenyamanan berdasarkan aktivitas responden dan kategori WBGT.
Tanggal Waktu Ruang WBGT Aktivitas Jumlah orang %orang
Persepsi Kenyamanan %stn %tn %an %n %sn 18-Agust 13.30 Botani 29,6 makan 2 3 0 0 50 50 0
Jalan 23 44 4 13 52 30 0 Belajar 18 29 11 22 28 39 0 duduk 15 24 0 13 53 33 0 18-Agust 7.30 Fisika 24 makan 1 5 0 0 0 100 0
Jalan 13 68 0 8 69 23 0
Belajar 2 11 0 0 100 0 0
duduk 3 16 0 0 67 33 0
18-Agust 13.30 Fisika 28,2 makan 1 5 0 0 100 0 0 jalan 12 63 0 17 33 50 0
belajar 4 21 0 0 50 50 0
duduk 2 11 0 0 50 50 0
18-Agust 7.30 Bsp01 24,4 makan 0 0 0 0 0 0 0 jalan 8 35 0 13 38 38 13
belajar 3 13 0 0 33 67 0
duduk 12 52 0 17 50 25 8 18-Agust 17.30 Bsp01 26,2 makan 5 20 40 20 40 0 0
jalan 4 16 50 25 25 0 0
belajar 13 52 0 38 54 0 0
duduk 3 12 33 0 0 67 0
18-Agust 13.30 Bsp02 29,4 makan 1 4 100 0 0 0 0 jalan 14 52 14 36 50 0 0
belajar 5 19 40 60 0 0 0
duduk 7 26 14 43 29 14 0 18-Agust 15.00 Taman Koleksi 26,5 makan 0 0 0 0 0 0 0
jalan 3 25 0 0 0 100 0
belajar 9 75 0 0 0 89 11
duduk 0 0 0 0 0 0 0
18-Agust 13.30 Taman Koleksi 32,7 makan 0 0 0 0 0 0 0
jalan 4 29 0 0 0 100 0
belajar 2 14 0 50 50 0 0
duduk 8 57 0 0 0 75 25
Keterangan:
stn = sangat tidak nyaman tn = tidak nyaman
an = agak nyaman n = nyaman
(2)
Lampiran 2 WBGT di ruang Botani, Fisika, Bsp01, Bsp02, dan Taman Koleksi IPB Baranangsiang.
Tanggal
07.00-07.30 13.00-13.30 17.00-17.30
Botani Fisika Bsp01 Bsp02 Taman
Koleksi Botani Fisika Bsp01 Bsp02
Taman
Koleksi Botani Fisika Bsp01 Bsp02
Taman Koleksi
06-Agust 23,0 23,4 23,5 23,4 22,9 27,6 27,0 28,5 28,9 30,7 26,4 26,4 27,8 27,8 26,8
07-Agust 23,2 23,4 23,5 23,3 23,5 27,2 26,8 28,4 28,4 30,5 26,4 26,4 27,6 27,6 26,1
08-Agust 23,4 23,4 23,4 23,2 23,5 26,8 26,7 28,3 27,9 28,9 26,4 26,3 27,4 27,4 26,7
09-Agust 23,9 23,5 24,1 23,9 23,7 26,3 26,0 27,7 27,5 29,6 26,1 25,8 26,5 26,2 25,4
10-Agust 22,2 22,1 23,2 22,7 23,4 26,7 26,3 28,9 28,4 30,8 25,9 25,7 26,6 26,4 26,1
11-Agust 23,7 23,3 24,5 24,6 23,8 25,8 25,6 27,1 26,8 29,2 25,0 24,8 27,1 26,5 26,0
12-Agust 23,5 23,5 25,0 24,6 24,3 26,1 25,7 27,7 27,3 26,2 25,5 25,6 26,9 26,6 26,0
13-Agust 24,1 23,8 24,9 25,2 25,2 27,1 27,0 29,1 27,6 30,7 26,3 26,8 28,1 27,7 26,1
14-Agust 24,8 24,7 26,0 25,3 26,7 26,9 26,6 28,8 28,3 32,0 25,1 25,0 26,5 26,3 26,0
15-Agust 24,9 23,6 25,1 24,5 23,0 29,9 29,2 31,6 31,4 31,6 26,8 26,8 25,3 25,2 26,6
16-Agust 24,0 23,5 23,4 23,1 23,8 29,4 29,5 30,6 31,4 34,7 26,5 26,4 26,3 26,6 26,1
17-Agust 23,1 23,6 24,7 24,1 26,3 27,4 27,1 29,0 27,6 29,6 26,1 25,8 27,2 26,9 26,4
18-Agust 24,0 24,0 24,4 24,4 25,1 29,6 28,2 29,3 29,4 32,7 26,6 26,7 26,2 26,6 26,5
19-Agust 25,4 25,1 25,4 25,4 25,1 28,3 27,9 28,1 28,5 29,4 25,7 24,6 26,6 26,7 25,5
20-Agust 23,8 23,5 24,1 24,3 22,3 25,7 25,7 26,2 26,0 26,9 26,6 26,3 27,2 26,7 25,6
21-Agust 24,1 23,9 25,1 24,9 21,2 28,9 29,1 30,6 30,6 33,3 25,7 25,5 26,8 26,6 27,5
22-Agust 23,6 23,7 24,7 24,8 23,8 28,1 28,5 29,8 29,8 30,0 26,3 26,3 26,7 26,9 26,1
23-Agust 23,1 23,6 24,2 24,7 21,6 27,3 27,8 29,0 29,0 28,5 27,3 27,1 26,6 27,2 26,7
24-Agust 24,2 24,2 23,0 22,8 23,9 30,2 29,3 29,9 29,9 31,3 26,7 25,9 26,2 26,4 26,1
25-Agust 24,1 24,4 25,5 25,0 25,7 29,4 28,4 29,3 29,5 33,0 25,2 25,2 26,4 26,4 26,9
26-Agust 24,9 24,1 25,8 25,8 25,2 30,0 29,5 30,1 29,8 32,6 26,4 26,0 25,5 25,0 26,3
27-Agust 25,2 25,2 25,6 25,7 25,3 27,7 28,0 28,9 29,0 28,3 25,7 25,6 26,7 26,3 25,4
28-Agust 23,4 23,0 24,8 24,8 20,6 27,4 26,9 29,3 29,0 27,7 25,3 25,1 28,6 28,2 26,2
29-Agust 24,2 24,0 25,4 24,9 21,7 27,6 27,6 29,1 29,0 28,9 27,1 27,5 29,6 29,4 25,6
30-Agust 24,6 24,3 25,6 25,6 23,7 27,2 26,9 29,2 28,9 32,4 25,9 25,7 26,4 25,8 24,8
31-Agust 24,3 24,2 24,9 25,1 22,8 27,6 27,5 30,1 29,9 31,0 27,3 27,5 28,2 27,7 27,6
(3)
01-Sep 24,9 24,7 25,4 25,1 23,4 27,6 27,2 28,9 28,9 29,5 25,1 24,9 26,2 26,1 23,7
02-Sep 24,2 25,1 25,1 24,9 22,9 27,2 27,1 28,7 28,3 31,5 25,9 25,7 27,2 27,0 25,8
03-Sep 24,1 23,6 24,3 24,4 22,6 27,0 26,9 28,1 28,2 27,8 26,0 25,8 26,8 26,5 24,6
04-Sep 24,1 23,2 25,4 25,1 22,1 28,2 27,8 29,1 28,9 28,4 26,3 26,1 27,7 27,6 25,3
05-Sep 24,7 24,7 25,5 25,3 26,5 28,8 28,5 30,3 29,9 30,5 27,5 27,3 28,9 28,7 27,8
06-Sep 24,9 25,3 27,6 27,8 27,0 29,1 28,5 30,6 30,7 31,3 27,7 27,7 28,2 28,1 28,0
07-Sep 24,8 25,0 25,9 25,7 26,0 29,0 29,0 29,7 29,9 31,3 26,2 26,4 25,9 25,7 26,6
08-Sep 25,6 25,3 26,8 26,5 26,2 27,6 27,5 29,1 29,4 33,9 26,4 26,2 28,7 28,6 26,6
09-Sep 24,6 24,7 25,8 25,4 25,9 28,1 30,6 29,5 30,2 32,8 27,1 27,0 28,5 28,0 26,9
10-Sep 24,1 24,1 24,5 24,4 22,4 26,5 25,9 28,4 27,8 33,1 26,3 25,9 27,4 26,9 25,2
11-Sep 24,5 24,6 24,6 24,8 25,4 28,9 28,6 31,2 30,2 32,2 26,4 26,3 27,2 26,7 25,7
12-Sep 23,6 23,5 24,2 24,1 22,0 27,1 26,9 28,6 28,4 31,9 27,5 27,5 28,2 28,3 25,7
13-Sep 23,9 23,7 24,2 24,3 22,8 28,5 28,4 28,9 28,6 31,1 28,0 27,8 28,3 28,2 26,4
14-Sep 24,8 24,6 25,0 25,0 24,8 30,2 30,0 31,2 31,0 33,2 27,8 28,1 29,9 28,8 28,2
15-Sep 24,6 24,8 24,7 24,9 25,4 27,9 27,9 30,3 30,2 34,0 24,2 23,8 25,5 25,2 23,8
16-Sep 24,5 24,7 24,8 25,0 25,2 28,3 28,5 30,3 30,3 34,1 27,9 27,8 29,1 28,4 27,8
17-Sep 24,7 24,8 25,2 24,9 24,8 27,0 28,3 29,1 29,5 30,3 25,9 26,0 27,4 27,1 25,0
18-Sep 23,8 23,9 24,2 24,4 24,2 28,0 27,9 28,3 28,0 28,6 24,6 25,7 25,6 25,4 23,7
19-Sep 23,6 23,9 24,3 24,2 21,6 28,5 28,3 29,6 29,4 34,3 25,0 24,8 25,6 25,8 31,2
20-Sep 24,0 23,7 24,4 24,4 22,0 28,7 28,9 27,9 27,2 32,6 25,6 25,9 27,4 27,7 24,8
21-Sep 24,5 24,3 24,6 24,3 25,0 28,7 28,4 29,4 29,5 31,5 25,6 24,8 27,0 26,3 24,1
22-Sep 24,5 24,4 24,7 24,3 25,4 28,5 28,3 29,8 30,3 30,7 27,3 27,2 28,2 27,8 26,7
23-Sep 24,4 24,4 24,7 24,5 25,6 28,7 28,9 29,3 29,0 33,8 27,1 27,1 27,7 27,7 27,1
24-Sep 24,6 24,2 24,2 24,0 25,5 28,7 28,4 30,4 30,0 30,8 25,7 24,6 26,9 26,4 26,8
25-Sep 22,7 22,1 23,0 22,9 21,7 29,4 29,4 30,8 30,4 29,0 24,0 23,8 27,6 27,3 26,2
26-Sep 23,6 23,3 23,7 23,6 24,4 30,1 30,4 31,1 30,8 30,7 27,6 27,2 28,4 27,4 26,3
27-Sep 24,5 24,4 24,5 24,3 24,8 29,7 29,9 31,2 30,7 35,0 28,2 28,1 28,9 28,8 27,1
28-Sep 24,4 24,3 24,5 24,4 24,6 29,1 28,9 30,1 30,2 30,5 25,8 26,2 26,2 26,1 25,2
29-Sep 24,1 23,9 23,7 23,6 25,4 28,0 27,8 27,6 28,5 33,4 27,3 27,1 28,0 27,9 26,0
30-Sep 24,7 25,0 25,4 25,2 24,9 28,7 29,8 30,5 30,2 33,8 27,7 28,0 28,2 28,0 27,4
(4)
02-Okt 23,5 23,4 24,0 24,0 22,5 28,0 27,7 28,1 28,2 28,2 26,4 26,2 27,1 27,0 25,4
03-Okt 23,9 24,3 24,2 24,4 24,5 28,4 28,2 29,3 28,9 27,2 26,4 26,3 26,7 26,4 26,0
04-Okt 23,9 23,9 24,8 24,6 24,7 29,0 29,2 29,9 29,7 34,6 26,3 26,2 26,8 26,8 26,2
05-Okt 23,9 23,7 23,9 23,7 23,9 27,5 27,7 30,2 30,0 30,8 26,3 26,4 26,9 26,6 25,3
06-Okt 23,9 23,7 23,9 24,1 24,8 27,4 27,4 27,4 27,6 28,3 26,2 25,8 26,1 26,4 25,0
07-Okt 24,3 23,9 23,8 24,0 25,1 28,4 28,2 30,2 30,4 33,9 25,7 25,4 26,1 25,8 25,8
08-Okt 22,9 22,8 23,3 23,6 21,8 27,4 27,6 27,0 26,8 29,7 25,9 25,9 26,4 26,0 25,1
09-Okt 24,1 23,9 24,6 24,7 22,4 29,1 29,0 30,0 29,8 29,4 26,0 25,6 26,6 26,5 25,0
10-Okt 24,7 24,7 25,2 25,0 26,5 28,6 28,4 29,1 29,4 32,7 27,3 27,2 27,6 27,7 26,6
11-Okt 24,8 24,6 25,1 24,8 25,9 30,2 30,2 30,9 30,8 31,4 26,7 26,7 27,7 27,8 24,7
12-Okt 24,7 24,8 25,3 25,2 26,0 28,9 28,7 30,1 30,1 31,3 26,1 26,2 27,7 27,8 26,2
13-Okt 24,6 24,6 24,9 24,6 26,0 28,5 28,4 29,6 29,6 30,5 26,4 26,4 27,6 27,4 26,7
14-Okt 25,0 24,9 25,0 25,2 27,0 28,1 28,4 29,2 29,1 32,3 27,9 27,7 29,0 29,3 27,6
15-Okt 25,2 25,1 25,5 25,3 26,9 29,9 30,1 31,3 31,2 34,0 27,8 27,4 28,6 28,0 27,0
16-Okt 26,6 26,6 26,5 26,4 26,6 29,1 29,1 29,4 29,7 33,0 27,4 27,3 27,9 27,6 26,4
17-Okt 26,6 26,6 27,0 27,0 27,5 28,9 29,5 31,7 31,6 30,6 24,5 24,1 25,2 25,4 25,1
18-Okt 25,2 25,2 25,6 25,2 26,9 30,3 30,3 30,8 31,1 33,8 25,7 25,6 25,9 25,8 27,5
19-Okt 26,7 26,8 27,2 26,9 27,0 30,7 30,4 31,4 31,2 34,4 26,3 26,3 29,2 29,0 25,9
20-Okt 25,0 24,8 25,3 25,0 25,9 28,3 28,1 29,7 29,5 31,0 27,4 27,6 27,8 27,1 26,3
21-Okt 25,1 25,0 24,6 24,8 25,4 29,5 29,2 30,9 30,8 32,9 24,5 24,2 25,3 25,2 24,2
22-Okt 25,4 25,4 25,4 25,2 27,0 27,0 26,7 28,0 27,7 25,2 25,1 25,0 25,8 25,5 25,3
23-Okt 25,2 25,1 25,2 25,1 26,2 27,4 27,3 28,0 28,0 29,4 24,9 25,0 25,2 25,4 23,0
24-Okt 24,9 24,8 25,1 25,1 25,4 29,8 29,5 30,3 30,2 33,3 25,8 25,7 25,3 25,3 26,4
25-Okt 25,1 25,1 25,2 25,0 25,6 30,1 30,0 31,0 30,7 30,9 25,7 25,7 25,2 25,2 23,7
26-Okt 24,3 24,3 24,9 24,8 25,0 28,5 28,6 29,0 28,5 30,6 24,8 24,5 25,1 24,3 23,2
27-Okt 25,9 26,1 25,5 25,5 27,0 28,7 28,7 29,1 29,0 30,3 26,4 26,6 25,9 25,9 28,0
28-Okt 25,4 25,4 25,3 25,4 25,8 26,9 26,6 26,5 26,3 27,3 25,9 25,8 25,3 25,2 26,0
29-Okt 24,8 24,8 24,9 24,8 25,4 27,5 27,3 28,2 28,0 28,3 26,7 26,7 27,3 27,6 27,7
30-Okt 25,6 25,6 26,4 26,2 24,2 28,1 27,9 29,9 29,6 28,3 26,1 26,0 27,0 27,2 23,8
31-Okt 22,7 22,6 23,9 23,9 25,3 27,8 28,0 29,6 29,5 29,5 25,6 25,3 26,6 26,8 25,7
(5)
Lampiran 3 Kuisioner persepsi kenyamanan responden.
Tanggal/waktu:
Kepada Responden yang Terhormat,
Kuisioner ini dalam rangka penelitian tugas akhir mahasiswa Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kesediaan anda meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan yang anda alami baik sebelum maupun selama berada di area ini.
Terima kasih atas bantuan dan kesediaan anda membantu penelitian ini.
Karekteristik responden(lingkari/silanglah jawabansesuai yang anda alami)
Nama :
Alamat :
Jenis kelamin : L / P
Usia : a. ≤ 12 tahun d. 25-35 tahun
b. 13-17 tahun e. 35-45 tahun c. 18-25 tahun f. >45 tahun Pekerjaan : a. Pelajar / Mahasiswa
b. Pekerja
1. Sudah berapa lama anda berada di area ini:
a. <1 jam b. 1 jam c. 1 - 2 jam d. > 2 jam
2. Aktivitas apa yang anda lakukan sebelum berada di area ini?
a. makan c. jalan e. belajar
b. berlari d. olahraga f. duduk
3. Pakaian apa yang anda gunakan saat berada di area ini (jenis pakaian: kemeja, celana/rok bahan, jeans, kaos, sweater, jacket)?
Jawab: ... 4. Bagaimana kondisi kesehatan anda sebelum berada di area ini?
a. sehat b. tidak sehat, alasan ...
5. Apa yang sering anda rasakan sewaktu berada di area ini?
a. panas b. sedang/biasa saja c. dingin
6. Apa pendapat anda mengenai kenyamanan di area ini?
a. sangat tidak nyaman c. agak nyaman e. sangat nyaman
(6)
Lampiran 4 Taman Koleksi dan stasiun cuaca kampus IPB Baranangsiang.
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Lampiran 5 Alat pengukur suhu udara/termokopel (a) dan radiasi matahari/solarimeter (b).
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Lampiran 6 Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) meter.