Latar Tema Kajian Struktural Novel

Ketiga tingkatan ini merujuk pada fungsi, tokoh, dan sudut pandang saling terikat satu sama lain dengan mode interogasi progresif : sebuah fungsi tidak memiliki makna jika tidak ada aktan yang ambil bagian dalam aksi keseluruhan, dan aksi ini sendiri menjadi bermakna karena diceritakan, dipercayakan kepada wacana yang memiliki kodenya sendiri. Dari kutipan di atas dapat dipelajari bahwa fungsi dalam cerita alur berkaitan erat dengan aktan tokoh cerita. Tokoh-tokoh cerita, khususnya tokoh utama adalah pembawa dan pelaku cerita, dan penderita peristiwa yang diceritakan. Dengan demikian, tokoh-tokoh cerita inilah yang bertugas untuk menyampaikan cerita yang mengusung tema tertentu yang dimaksudkan oleh pengarang. Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi tempat tokoh melakukan atau dikenai suatu kejadian. Latar bersifat memberikan aturan atau permainan terhadap tokoh. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berpikir tokoh, dan karenanya akan mempengaruhi pemilihan tema. Atau sebaliknya, tema yang sudah dipilih akan menuntut pemilihan latar yang sesuai dan mampu mendukung. Tema bersifat memberi koherensi dan makna terhadap unsur pembangun yang lain. Alur merupakan penyajian secara linear tentang berbagai hal yang berhubungan dengan tokoh, maka pemahaman kita terhadap cerita ditentukan oleh alur. Oleh karena itu, penafsiran terhadap tema pun akan banyak memerlukan informasi dari alur.

D. Kajian Semiotik

Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani sèmeion yang berarti “tanda”. Semiotik adalah ilmu atau teori yang mengkaji tentang tanda-tanda Deledalle, 1978 : 120. Jadi, teori semiotik adalah suatu teori yang yang digunakan untuk mengkaji karya sastra sebagai sistem tanda yang memiliki makna. Konsep tanda menurut Pierce bersisi tiga, sebagai triadik. Model triadik Peirce Deledalle, 1978 : 138 memperlihatkan tiga elemen utama pembentuk tanda, yaitu representamen sesuatu yang mereprestasikan sesuatu yang lain, objek sesuatu yang direpresentasikan dan interpretan interpretasi seseorang tentang tanda. Seperti terlihat pada skema berikut ini : Objek Konsep makna Representamen Interpretan kata leksem relasi tak langsung yang dirujukbenda Gambar 2.2 Hubungan antara Representamen, Objek, dan Interpretan. Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan bahwa dalam kajian semiotik, Pierce 1839-1914 menawarkan sistem tanda yang harus diungkap, tanda itu sendiri, hal yang ditandai, dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin penerima tanda. Antara tanda dan yang ditandai ada kaitan representasi menghadirkan. Kedua tanda ini akan melahirkan interpretasi di benak penerima. Hasil interpretasi ini merupakan tanda baru yang diciptakan oleh penerima pesan. Peirce menyatakan bahwa ada jenis tanda berdasarkan hubungan antara tanda dengan yang ditandakan, yaitu ikon, indeks, dan simbol.

1. Ikon

Mengutip Pierce Deledalle, 1978: 140, dalam bukunya berjudul Écrits sur le Signe, Pierce mendefinisikan ikon l’icône sebagai berikut : Une icône est un signe qui renvoie à l’objet qu’il dénote simplement en vertu des caractères qu’il possède, que cet objet existe réellement ou non. Ikon adalah suatu tanda yang mengacu pada objek yang ditandai dengan karakter yang dimiliki, bahwa objek tersebut benar-benar ada atau tidak. Pengertian lain, mendefinisikan ikon sebagai tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan pertandanya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ikon merupakan hubungan tanda dan acuannya yang mempunyai kemiripan dan sifat yang sama dengan objek yang ditunjuk. Peirce Deledalle, 1978: 149 kemudian membagi ikon menjadi 3 jenis yaitu : a. L’icône image Pengertian ikon diagramatik Deledalle, 1978: 149 dapat dilihat pada kutipan berikut: Celles qui font partie des simples qualités ou premières priméités. Mereka mengacu pada jenis-jenis ikon yang merupakan bagian dari kemiripan-kemiripan yang sederhana atau kemiripan yang pertama.