30
BAB IV KAJIAN STRUKTURAL-SEMIOTIK
NOVEL L’ENFANT NOIR KARYA CAMARA LAYE
Bab IV merupakan kajian unsur-unsur intrinsik novel L’Enfant Noir karya
Camara Laye yang meliputi alur, penokohan, latar, dan tema, serta keterkaitan antarunsur intrinsik novel tersebut. Setelah pengkajian terhadap unsur intrinsik
dilakukan, guna mengungkapkan makna penceritaan secara lebih dalam maka dilakukan pengkajian terhadap tanda-tanda yang berupa ikon, indeks, dan simbol.
Berikut adalah hasil penelitian serta pembahasan mengenai unsur-unsur intrinsik, keterkaitan antarunsur intrinsik, serta wujud hubungan antara tanda serta makna
yang terkandung di dalam novel.
A. Unsur-unsur Intrinsik dalam Novel
1. Alur
Langkah awal yang perlu dilakukan untuk memahami suatu cerita adalah mengetahui alur sebuah cerita. Dalam menentukan sebuah alur cerita, terlebih
dahulu dapat dilakukan dengan menyusun peristiwa-peristiwa yang merangkai sebuah cerita tersebut sekuen. Dari peristiwa-peristiwa yang telah ditentukan
tersebut, kemudian dipilih peristiwa-peristiwa yang memiliki hubungan erat satu sama lain, yang kehadirannya apabila dihilangkan akan mempengaruhi kelogisan
dari cerita tersebut. Peristiwa sekuen yang demikian disebut dengan fungsi utama FU. Penentuan fungsi utama ini dilakukan guna memperoleh kerangka
cerita.
Dalam novel L’enfant Noir
diklasifikasikan ke dalam 33 sekuen terlampir dan 23 fungsi utama. Adapun fungsi utama dalam novel
L’Enfant
Noir
adalah sebagai berikut: 1.
Keingintahuan Aku tentang arti ular setelah melihat ular yang mendatangi Ayahnya.
2. Pertanyaan Aku kepada Ayah tentang arti ular yang mendatanginya.
3. Penjelasan Ayah tentang ular sebagai totemnya dan tentang peran Aku
sebagai anak pertama yang akan mewarisi posisinya. 4.
Kegelisahan yang terjadi dalam benak pikiran Aku antara menjadi pewaris totem dan bengkel Ayahnya atau melanjutkan sekolah, sesuatu yang
disukainya. 5.
Keputusan Aku untuk melanjutkan sekolah daripada menjadi pewaris totem dan bengkel Ayahnya.
6. Rutinitas yang dijalani Aku yaitu pergi ke sekolah Al-Quran dan sekolah
formal. 7.
Kekerasan yang dilakukan oleh para senior terhadap Aku, berupa pemukulan dan merampas bekal makanan.
8. Kekecewaan Aku terhadap sistem pendidikan dan pengajaran di
sekolahnya. 9.
Keinginan Aku untuk keluar sekolah setelah kekerasan dan kekecewaan yang dialaminya.
10. Kedatangan Ayah ke sekolah untuk menyelesaikan masalah yang dialami
Aku. 11.
Penyelesaian masalah dilakukan oleh ayah dan kepala sekolah sehingga Aku terus melanjutkan sekolah sampai lulus.
12. Kepergian Aku ke Conakry untuk melanjutkan sekolah teknik di Georges
Poiret setelah lulus SD dan SMP. 13.
Kesulitan Aku beradaptasi dengan lingkungan di Conakry dan kekecewaan Aku terhadap materi yang diajarkan di sekolahnya pada semester pertama.
14. Keinginan Aku untuk pindah ke sekolah yang dianggapnya lebih bagus.
15. Bujukan dan nasihat Paman Mamadou kepada Aku untuk bersabar dan
tetap bersekolah di sekolah tersebut. 16.
Kepuasan Aku terhadap sekolahnya setelah semester berikutnya, dibuktikan dengan prestasinya yang bagus.
17. Tawaran beasiswa ke Prancis oleh kepala sekolah kepada Aku.
18. Penerimaan tawaran beasiswa oleh Aku tanpa bertanya kepada orang tua
terlebih dahulu. 19.
Dukungan dari Paman Mamadou atas keputusan yang diambil oleh Aku. 20.
Reaksi ketidaksetujuan Ibu atas beasiswa tersebut karena tidak ingin jauh dari anaknya.
21. Bujukan Ayah kepada Ibu untuk merestui Aku melanjutkan sekolah di
Prancis.