BAB II STROKE INFARK
2.1 Definisi
Suatu kondisi dimana suplai darah tidak dapat disampaikan ke daerah di otak oleh karena arteri yang bersangkutan tersumbat. Stroke infark dapat dibagi menjadi
stroke trombotik dan stroke embolik Sidharta, 2004.
2.2 Faktor Resiko
Dapat dibagi menjadi faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat dimodisikasi antara lain: usia, ras,
jenis kelamin, riwayat keluarga menderita penyakit vascular. Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodisikasi antara lain : hipertesi, penyakit jantung, obesitas, resistensi
insulin, sindroma metabolik, diabetes, merokok, dislipidemia, inaktifitas fisik, oral kontrasepsi, menderita TIA atau stroke sebelumnya, Hasan, 2011.
2.3 Patofisiologi
Stroke ischemik terjadi oleh karena ischemia serebri fokal. Turunnya aliran darah fokal akan mengganggu metabolism dan fungsi dan metabolism neuron. Bila
kondisi ini tidak segera di atasi, maka akan menyebabkan kerusakan sel irreversibel. Secara patologis jaringan infark terlihat sebagai pan-nekrosis fokal sel neuron, glia,
dan pembuluh darah. Ischemia neuron adalah proses biokimia aktif yang berkembang dengan
berjalannya waktu. Berkurangnya kadar oksigen dan glukosa menyebabkan berkurangnya energy yang diperlukan untuk memelihara potensial membrane dan
gradient ion trans membrane.
9
Bila terjadi ischemia inkomplet, maka sel tersebut akan hidup lebih lama seperti yang ada pada daerah disekitar infark yang disebut area penumbra. Apabila aliran
darah pada daerah ischemia membaik sebelum terjadi kerusakan yang irreversibel, maka gejala yang timbul dalam beberapa saat, namun bila hal ini menyebabkan
ischemia jaringan otak irreversibel maka defisit neurologis yang terjadi akan menetap.
Terdapat dua mekanisme pada stroke ischemia yaitu stroke yang disebabkan oleh thrombus dan stroke yang disebabkan oleh emboli. Sekitar 23 stroke ischemia
disebabkan oleh thrombosis sedang 13 nya disebabkan oleh karena emboli, Hasan, 2011.
2.4 Gejala Klinis: