Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Imaging  Terapi

2.5 Pemeriksaan Laboratorium

 Darah lengkap : melihat anemia, leukositosis, dan jumlah platelet  PT,aPTT : evaluasi pemberian warfarin.  Kimia klinik dasar dan gula darah : peningkatan serum kreatinin berhubungan dengan diabetes dan hipertensi. Kelainan elektrolit dan glukosa dapt terjadi pada encephalopathy metabolic.  Enzim jantung : mengeksklusi gangguan jantung  Test Lain : Fungsi liver mengeksklusi encephalopathy hepatic Toksikologi untuk stroke yang disebabkan narkoba Kadar Homosistein, anti bodi anti fosfolipid, protein C, protein S, anti thrombin III, faktor V Leiden dan gen protrombin 20210 A protein melihat faktor resiko stroke. CRP marker inflamasi, Hasan, 2011.

2.6 Pemeriksaan Imaging 

CT scan dan MRI :memastikan stroke akut dan mengeksklusi adanya perdarahan maupun neoplasma. Juga pentik untuk menyeleksi pasien yang akan diberikan trombolitik.  Angiografi : bila ada kecurigaan stenosis pembuluh darah baik ekstra cranial maupun intra cranial.  Ultrasonografi : Pemeriksaan non invasive diperlukan untuk mengidentifikasi penyakit aterosklerosis pada pasien yang mengalami TIA ataupun stroke.  Echocardiography : perlu pada pasien stroke emboli yang dicurigai berasal dari jantung. Dapat mendeteksoi adanya thrombus intra kardiak  EEG : pada pasien stroke yang dicurigai mengalami kejang.  Lumbal pungsi : dilakukan bila ada kecurigaan subarachnoid hemorrhage, Hasan, 2011.

2.7 Terapi

Perawatan pasien stroke iskemia harus meliputi terapi umum tekanan darah, kebutuhan cairan dan nutrisi, kebersihan fungsi ekskresi, rehabilitasi medis untuk mencegah dekubitus dan kontraktur. Berdasarkan patofisiologi terjadinya stroke iskemia, ada beberapa jenis pengobatan, yaitu trombolisis dan revaskularisasi untuk melisis thrombus dan menghilangkan hambatan aliran darah ke otak, antikoagulan 12 atau antiplatelet untuk mencegah terjadinya thrombus pada aliran darah ke otak, antikoagulan atau antiplatelet untuk mencegah terjadinya thrombus pada aliran darah kolateral dan neuroprotektan untuk menghambat proses kerusakan neuroglia pada area penumbra, Hasan, 2011. Trombolisis adalah terapi untuk melisiskan thrombus dengan menggunakan trombolitik t-PA Tissue plasminogen activator intravena, t-PA merupakan katalisator konversi plasminogen menjadi plasmin, sehingga meningkatkan kecepatan melisis fibrin yang menyumbat pembuluh darah otak pada saat terjadi stroke iskemia. Terapi ini hanya diterapkan pada kasus stroke iskemia dengan onset kurang dari 3 jam, bila diberikan lebih daripada tiga jam akan menimbulkan komplikasi perdarahan otak dan organ lain. Untuk menghindari komplikasi perdarahan pada pasien dengan onset kurang dari 3 jam, maka harus memenuhi syarat : hasil CT scan kepala tidak menunjukan gambaran iskemi luas atau perdarahan, faal koagulasi bagus trombosit 100.000mm³, tidak ada resiko terjadinya perdarahan otak akbat kejang, riwayat perdarahan, riwayat stroke atau trauma dalam tiga bulan, tidak ada riwayat proseur operasi dalam 1 hari, tidak ada riwayat perdarahan gastrointestinal dan traktus urinarius dalam 21 hari, tekanan darah sistolik tidak boleh 185 mmhg dan diastolic 110 mmhg, kadar glukosa tidak boleh 50 mgdl atau 400 mgdl. Terapi trombolitik intra arterial dengan menggunakan urokinase, prourokinase juga merupakan tindakan untuk melisis thrombus pada stroke iskemia yang beronset 3-6 jam , saat ini masih diterapkan untuk stroke iskemi pada arteri cerebri media. Antikoagulan dan antiplatelet adalah terapi untuk mencegah terjadinya thrombus pada arteri kolateral, antikoagulan dipergunakan untuk stroke emboli yang berasal dari jantung stroke iskemia dengan atrial fibrilasi, antikoagulan berfungsi untuk mencegah terjadinya stroke emboli pada arteri kolateral dan tidak bisa melisis thrombus pada arteri yang telah mengalami penyumbatan akibat emboli sebelumnya. Neuroprotektan merupakan golongan obat yang neuroprotektif, bias menghambat proses sitotoksik yang merusak sel saraf dan sel glia ada area penumbra. 13 Edema yang terjadi akibat proses sitotoksik pada stroke iskemia yang merupakan kondisi yang bias mengakibatkan kematian akibat herniasi pada batang otak. Terapi yang biasa dilakukan untuk mengatasi tekanan intra cranial akibat proses edema sitotoksik adalah dekompresi dengan jalan kraniotomi. Pada pasien stroke iskemia akut sering kali mengalami hipertensi, hiperglikemia dan leukositosis sebagai akibat dari reaksi hipotalamus-hipofisis menghadapi stress, walaupun sebelumnya pasien tidak mengalami hipertensi, diabetes mellitus, ataupun infeksi. Pada hipertensi diberikan obat anti hipertensi. Penurunan tekanan darah yang aggressive pada stroke iskemi sangat berbahaya karena efek hipotensi akan menurunkan aliran darah otak yang sudah mengalami iskemi akibat serangan stroke, sehingga iskemi otak akan semakin berat dan kerusakan sel saraf dan sel glia otak akan semakin luas.

2.8 Macam-Macam Stroke Infark