Indikasi Oksigen Hiperbarik Kontraindikasi Oksigen Hiperbarik Komplikasi Oksigen Hiperbarik Menginduksi Neuroplastisitas pada Pasien Post Stroke

yang mengalami iskemia akan mengalami reperfusi. Sebagai respon, akan terjadi peningkatan NO hingga 4 – 5 kali dengan diiringi pemberian oksigen hiperbarik 2-3 ATA selama 2 jam. Hasilnya pun cukup memuaskan, yaitu penyembuhan jaringan luka. Terapi ini paling banyak dilakukan pada pasien dengan diabetes mellitus dimana memiliki luka yang sukar sembuh karena buruknya perfusi perifer dan oksigenasi jaringan di distal. Indikasi-indikasi lain dilakukannya HBOT adalah untuk mempercepat penyembuhan penyakit, luka akibat radiasi, cedera kompresi, osteomyelitis, intoksikasi karbonmonoksida, emboli udara, gangren, infeksi jaringan lunak yang sudah nekrotik, Skin graft dan flap, luka bakar, abses intrakranial dan anemia. Prosedur pemberian HBOT yang dilakukan pada tekanan 2-3 ATA-90 dengan O2 intermitten akan mencegah keracunan O2. Menurut Paul Bert, efeksamping biasanyaakan mengenai sistem saraf pusat seperti timbulnya mual, kedutan pada otot muka dan perifer serta kejang. Sedang menurut Lorrain Smith, efek samping bisamengenai paru-paru yaitu batuk, sesak dan nyeri substernal

3.4 Indikasi Oksigen Hiperbarik

Kelainan atau penyakut yang merupakan indikasi terapi oksigen hiperbarik diklasifikasikan menurut kategorisasi yang dibuat oleh The Committee of Hyperbaric Oxygenation of the Undersea and Hyperbaric Medical Society ialah sebagai berikut :  Emboli  Keracunan gas CO dan asap rokok  Clostridial myonecrosis gas gangrene  Trauma  Dekompresi 21  Anemia karena kehilangan darah  Necrotizing soft tissue infections or subcutaneous tissue, muscle or fascia  Osteomyelitis  Compromised skin grafts and flaps  Luka bakar

3.5 Kontraindikasi Oksigen Hiperbarik

Kontraindikasi penggunaan Oksigen hiperbarik a. Absolut : Pneumothorax yang belum dirawat b. Relatif : i. ISPA ii. Emphysema dengan retensi CO2 iii. Penyakit paru asimptomatik yang terlihat dari foto x-ray iv. Riwayat operasi thoraks dan telinga v. Demam tinggi vi. Kehamilan vii. Claustrophobia viii. Kejang ix. Keganasan

3.6 Komplikasi

 Barotrauma telinga tengah  Nyeri sinus  Myopia dan katarak  Barotrauma paru-paru  Oxygen seizures 22  Dekompresi  Genetic effects  Claustrophobia  Perasaan tidak nyaman BAB IV TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK TERHADAP STROKE ISKHEMIK

4.1 Oksigen Hiperbarik Menginduksi Neuroplastisitas pada Pasien Post Stroke

Proses penyembuhan stroke berhubungan dengan daerah otak yang non-aktif yang dapat berlangsung bertahun-tahun. Penelitian oleh Efrati, Shai et al, Januari 2013 ini 23 bertujuan untuk mengevaluasi apakah peningkatan oksigen terlarut oleh HBOT dapat mengaktivasi neuroplasticitas pada pasien dengan kerusakan neurologis kronik akibat stroke. Tujuh puluh empat pasien yang menderita stroke 6-36 bulan sebelum penelitian dan memiliki setidaknya satu disfungsi motorik dibagi menjadi kelompok perlakuan dan cross. Pasien dalam kelompok perlakuan dievaluasi 2 kali, pada awal dan setelah 40 kali sesi HBOT. Pasien dalam kelompok cross dievaluasi 3 kali, pada awal penelitian, dua bulan setelah periode kontrol tanpa terapi dan setelah 40 kali mendapat sesi HBOT. Protokol HBOT : dilakukan 40 sesi dalam 2 bulan 5 hariminggu, selama 90 menit, 100 Oksigen pada 2 ATA. Ditemukan bahwa fungsi neurologis dan kualitas hidup seluruh pasien pada kedua kelompok meningkat secara signifikan setelah mengikuti HBOT, sementara tidak ada perbaikan yang ditemukan pada periode kontrol dari pasien dari kelompok cross. Ditemukan perbaikan hasil CT scan sesuai dengan perbaikan klinis dan peningkatan aktifitas otak. Hasil ini mengindikasikan bahwa HBOT dapat menyebabkan peningkatan neurologis secara signifikan pada pasien post stroke meski pada tahap akhir kronik. Dari penelitian didapatkan bahwa neuroplasticitas dapat diaktivasi beberapa bulan sampai tahun setelah kejadian akut ketika stimulasi otak yang tepat HBOT diberikan.

4.2 Pembahasan