arteri dan menyebabkan aliran darah berkurang aterosklerosis atau kondisi arteri lainnya .
b. Stroke embolik . Stroke emboli terjadi ketika gumpalan darah atau bentuk puing-puing lain yang asalnya bukann dari otak biasanya dalam jantung dan
ikut mengalir dalam aliran darah dan dapat mengenai arteri otak sehingga pembuluh darah di otak menjadi terhambat. Jenis bekuan darah disebut
embolus . 2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak mengalami kebocoran atau pecah . Perdarahan otak dapat disebabkan oleh banyak kondisi yang mempengaruhi
pembuluh darah , termasuk tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol hipertensi dan dinding pembuluh darah yang inadekuat aneurisma .
Penyebab kurang umum dari perdarahan adalah pecahnya pembuluh darah berdinding tipis yang abnormal malformasi arteriovenosa . Jenis stroke hemoragik
meliputi: a. Perdarahan intraserebral : pembuluh darah di otak pecah dan keluar ke dalam
sel-sel otak dan disekitar jaringan otak . Tekanan darah tinggi , trauma , kelainan pembuluh darah , penggunaan obat pengencer darah dan kondisi lain
dapat menyebabkan perdarahan intraserebral . b. Subarachnoid hemorrhage . Dalam pendarahan subarachnoid , arteri di
permukaan otak atau disekitarnya pecah dan keluar keruangan antar permukaan otak dan tengkorak.Perdarahan ini sering ditandai dengan tiba-tiba
dan diserta sakit kepala parah .
1.5 Faktor Resiko Rokamm, 2004
Non Modifiable Modifiable
Umur
Jenis kelamin
Riwayat keluarga
Etnik ras
Hipertensi
Penyakit jantung atrial fibrilasi
Diabetes Melitus
Hiperkolesterolemia
Penyakit arteri carotis asimtomatis
Perokok
5
Konsumsi alkohol
TIA
Obesitas
Inakitivitas fisik
Hiperhormociteinemia
Pengguna obat-obatan terlarang
Terapi pengganti hormon
Pengguna oral kontrasepsi
Proses inflamasi
Hiperkoagulabilitas
6
7
1.6 Peran CO2 dan O2 dalam Peredaran Darah Serebral
Dalam lingkungan dengan CO2 tinggi arteri serebral berdilatasi dan CBF bertambah, karena resistensi vascular menurun. Jika kadar CO2 menurun, misalnya
selama hiperventilasi, arteri serebral menyempit dan CBF cepat menurun. Reaksi konstriksi dan dilatasi itu terjadi dalam beberapa detik saja. Kemampuan untuk
bereaksi terhadap naik turunnya tekanan CO2 arterial PCO2 itu semakin berkurang dengan bertambahnya umur.
Tekanan O2 arterial menurun pada keadaan hipoksia atau anoksia karena sebab apapun. Keadaan tersebut menimbulkan vasodilatasi dan bertambahnya CBF. Reaksi
tersebut terjadi secara menyeluruh ataupun regional. Sebaliknya, PO2 yang meningkat mengakibatkan vasokonstriksi dan turunnya CBF. Walaupun reaksi ini
berlaku, inhalasi 100 O2 meningkatkan lebih lanjut jatah O2 yang tersedia untuk suatu daerah otak yang iskemik misalnya pada stroke dengan jalan meningkatkan
selisih tekanan antara arteriola dan kapiler. Sifat pengaruh O2 terhadap dinding pembuluh darah belum diketahui. Tetapi reaksi terhadap O2 cepat sekali dan mungkin
bereaksi langsung terhadap kemoreseptor yang berada di dinding pembuluh darah. Vasokonstriksi yang timbul sebagai reaksi terhadap PO2 itu ternyata tidak terkait
pada penurunan PCO2 akibat hiperventilasi. Lagi pula vasokonstriksi dan vasodilatasi yang dihasilkan akibat pasang surutnya Po2 tidak sebesar yang diakibatkan oleh
fluktuasi PCO2. Namun demikian, selama hipoksia berat berlangsung, efek vasodilatasi akibat penurunan PO2 menjadi lebih besar.
8
BAB II STROKE INFARK
2.1 Definisi