-
Bahwa para kritikus sastra di Malaysia juga banyak penulis-penulis lucah, penulis-penulis cabul tapi laki-laki dan perempuan-perempuan apa sebabnya?
Sebabnya rasa malu itu yang sudah terkikis habis dan ini dinamakan sastra SMS, Sastra Mazhab Selangkang, angkatannya adalah Fiksi Alat Kelamin
disingkat FAK, ini juga berlaku untuk film Indonesia sebagian daripadanya SMS juga Sinema Mazhab Selangkang, angkatannya Film Alat Kelamin FAK.
-
Bahwa kedelapan, produsen dan pengedar narkoba. Tiga juta anak muda dicengkeramnya. 40 orang sehari mati karenanya, beban ekonomi 11,3 triliun.
- Bahwa kesembilan, pabrikan dan pengguna alkohol merdeka dijual sampai ke
desa-desa, di penjual rokok di depan sekolah dalam botol kecil remaja bebas membelinya di desa-desa itu diminun sambil menandak dan menari.
-
Bahwa kesepuluh, produsen dan penghisap nikotin setiap hari 150 orang mati karena 25 penyakit akibat rokok Interaksi ini di masyarakat kita profilerasi.
-
Bahwa kesepuluh komponen itu dinamakan sebagai gerakan syahwat merdeka.
2. Keterangan Ahli Hj. Aisyah Amini, S.H.
- Bahwa dalam UUD 1945 memang dilakukan perubahan-perubahan atau
amandemen. Dan khusus pada Bab XA ini adalah suatu bab tambahan yang memuat secara menyeluruh tentang HAM dari Pasal 28A sampai dengan Pasal
28J. Dalam hal ini tentunya tidak mungkin harus dipisahkan hanya satu pasal saja. Karena itu adalah pasal yang terkait satu dengan yang lain sampai
dengan Pasal 28J ini yang merupakan pasal penutup mengenai hak asasi ini. -
Bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 ini dibuat jauh sebelum adanya Perubahan UUD 1945, yaitu khususnya pada Pasal 28A sampai Pasal 28J.
- Bahwa perlu dipahami memang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 ini hadir
sebelum Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 khususnya mengenai Pasal 28A atau Bab XA. Namun mengenai HAM ini sudah dideklarasikan secara utuh
yang disebut dengan Universal Declaration of Human Right pada 10 Desember 1948. Yang berjumlah 30 pasal dan dalam Pasal 29 sebelum terakhir, ada
secara jelas dikemukakan sebagai berikut Pasal 29 dari Universal Declaration of Human Right itu ayat 1, ”setiap orang mempunyai kewajiban kepada
masyarakat tempat satu-satunya dimana ia dimungkinkan unuk mengembangkan pribadinya secara bebas dan penuh”. Ayat 2, ”dalam
pelaksanaan hak dan kebebasannya setiap orang hanya tunduk pada batasan- 118
batasan yang ditentukan oleh hukum dan memenuhi persyaratan-persyaratan moral dan ketertiban umum dan kesejahteraan umum yang adil dalam
masyarakat yang demokratis”. Ayat 3, ”hak dan kebebasan itu dengan jalan apapun tidak dapat dilaksanakan apabila bertentangan dengan tujuan dan
prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa”. -
Bahwa dalam Undang-Undang HAM itu sendiri yang dihadirkan tahun 1948 sudah ada pembatasan yang dirancang dan ini merupakan aspirasi yang sudah
hidup sebelumnya sehingga tertuang secara jelas dalam salah satu pasal, yaitu Pasal 29 sebelum pasal penutup Pasal 30-nya.
- Bahwa pada waktu dilahirkannya undang-undang ini juga sudah banyak
berkembang mengenai hak asasi di tingkat internasional. Dalam kovenan, yaitu Covenant on Civil and Political Right, dan juga Covenant on Economic, Social,
and Cultural Right. -
Bahwa dalam kedua kovenan ini juga membuat pembatasan-pembatasan terhadap kebebasan-kebebasan terhadap hak asasi itu. Dapat dikatakan
sekarang ini Indonesia membuatnya seakan-akan Pasal 28J itu muncul seperti itu saja tanpa mempertimbangkan segala macam, di tingkat internasional pun
demikian juga. -
Bahwa memang pembatasan-pembatasan itu juga terjadi di beberapa negara di Barat ataupun di Eropa, tetapi mereka mempunyai penafsiran yang berbeda.
Itu adalah wajar sekali kalau penafsiran itu berbeda tentang pembatasan tersebut. Dan ini juga dibenarkan oleh Konvensi Wina dimana dikatakan bahwa
setiap negara dapat melaksanakan dengan tidak melupakan bagaimana kondisi masyarakatnya sendiri.
- Bahwa kalau Indonesia mempunyai penafsiran sesuai apa yang diyakininya
secara menyeluruh dalam negaranya, bagaimana bangsanya harus terlindungi dari hal-hal yang akan merugikan dirinya sendiri terutama bagi generasi
mudanya. -
Bahwa melindungi tidak hanya orang-orang dewasa, terutama adalah juga anak-anak yang akan menjadi harapan bangsa di masa depan. Maka
kehadiran dari undang-undang tentang adanya sensor adalah suatu kewajiban bagi bangsa.
- Bahwa memang benar kalau dikatakan semua pihak, semua komponen bangsa
ini sudah benar-benar memahami serta mampu melakukan self censorship, 119
baik pihak masyarakat umum, terutama dari pihak sineas film. Tentunya akan dapat dikatakan tidak terlalu diperlukan lagi adanya sensor.
- Bahwa fakta-fakta yang sangat merisaukan bangsa adalah kalau dibiarkan
terus akan jadi apa bangsa di masa yang akan datang? -
Bahwa pada waktu membahas tentang Undang-Undang Pers juga dikatakan ada kekhawatiran bagaimana terbitnya penerbitan-penerbitan yang disebut
dengan penerbitan kuning. Waktu itu dikatakan masyarakat akan benci dan meninggalkan itu. Tetapi benarkah tidak demikian karena masih banyak
penerbitan-penerbitan kuning yang sangat merugikan dan sangat mengkhawatirkan masyarakat terutama masyarakat yang memang belum
sadar terhadap bagaimana harus mengatur dirinya dan mengatur keluarganya.
3. Keterangan Ahli H. Fetty Fajriati Miftah, M.E. KPI -