Keterangan Ahli K.H. Arthani Hasbi Keterangan Ahli Pdt. Weina Sairin, MBA Tokoh Kristen

dapat dibatasi asal dengan undang-undang. - Bahwa deabolisme pemikiran dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa iblis itu termasuk bangsa jin yang diciptakan dari api. Tetapi pemikiran yang syaithoniah yang deabolistik ini, iblis itu dihinggapi dengan sikap yang membangkang aba’. Yang kedua dia itu juga menganggap dirinya itu hebat istaghbara dan dengan itu dia juga menentang Tuhannya fasaqa. - Bahwa pemikiran deabolistik mampu merekrut kroni-kroni dan staf-stafnya di dunia. Dan tidak sulit untuk mengidentifikasikan pemikiran yang bermental deabolistik. - Bahwa pemikiran diabolik ini bersifat takabur, sombong, angkuh, congkak, arogan. Pengertian takabur ini dijelaskan di dalam hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya, “sombong ialah menolak yang haq dan meremehkan orang lain”, al kibru bathalal haq wal ghamdunnas, artinya orang yang mengikuti kebenaran sebenarnya dinyatakan di dalam Al- Qur’an atau Hadits Nabi S.A.W. - Bahwa ciri pemikiran diabolisme ialah mengaburkan dan menyembunyikan kebenaran, talbis wa kidma’al haq. Pemikiran diabolik ini bukan tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, namun dia sengaja memutarbalikkan data dan fakta yang bathil dipoles, dikemas sedemikian rupa sehingga seolah- olah nampak hak. - Bahwa ada tiga hal penayangan yang selalu diprotes oleh MUI yaitu Pornografis, Violent Kekerasan dan Mistik.

6. Keterangan Ahli K.H. Arthani Hasbi

- Bahwa kebebasan itu hak asasi tetapi makna kebebasan itu betul-betul merupakan suatu kajian tersendiri dan ternyata kebebasan itu dibatasi oleh kebebasan. - Bahwa arti sebuah kebebasan adalah gabungan antara pikiran dan perasaan. Antara otak dan hati nurani. Kalau pikiran tertuju kepada keinginan, kemauan, kehendak. Tetapi kalau perasaan terfokus kepada kesadaran, ketulusan, dan keikhlasan. Pikiran dalam aktivitas hidup manusia hanya memenuhi sekitar 15, sedangkan perasaan adalah 85. Pikiran dan perasaan yang tergabung begitu terjalin dan berkelindan, maka itulah bahasa kebebasan yang betul-betul bukan saja al hurriyah tetapi juga al istiqlal, dia merdeka dan juga bebas dan 127 dia juga menulis. - Bahwa ternyata 85 nilai perasaan itu dengan titik kepada hati nurani, consign, abdominir bahasa Al Quran disebut sebagai nafsul muthmainah, itulah yang bercahaya. Itulah yang menjadi penerang, itulah yang menjadi pelita seluruh kreativitas seluruh kebebasan. Tanpa adanya nur ilahiyah, tanpa ada cahaya ketuhanan, maka kebebasan disebut dalam buku itu disebut taqad lagha mardhudatul luqbal, sia-sia, ditolak, dan tidak diterima. Itu hanya basa- basi, permainan logika dan retorika. - Bahwa arti kebebasan yang sebebas-bebasnya adalah hasil pemikiran otak yang jernih, punya keinginan, kemauan, kehendak didasarkan oleh perasaan hati dengan penuh kesadaran, ketulusan, dan keikhlasan. - Bahwa LSF betul-betul merupakan pagar yang perlu diperkokoh dan diperkuat

7. Keterangan Ahli Pdt. Weina Sairin, MBA Tokoh Kristen

- Bahwa forum ini merupakan forum yang amat bermakna bagi untuk memperdalam wawasan dalam berdialog, untuk melihat masalah-masalah yang hadapi bersama khususnya dalam konteks perfilman dan kebudayaan dalam arti umum di negeri ini. - Bahwa film memiliki fungsi yang amat strategis dalam kehidupan manusia, dalam komunitas masyarakat, dan bahkan bangsa. Kekuatan film tidak hanya terletak pada kata, pada dialog yang diungkapkan oleh para pemain film tetapi lebih jauh dari itu daya visualnya yang amat penetratif yang dapat merasuki ke diri seseorang. - Bahwa kata-kata dan gambar karya fotografi modern yang direpresentasikan oleh sebuah karya film punya daya pengaruh yang amat kuat terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Dalam kenyataan empirik dapat melihat bahwa seseorang yang menonton film atau sinetron mudah sekali terpancing untuk melakukan sesuatu yang dapat anarkis atau tidak sesuai dengan norma- norma agama. Aspek-aspek kultural, etik, moral yang dialirkan melalui media film akan dapat membangun atau bahkan juga dapat merusak kepribadian seseorang. - Bahwa Indonesia baru yang dicita-citakan adalah sebuah Indonesia yang berkeadaban, yang cerdas, yang berakhlak mulia, yang orang-orangnya beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu nilai- 128 nilai budaya bangsa Indonesia yang syarat dengan nilai-nilai agama, moral, dan berkeadaban itu harus dijaga dengan sebaik-baiknya. - Bahwa dalam UUD 1945 Pasal 32 ayat 1 berbunyi, “negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Kebudayaan Indonesia termasuk film harus menjadi medium yang di dalamnya nilai-nilai kultural dan keagamaan yang dimiliki masyarakat Indonesia yang majemuk ini makin diperteguh dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu film harus dijaga agar benar-benar sejalan dengan nilai-nilai agama, nilai nilai Pancasila, dan nilai-nilai UUD 1945. - Bahwa dalam Bab II Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 merumuskan dasar arah dan tujuan perfilman di Indonesia sangat jelas sekali di sana. Oleh karena itu harus dijaga agar film-film di Indonesia berjalan pada koridor yang dirumuskan dalam Undang-Undang Perfilman . - Bahwa dalam Pasal 13 Undang-Undang Perfilman dinyatakan bahwa pembuatan film didasarkan atas kebebasan berkarya yang bertanggung jawab. Tidak ada kebebasan dalam arti yang murni, yang bebas sebebas-bebasnya, kebebasan dibatasi oleh sebuah frame yang jelas yang bertanggung jawab. Dalam konteks kebebasan bertanggung jawab adalah kebebasan yang benar dan menghargai aspek horizontalnya manusia dan aspek vertikal, Tuhan. Kebebasan itu menafikan dan tidak menghargai dimensi horizontal apalagi vertikal, maka di sana kebebasan itu tidak memiliki makna dalam kehidupan seseorang. - Bahwa dalam Pasal 13 Undang-Undang Perfilman yang dimaksud adalah kebebasan berkarya untuk menghasilkan karya berdasarkan kemampuan imajinasi, daya cipta, rasa ataupun karsa, baik dalam bentuk makna ataupun caranya dengan kebebasan berkarya diharapkan mampu mengembangkan kreativitas perfilman dalam rangka pengembangan budaya bangsa. - Bahwa dalam konteks menjaga nilai-nilai budaya bangsa itu perlu ada sensor atau apapun terminologi yang akan digunakan terhadap produk-produk budaya termasuk film di Indonesia agar film bermutu, berkualitas, bermoral, agamis dapat dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia yang majemuk. 129 - Bahwa dalam perspektif Kristen manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang mulia, imagode sering disebut, the image of God, hakikat manusia yang seperti ini harus dijaga agar tidak tercemar dan ternodai oleh nilai-nilai yang bertentangan secara diametral dengan nilai-nilai agama. - Bahwa dalam melakukan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman perlu dorongan agar hal itu dilakukan dengan lebih bersungguh-sungguh, bagaimana melakukan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992 itu dengan peraturan-peraturan di bawahnya termasuk PP Nomor 7 Tahun 1994 tentang LSF.

8. Keterangan Ahli Ida Made Sugita, S. Ag. Parisada Hindu Dharma