Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Setelah Tahun 1928

102 102 102 102 102 Ilmu Pengetahuan Sosial 5 Beberapa organisasi yang keras misalnya Serikat Islam, Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan Partai Komunis Indonesia. Serikat Islam melakukan berbagai gerakan pemogokan tahun 1923. Bahkan PKI melakukan pemberontakan kepada Belanda tahun 1926. Karena sifatnya yang radikalkeras, Belanda menjadi khawatir. Akhirnya Belanda melakukan tindak kekerasan dengan memberangus organisasi-organisasi radikal, dan memenjarakan tokoh-tokohnya pada tahun 1930-an.

c. Masa Moderat

Setelah para pemimpin ditangkap, dan sebagian organisasi dibubarkan. Para tokoh perjuangan berganti cara. Perjuangan dilakukan secara moderat kooperatif. Mereka memanfaatkan volksraad Dewan Rakyat untuk memperjuangkan aspirasi. Pada masa moderat ini organisasi yang masih ada dan berdiri adalah Parindra Partai Indonesia Raya, Gerindo Gerakan Indonesia Raya, dan GAPI Gabungan Politik Indonesia. Para tokoh pergerakan menyampaikan tuntutan-tuntutan dalam volksraad, baik menyangkut masalah politik, ekonomi, sosial, maupun pendidikan. Pada masa ini perjuangan kemerdekaan semakin sulit. Belanda benar- benar belum rela Indonesia merdeka. Mereka terus menekan berbagai organisasi politik dan gerakan tuntutan kemerdekaan. Tetapi pada tahun 1942 terjadi peristiwa yang tidak diduga sebelumnya. Perang Dunia II telah menyebabkan Indonesia menjadi sasaran serangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang berhasil menguasai Indonesia. Belanda terpaksa meninggalkan Indonesia karena dikalahkan Jepang. Sejak tanggal tersebut Indonesia dikuasai Jepang. Bagaimana perkembangan gerakan kemerdekaan nasional pada masa penjajahan Jepang? Mari kita telusuri perkembangan selanjutnya

3. Pergerakan Nasional pada Masa Penjajahan Jepang

Pada tanggal 8 Maret 1942 Indonesia telah berada di bawah pendudukan Jepang. Bagaimana kondisi organisasi pergerakan nasional pada masa penjajahan Jepang? Untuk meraih simpati dari rakyat Indonesia, penjajah Jepang melakukan propaganda: a. Jepang mengaku sebagai Saudara Tua yang akan membebaskan Asia dari penindasan bangsa Barat. b. Jepang mempropagandakan semboyan Tiga A 1 Jepang Pemimpin Asia. 2 Jepang Pelindung Asia. 3 Jepang Cahaya Asia. Bab 7 Bab 7 Bab 7 Bab 7 Bab 7 Menuju Kemerdekaan Indonesia 103 103 103 103 103 c. Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia, seperti dalam melakukan ibadah, mengibarkan bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jepang, menggunakan bahasa Indonesia, dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama lagu kebangsaan Jepang Kimigayo. Namun kemudahan-kemudahan tersebut hanyalah janji manis Jepang. Sebagai penjajah, Jepang justru lebih kejam menindas bangsa Indonesia. Jepang melakukan beberapa kebijakan terhadap negara jajahan di Indonesia. Jepang sedang menghadapi perang dengan Sekutu. Maka mereka membentuk berbagai organisasi guna mendukung kekuatan Jepang. Berikut ini beberapa organisasi yang dibentuk pada masa penjajahan Jepang.

a. Organisasi-organisasi sosial

1 Gerakan Tiga A Dipimpin oleh Mr Syamsuddin bekas tokoh Parindra.Pendirian gerakan Tiga A sebagai maksud untuk meraih simpati penduduk dan tokoh masyarakat. Namun gerakan ini kurang berhasil, sehingga Jepang membentuk organisasi yang lebih menarik. 2 Pusat Tenaga Rakyat Putera Sebagai ganti Gerakan Tiga A, didirikan Putera pada tanggal 1 Maret 1943. Dipimpin oleh tokoh-tokoh nasional yang sering disebut empat serangkai yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, KH Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Putera cukup diminati oleh kalangan tokoh pergerakan Indonesia. Pemerintah Jepang kurang puas dengan kegiatan Putera. Sebab para tokoh Putera memanfaatkan organisasi ini untuk melakukan konsolidasi dengan tokoh-tokoh perjuangan. Akhirnya Putera dibubarkan. 3 Jawa Hokokai Pada tahun 1944 dibentuk Jawa Hokokai Gerakan Kebaktian Jawa. Kegiatan ini langsung di bawah pengawasan para pejabat Jepang. Tujuan pokoknya adalah menggalang dukungan untuk rela berkorban demi pemerintah Jepang. 4 Masyumi Islam adalah penduduk mayoritas bangsa Indonesia. Jepang merasa harus bisa menarik hati golongan ini. Untuk itu pada tahun 1943 Jepang membubarkan Majelis Islam Ala Indonesia, dan menggantikannya dengan Masyumi Majelis Syuro Muslimin Indonesia. Masyumi dipimpin oleh KH Hasyim Ashari dan KH Mas Mansyur.