Demak sebagai Kerajaan Islam Pertama di Jawa

2 6 2 6 2 6 2 6 2 6 Ilmu Pengetahuan Sosial 5

b. Pangeran Sabrang Lor yang Gagah Berani

Setelah Raden Patah wafat, Pati Unus menggantikan ayahnya sebagai raja. Pati Unus memerintah dari tahun 1518 sampai dengan 1521. Beliau terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani. Pati Unus melarang pengiriman beras dari Jawa ke Malaka. Ia memerintahkan seorang tokoh bernama Katir untuk mengadakan blokade terhadap Malaka, sehingga Portugis kekurangan pangan. Semasa hidupnya Pati Unus tidak mempunyai putra. Sehingga ketika beliau wafat, ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggono. Sultan Trenggono yang bijaksana dan gagah berani memerintah tahun 1521-1546. Pada masa pemerintahannya, Demak mencapai zaman keemasan. Ia meluaskan kekuasaannya sampai ke Jawa Barat dan Jawa Timur.

c. Akhir Kerajaan Demak

Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mengalami kemelut perang saudara. Hal inilah yang menyebabkan Kerajaan Demak mengalami kemunduran. Daerah-daerah kekuasaan Kerajaan Demak mulai melepaskan diri. Sehingga berakhirlah Kerajaan Demak.

3. Sultan Agung Raja Mataram

a. Panembahan Senopati Pendiri Kerajaan Mataram

Mataram mulai berkembang pesat pada tahun 1586. Raja pertamanya adalah Panembahan Senopati. Pusat kerajaan ini berada di Yogyakarta. Rajanya yang terkenal adalah Sultan Agung yang memerintah tahun 1613 - 1645. Sultan Agung terkenal dalam mengusir penjajah Belanda dari Indonesia.

b. Usaha Sultan Agung Mengusir Penjajah Belanda

Belanda berhasil mendirikan kantor dagang di Batavia atau Jakarta. Sultan Agung memandang hal itu sebagai sesuatu yang membahayakan. Maka Sultan Agung segera merencanakan penyerangan atas kedudukan Belanda di Batavia. Tentara Mataram mengadakan dua kali serangan terhadap kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1629. Kedua serangan itu gagal semua. Sultan Agung meninggal dunia pada tahun 1645. Ia dimakamkan di Bukit Imogiri, Yogyakarta. Bab 2 Bab 2 Bab 2 Bab 2 Bab 2 Tokoh-tokoh pada Zaman Hindu-Buddha dan Islam 2 7 2 7 2 7 2 7 2 7 Sepeninggal Sultan Agung, Kerajaan Mataram mengalami konflik keluarga. Belanda memanfaatkan situasi tersebut dengan campur tangan da- lam kerajaan. Akhirnya Kerajaan Mataram dipecah menjadi dua. Berdasarkan Perjanjian Giyanti 1755, Kerajaan Mataram dipecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Dengan perpecahan ini kedudukan Mataram semakin lemah.

4. Kerajaan Banten di Provinsi Banten

Raja pertama di Banten adalah Hasanuddin yang memerintah pada tahun 1527-1570. Pada masa pemerintahan Hasanuddin, Kerajaan Banten terus dikembangkan. Perluasan daerah ke pedalaman terus dilakukan. Perluasan wilayah juga dilakukan ke luar Jawa. Akhirnya wilayah Lampung, Indrapura, Selebar, dan Bengkulu dapat dikuasai. Dengar demikian daerah kekuasaan Hasanuddin semakin luas. Raja-raja Kerajaan Banten di antaranya Pangeran Yusuf 1570-1580, Maulana Muhammad 1580-1596, Abdulmufakir, Abumaali Achmad., Sultan Abdulfattah atau Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1682, Sultan Abdulnasar Abdulkahar. Di antara raja-raja tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa yang paling terkenal karena kebesarannya.

5. Sultan Hasanuddin dari Sulawesi Selatan

Pada abad ke-16, terdapat beberapa kerajaan di Sulawesi Selatan. Gowa, Bone, Luwu, Tallo, Soppeng, Wajo, dan Sidenreng adalah kerajaan yang rakyatnya hidup makmur. Goa dan Tallo adalah dua kerajaan yang berkembang sejak abad XVI. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu menjadi Kerajaan Makassar. Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaan pada abad XVII yang dipimpin Sultan Malikussaid. Dalam masa pemerintahannya, Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim yang besar. Jendela Ilmu Jendela Ilmu Jendela Ilmu Jendela Ilmu Jendela Ilmu Penyebab utama Sultan Agung gagal mengalahkan Belanda adalah kurangnya bekal logistik atau bahan makanan dan persenjataan. Jarak Yogyakarta ke Jakarta sangat jauh yang ditempuh melalui darat dan laut. Sesampai di Jakarta, bekal telah menipis dan persenjataan kalah kuat. Pada penyerangan kedua, pasukan Mataram menyiasati mendirikan lumbung pangan di berbagai tempat sepanjang perjalanan. Tetapi strategi tersebut diketahui Belanda. Lumbung-lumbung pangan dibakar. Pada penyerangan kedua tentara Mataram tidak berhasil mengusir Belanda.