Latar Belakang MODEL PENGOMPOSAN KIAMBANG (Salvinia molesta) SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN GULMA AIR DI WADUK BATUTEGI LAMPUNG, MENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHATANI YANG

8 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan pembangunan pertanian saat ini adalah keberlanjutan usaha dengan mengedepankan aspek kelestarian lingkungan. Oleh karenanya pengembangan teknologi usahatani haruslah mengarah kepada kemandirian petani dalam meningkatkan mutu lingkungan serta mengefisienkan penggunaan input dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal. Tanah adalah unsur lingkungan pokok selain air dalam sistem budidaya tanaman yang harus dijaga kelestariannya. Menurut Hanafiah et al. 2005 tanah berperan menyuplai unsur hara, penyedia air, dan tempat berkembangnya akar tanaman. Peranan tanah terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh mutu tanah. Secara sederhana mutu tanah dapat dilihat dari tingkat kegemburan sifat fisik, keberadaan organisme sifat biologi, dan ketersediaan unsur hara sifat kimia. Semakin baik mutu tanah, maka peranannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan semakin besar. Kompos merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan guna meningkatkan mutu tanah, baik dari segi fisik, biologi, maupun kimia dan diproduksi dengan memanfaatkan ketersediaan sumberdaya lokal, seperti kotoran ternak dan limbah pertanian Setyorini et al., 2006. Dengan demikian, penggunaan kompos pada lahan usahatani menunjang kelestarian lingkungan sehingga ptraktik budidaya tanaman dapat berkelanjutan. 9 Khususnya di Kecamatan Airnaningan, Kabupaten Tanggamus, selain kotoran ternak dan limbah pertanian, bahan baku kompos juga melimpah berupa gulma air jenis kiambang. Kiambang Salvinia molesta tumbuh dan berkembang di Sungai Way Sangarus, Way Sekampung, sampai ke areal genangan Waduk Batutegi. Berdasarkan pengkajian pendahuluan, diperkirakan setiap tahunnya sejak tahun 2010 hingga 2014, tidak kurang seluas 15,75 km 2 75 dari 21 km 2 luas areal genangan Waduk Batutegi pada kapasitas tampung efektif elevasi 274 m tertutupi kiambang. Puncak kepadatan kiambang terjadi pada akhir musim penghujan sampai awal kemarau antara bulan April – Juli. Pertumbuhan kiambang yang pesat di Waduk Batutegi telah menjadi permasalahan serius yang membutuhkan solusi. Keberadaan gulma yang siklus hidupnya ada di permukaan air ini, berpotensi menyumbangkan sedimentasi karena kiambang yang telah membusuk akan mengendap di dasar waduk. Selain itu, keberadaan gulma air, akan meningkatkan laju evapotranspirasi, menghambat transportasi nelayan, dan mengganggu suplai air yang menyebabkan terhambatnya produksi listrik PLTA Batutegi pada Bulan Juli 2010. Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut di muka, keberadaan kiambang berpotensi menurunkan efektifitas Waduk Batutegi sebagai penyuplai irigasi Way Sekampung, pembangkit listrik, dan air baku. Data dari Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji-Sekampung 2006 disebutkan bahwa adanya Waduk Batutegi dapat meningkatkan luas areal persawahan yang terairi mencapai 22.985 ha. Sasaran Irigasi Way Sekampung terpusat di Kabupaten Kota Metro, Lampung Timur, dan Lampung Tengah Gambar 11, Lampiran 1. Dengan demikian, terganggunya fungsi Waduk Batutegi, akan menghambat produksi padi di Provinsi Lampung, sehingga akan berimplikasi terhadap ketahanan pangan nasional. Penanggulangan kiambang di Waduk Batutegi oleh pihak pengelola diantaranya dengan mengangkatnya ke tepi dan pembuangan melalui 10 saluran pelimpasan air. Pengangkatan kiambang ke tepi bendungan membutuhkan tenaga dan biaya besar serta kurang bermanfaat karena tidak ada pengolahan lebih lanjut, sedangkan pembuangan melalui saluran pelimpasan menimbulkan masalah baru di hilir. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif solusi guna mengendalikan pertumbuhan kiambang salah satunya dengan mengolahnya menjadi kompos yang bermanfaat khususnya bagi petani di Kecamatan Airnaningan. Berdasarkan hasil uji kandungan beberapa unsur hara makro P, K, Mg, dan Ca yang dilakukan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung, diketahui bahwa kiambang segar berpotensi dijadikan bahan baku kompos. Hasil uji kandungan beberapa unsur hara makro pada kiambang segar disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan beberapa unsur hara makro pada kiambang No Parameter Pengujian Satuan Hasil Metode 1 P-Total 0,570 Spektrofotometri 2 K-Total 1,494 Flamefotometri 3 Mg-Total Mg100g 11,740 Volumetri 4 Ca-Total Mg100g 38,202 Volumetri Mencermati Tabel 1, apabila kiambang dapat dijadikan kompos yang bermutu, petani yang ada di lingkungan Sungai Way Sangarus, Way Sekampung, dan Waduk Batutegi dapat memanfaatkan kiambang sebagai bahan baku kompos guna meningkatkan efisiensi penggunaan input serta memperbaiki mutu tanah. Semakin banyak petani yang berpartisipasi mengolah kiambang menjadi kompos, maka model pengendalian gulma air di Waduk Batutegi ini akan semakin efektif. Untuk itu, dibutuhkan komposisi dan desain pembuatan kompos yang mudah, hemat, dan cepat. Berdasarkan uraian di muka, penelitian ini penting dilakukan dengan harapan 1 didapatnya teknologi cara pengolahan kiambang menjadi kompos yang mudah, hemat, dan cepat, 2 kompos kiambang akan bermanfaat bagi petani guna mendukung keberlanjutan usahatani yang Sumber: Laboratorium Analisis Polinela, 2012 11 ramah lingkungan, 3 dihasilkan alternatif solusi penanggulangan gulma air di Waduk Batutegi dengan memperhatikan azaz kemanfaatan dan kelestarian, 4 terjaganya kelestarian Waduk Batutegi akan menjamin suplai irigasi Way Sekampung sehingga menunjang produktivitas padi di Provinsi Lampung, 5 berdirinya pabrik pengolahan kiambang menjadi kompos milik kelompok tani sebagai model pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Airnaningan.

B. Rumusan masalah