30
Pembalikan kompos dilakukan secara berkala setiap 7 hari sekali. Tahapan proses pengolahan kiambang menjadi kompos disajikan pada
Gambar 5.
4. Pengujian kandungan hara kompos Pengujian kandungan hara kompos hanya akan dilakukan satu kali
pengujian, yakni terhadap kompos yang dihasilkan paling cepat. Pengujian kadar hara akan dilakukan di Laboratorium Analisis
Politeknik Negeri Lampung. 5. Pembahasan dan penarikan kesimpulan
F. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini hanya akan dilakukan secara deskriptif.
Pengambilan Kiambang di Sungai Way Sangarus
menggunakan Rakit dari Bambu Pengangkutan Kiambang ke
Unit Pengolahan
Pencacahan Kiambang Segar Proses Fermentasi
Pengemasan
Gambar 5. Skema Pengolahan Kiambang menjadi Kompos
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Alternatif Penanggulangan Gulma Air di Waduk Batutegi
1. Potensi kiambang menjadi bahan baku kompos Memperhatikan Tabel 1 di muka, berdasarkan analisa terhadap 4 unsur
hara makro P, K, Mg, dan Ca terbukti kiambang cukup mengandung unsur hara makro. Apabila dibandingkan dengan standar kualitas
kompos berdasarkan BSN tahun 2004, maka kandungan hara pada kiambang terutama P dan K sudah di atas batas minimum.
Perbandingan kandungan 4 unsur hara makro pada kiambang segar dengan standar kualitas kompos berdasarkan BSN tahun 2004
disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan kadar hara kiambang segar dengan standar
kualitas kompos dari BSN
Unsur Hara Satuan
Kiambang Segar
Standar Kualitas Kompos dari BSN
Minimum Maksimum
P-total 0,570
0,100 K-total
1,494 0,200
Mg-total 0,012
0,600 Ca-Total
0,038 25,500
Sumber: Diolah dari Laboratorium Analisis Polinela 2012 dan BSN 2004
Keterangan: nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum
32
Mencermati Tabel 5 dapat diketahui bahwa kiambang basah berpotensi dijadikan kompos yang mengandung unsur hara makro esensial yang
dibutuhkan tanaman. Data kandungan beberapa unsur hara sebagaimana disajikan pada Tabel 5 merupakan data sementara
karena belum dilakukan pengujian seluruh unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman. Selain itu, data kandungan unsur hara
tersebut dimungkinkan akan berubah setelah kiambang diolah menjadi kompos. Aktivitas dan formulasi pengomposan dimungkinkan akan
berpengaruh terhadap kandungan hara kompos kiambang. 2. Potensi kiambang menjadi bahan baku pakan ternak
Berdasarkan hasil penelitian kadar proksimat kiambang tahun 2012 di Waduk Batutegi, diketahui bahwa kiambang berpotensi dijadikan bahan
campuran pakan ternak. Hasil analisa kandungan zat-zat makanan pada kiambang dibandingkan dengan jerami padi, rumput gajah, dan
kulit kopi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Kadar proksimat beberapa jenis bahan pakan ruminansia
Bahan Pakan Ruminansia
Zat-Zat Makanan Abu
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
BETN Kiambang
1
10,18 23,70
2,84 24,66
38,36 Jerami padi
2
19,97 4,51
1,51 28,79
45,21 Rumput gajah
2
10,00 4,60
2,10 38,20
45,00 Gamal
2
9,7 19,10
3,0 18,0
50,2 Dedak kasar
2
15,87 6,53
2,36 29,81
34,89 Kulit buah kakao
2
11,63 8,01
1,28 40,08
38,49 Silase kulit kopi
3
4,86 10,64
0,69 15,74
Sumber: 1. Fachrudin, 2012; 2. Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan FP IPB, 2012; 3. Simanihuruk dan
Sirait, 2010 Keterangan: tidak ada data pengujian
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa pada kiambang terkandung protein kasar paling tinggi dibandingkan bahan pakan
lainnya, begitu pula kadar serat kasar relatif lebih tinggi dibanding daun gamal dan silase kulit kopi. Selanjutnya, nilai BETN Bahan Ekstrak
33
Tanpa Nitrogen pada kiambang cukup tinggi dan hampir sama dengan kulit buah kakao, tetapi lebih tinggi dibandingkan dedak kasar. Dengan
demikian, kiambang relatif lebih mudah dicerna dibandingkan dedak kasar dan dapat menjadi salah satu bahan campuran formula pakan
ternak ruminansia. Fachrudin 2012 menyarankan perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengolah kiambang menjadi formulasi pakan
dan pengujiannya terhadap pertambahan bobot ternak.
B. Potensi Bobot Kiambang di Waduk batutegi sebagai Bahan Baku Kompos