nama besar dibidangnya, dokumen, artikel, peraturan yang berkaitan, koran, dan majalah.
4. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis data secara kualitatif, yakni data yang ada adalah data yang digambarkan dalam kalimat, tidak
ada unsur angka tetapi tidak mengurangi validitas data tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan atau gambaran isi yang dimaksud adalam mengemukakan garis-garis besar dari uraian skripsi. Secara garis besar
pembahasan skripsi ini akan dibagi dalam 5 lima bab. Setiap bab menguraikan masalah-masalah tersendiri secara sistematis dan berhubungan antara satu bab
dengan bab lainnya. Masing-masing bab dibagi lagi dalam sub bab sesuai dengan kebutuhan penulisan skripsi ini. Dengan pembagian tersebut diharapkan akan
mempermudah pemahaman pembaca untuk mengetahui inti pembahasan secara keseluruhan. Sistematika penulisan skripsi ini, yaitu:
BAB I Merupakan bab pendahuluan yang membahas mengenai latar
belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. BAB II
Menerangkan mengenai sejarah terjadinya pemanasan global di tingkat internasional, upaya internasional dalam menyelamatkan
dunia dari pemanasan global, dan bagaimana aturan-aturan hukum internasional tentang pemanasan global.
Universitas Sumatera Utara
BAB III Menguraikan tentang konsep perdagangan karbon secara umum,
akibat dari perdagangan karbon, serta perangkat hukum internasional yang mengatur tentang perdagangan karbon.
BAB IV Mengurai tentang campur tangan hutan dalam pelaksanaan konsep
perdagangan karbon, peran masyarakat internasional dalam pelestarian hutan dan perdagangan karbon, dan mengurai aspek
hukum kerjasama internasional terkait perdagangan karbon dalam upaya menanggulangi dampak pemanasan global menurut
persetujuan ERPA Emission Reduction Purchase Agreement. BAB V
Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan uraian pembahasan dan beberapa saran penulis yang mungkin
dapat bermanfaat.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG
PEMANASAN GLOBAL
A. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Bumi adalah tempat tumbuh dan berkembang berbagai spesies makhluk hidup termasuk manusia didalamnya. Alam dan makhluk hidup secara natural
membentuk keseimbangan, sinergi, homeostatis, rantai makanan, dan daur hidup. Segala sesuatunya berhubungan di alam dan saling melengkapi satu sama lain.
Namun, manusia kadang lalai bahwa bumi ini tidak dihuni sendiri oleh mereka, banyak spesies, flora dan fauna yang semuanya berbagi ruang kehidupan dengan
manusia.
22
Pemanasan global ditandai dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca Green House Gases. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang terdapat di
atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca pertama sekali ditemukan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier, seorang matematikawan dan
fisikawan Perancis pada tahun 1824.
23
Istilah efek rumah kaca awalnya diambil dari cara menanam yang digunakan petani di daerahnegara yang memiliki empat musim. Petani tersebut
menanam sayuran di dalam rumah kaca untuk menjaga suhu ruangan agar tetap hangat. Sinar matahari yang masuk dipantulkan oleh benda-benda permukaan
22
Kuncoro Sejati, Global Warming, Food, and Water Problems, Solutions, and The Changes of World Geopolitical Constellation Pemanasan global, Pangan, dan Air Masalah, Solusi, dan
Perubahan Konstelasi Geopolitik Dunia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2011. Hal 7.
23
“Jean Baptiste Joseph Fourier”, http:id.wikipedia.orgwikiJean_Baptiste_Joseph_Fourier, diakses pada 20 Oktober 2013.
Universitas Sumatera Utara
dalam rumah kaca tersebut, saat dipantulkan, sinar tersebut berubah menjadi energi panas berupa sinar inframerah, selanjutnya energi panas tersebut
terperangkap dalam rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara di luar yang dingin. Maka suhu dalam rumah kaca akan lebih tinggi daripada suhu di luar
rumah kaca.
24
Sama halnya dengan atmosfer bumi, fungsinya sama dengan rumah kaca yang digunakan oleh petani dalam becocok tanam. Menurut Protokol Kyoto,
Gas-gas rumah kaca tersebut terdiri dari : Carbon Dioxide CO
2
, Methane CH
4
, Nitrous Oxide
N
2
O, Sulphur Hexafluoride SF
6
, Hydro Fluoro Carbon HFC, Perfluorocarbon
PFC.
25
Gas rumah kaca sebenarnya sangat dibutuhkan oleh semua makhluk di bumi, karena tanpa gas rumah kaca maka bumi akan menjadi sangat dingin. Suhu
rata-rata bumi adalah 15° Celcius, bumi sebenarnya telah lebih panas 33° Celcius dari suhunya semula. Jika tidak ada gas rumah kaca, suhu bumi hanya -18°
Celcius sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi.
26
Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami, tetapi dapat juga timbul karena aktivitas manusia. gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang
mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau, dan sungai. Karbon dioksida CO
2
yang timbul dari berbagai proses alam seperti letusan vulkanik, pernapasan hewan dan manusia yang menghurup oksigen O
2
dan melepaskan karbon dioksida CO
2
, juga pembakaran material organik. Karbon dioksida
24
Abdul Razak, “Kajian Yuridis Carbon Trade dalam Penyelesaian Efek Rumah Kaca”, Makalah Etika dan Kebijakan Perundangan Lingkungan, Yogyakarta, Universitas Gajah
Mada, 2008. Hal 7-8.
25
“Protokol Kyoto”, Loc. Cit.
26
“Pemanasan Global”, Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap oleh tanaman untuk proses fotosintesis.
27
Matahari merupakan sumber energi bagi bumi. Sebagian besar energi tersebut adalah radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika
energi ini tiba di permukaan bumi, energi ini akan berubah dari energi cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi.
Permukaan bumi menyerap sebagian panas dan memantulkan sisanya ke luar angkasa. Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan
dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Sinar tampak adalah gelombang pendek, setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang
panjang yang berupa energi panas sinar inframerah, yang kita rasakan. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos
keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya komposisinya berlebihan. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke
angkasa stratosfer menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi troposfer atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang
cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu,
akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah
27
Abdul Razak, Kajian Yuridis Carbon Trade dalam Penyelesaian Efek Rumah Kaca, Op. Cit, hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.
28
Sumbangan gas rumah kaca juga diberikan oleh aktivitas internal bumi, juga aktivitas manusia. Aktivitas internal bumi ternyata menimbulkan dampak
terhadap bumi itu sendiri. Contoh proses vulkanik gunung berapi yang menyebabkan pemanasan global adalah letusan Gunung Krakatau yang terletak di
Selat Sunda yang terjadi pada 26-28 Agustus 1883. Letusan Gunung Krakatau sangat dahsyat. Gunung Krakatau yang pada mulanya merupakan pulau vulkanis
yakni Pulau Krakatau, pada tahun 1883 Pulau Krakatau terangkat ke atas menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, batu, pasir, dan debu, kemudian terlempar dengan
kekuatan yang sangat amat dahsyat mencapai ketinggian troposfer, bahkan sampai sangat mungkin sampai pada ketinggian stratosfer. Hal ini dikarenakan material
vulkanik tidak hanya jatuh di Selat Sunda tetapi sampai ke daerah-daerah lain. Bahkan debu abu vulkanik setelah berbulan-bulan masih menutupi atmosfer
Eropa. Konon, setelah lewat dari 6 bulan, sebagian debu abu vulkanik jatuh di daratan Eropa.
29
Pada saat debu abu vulkanik Krakatau melayang-layang di atmosfer, terjadilah lapisan “selimut abu” mengungkung bumi. Jadilah Pemanasan
global pada tahun 1883 yang disebabkan aktivitas internal bumi.
30
Sedangkan sumbangan gas rumah kaca akibat aktivitas manusia menurut hasil laporan Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC tahun 2007,
secara umum kontributor emisi gas rumah kaca ini dapat dibagi menjadi tujuh
28
Haneda, “Hubungan Efek Rumah Kaca Pemanasan global dan Perubahan Iklim”, 2004. Sebagaimana dimuat dalam http:www.scribd.comdoc137891172Efek-Rumah-Kaca-1, diakses
pada 5 November 2013.
29
Wisnu Arya Wardana, Dampak Pemanasan global, Op. Cit. Hal. 55-56.
30
Ibid. Hal. 59.
Universitas Sumatera Utara
kategori. Lebih dari seperempat emisi gas rumah kaca dihasilkan dari produksi listrik dan panas 26. Sementara itu kegiatan industri menyumbang seperlima
bagian 20. Proporsi yang hampir mirip jika dibandingkan dengan gabungan emisi transportasi 13 dan bangunan 8. Deforestasi atau penebangan hutan
di negara-negara berkembang juga menyumbanang hampir seperlima bagian 17. Kegiatan perkebunan, terutama yang menghasilkan gas metan methane
mewakili 13 emisi global, dan sampah yang juga menghasilkan gas metan hanya 3.
31
Perubahan iklim akibat pemanasan global global warming, pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi
fosilBBF Bahan Bakar Fosil.
32
Pengguna terbesarnya adalah negara-negara industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dan lain-
lain. Ini diakibatkan oleh pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negera- negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan. Untuk
negara-negara berkembang meski tidak besar, ikut juga berkontribusi dengan
31
Araund Bohre, Nick Eyre, dan Nicholas Howarth, Carbon Markets An International Bussiness Guide
, London, Earthscan, 2009, hal. 8.
32
Bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang terbentuk dari proses alam seperti dekomposisi anaerobik dari sisa-sisa organisme termasuk fitoplankton dan zooplankton yang
mengendap ke bagian bawah laut atau danau dalam jumlah besar, selama jutaan tahun. Bahan bakar fosil merupakan sumber daya tak terbarukan karena proses pembentukannya memerlukan
waktu jutaan tahun, sedangkan cadangan di alam habis jauh lebih cepat daripada proses pembentukannya. Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah penduduk dunia juga terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga peningkatan akan kebutuhan energi tidak dapat dihindarkan lagi. Saat ini, hampir semua kebutuhan energi yang manusia gunakan diperoleh dari
konversi sumber energi fosil, misalnya energi untuk pembangkit listrik, industri dan berbagai macam alat-alat transportasi. Lihat: Intisolar, “Dampak Pemakaian Energi Fosil”, sebagaimana
dimuat dalam: http:www.intisolar.comnewsdampak_pemakaian_energi_fosil.html, diakses pada 24 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
skenario pembangunan yang mengacu pada pertumbuhan. Memacu industrialisme dan meningkatnya pola konsumsi tentunya, meski tak setinggi negara utara.
33
Berdasarkan kronologis sejarah pemanasan global dimulai dari tahun 1841. Saat itu ilmuwan Jean Baptiste Joseph Fourier menulis tentang pemanasan
bumi di surat kabar “Milwaukee Sentinel and Wisconsin Farmer” pada 4 Desember 1841. Namun saat itu pemanasan bumi dianggap sebagai suatu
perkembangan positif bagi kehidupan manusia. Pada tahun 1894 mulai banyak tulisan di surat kabar yang memberitakan
tentang revolusi industri, seperti dimuat dalam “The Daily Mail North Western” dan di “The Daily Nebraska State Journal”.
34
Pada zaman ini peradaban manusia menemukan momentumnya ketika muncul revolusi industri yang ditandai dengan
penemuan mesin uap, lampu dan telepon. Manusia kemudian menciptakan mesin- mesin yang memudahkan hidupnya. Industrialisasi memberi banyak kebaikan
sehingga pertumbuhan populasi manusia mulai meningkat pesat. Namun para ilmuwan mencatat periode ini menjadi titik awal polusi lingkungan dan proses
industrialisasi.
35
33
“Efek Global Warming Terhadap Perubahan Iklim”, sebagaimana dimuat dalam http:www.alpensteel.comarticle108-230-pemanasan-global1589--efek-global-warming
-terhadap-perubahan-iklim, diakses pada 6 Januari 2013.
34
Divisi Penerbitan dan Dokumentasi PPLH Seloliman Malang Science Research Institution, Ada Apa Dengan Ozon?
, Mojokerto, Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup PPLH Seloliman, 2007, hal. 29.
35
Proses industrialisasi merupakan bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi. Dalam industrialisasi ada
perubahan filosofi manusia dimana manusia mengubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas tindakan didasarkan pada pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan.
Menurut para peneliti ada factor yang menjadi acuan industrialisasi, mulai dari lingkungan politik dan hukum yang menguntungkan untuk dunia industry dan perdagangan, bisa juga dengan sumber
daya alam yang beragam dan melimpah, dan juga sumber daya manusia yang cenderung rendah biaya, memiliki kemampuan, dan dapat beradaptasi dengan pekerjaannya. Sebagaimana dimuat
dalam “Industrialisasi”, http:id.wikipedia.orgwikiIndustrialisasi, diakses pada 24 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Mulai dari jaman revolusi industri, konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer telah meningkat
.
Peningkatan gas-gas ini menyebabkan kemampuan atmosfer untuk menahan panas menjadi lebih besar. Sulfat aerosol, yaitu polutan
udara yang umum ditemui, mendinginkan atmosfer dengan merefleksikan kembali radiasi cahaya dari matahari ke luar angkasa. Tetapi senyawa sulfat ini
mempunyai siklus umur yang pendek di atmosfer. Para ilmuwan berasumsi bahwa pembakaran dari bahan bakar fosil dan
beberapa aktivitas manusia yang memicu dan menjadi penyebab utama meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Respirasi dari tanaman
dan proses dekomposisi bahan organik melepaskan karbon diokasida sepuluh kali lebih banyak dari yang mampu dihasilkan oleh aktivitas manusia, tetapi selama
berabad-abad pelepasan karbon diokasida ini diimbangi dengan penyerapan karbon dioksida oleh vegetasi terestial dan laut. Keseimbangan ini terganggu
disebabkan adanya pelepasan tambahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Bahan Bakar Fosil BBF dibakar sebagai sumber energi untuk menggerakan
hampir seluruh peralatan manusia. Meningkatnya kegiatan agrikultural,
penggundulan hutan, dibukanya area kosong sebagai tempat pembuangan, produksi industri, dan pertambangan juga meningkatkan emisi dengan bagian
yang cukup signifikan.
36
Tahun 1913-1914 ilmuwan Swedia Laureate Svente Arrthenius memprediksi iklim bumi akan memanas secara perlahan. Seperti dikutip dalam
36
Forum Hijau Indonesia, “Menyingkap Kebenaran Pemanasan Global”, 2012, sebagaimana dimuat dalam https:www.facebook.comForumHijauIndonesiaposts321688517922252,
diakses padaAgustus 2013.
Universitas Sumatera Utara
Washington Post tanggal 23 Maret 1913, Arrhenius memprediksi perubahan ini
akan terjadi ribuan tahun yang akan datang. Tahun 1949-1950 seorang peneliti bernama GS Callendar menulis di
Koran “The Nebraska State Journal” pada tanggal 23 Oktober 1949, bahwa efek gas rumah kaca adalah diakibatkan oleh ulah manusia. Respon dari para ilmuwan
saat itu adalah mengembangkan cara baru untuk mengukur iklim bumi. Tahun 1950-1970 pengembangan teknologi baru membawa kekhawatiran
lebih besar tentang pemanasan global dan efek rumah kaca. Sejumlah studi menunjukkan tingkat karbon dioksida di atmosfir terus meningkat setiap tahunnya
dan sarat tentang bahaya polusipun semakin meningkat.
37
Manusia telah mulai menyadari masalah pemanasan global ini merupakan masalah global yang perlu dibicarakan secara serius di tingkat internasional.
Tahun 1972 dilaksanakan konfrensi lingkungan hidup pertama di Stockholm, Swedia. Pada pertemuan ini menghasilkan pendirian United Nations Environment
Programme UNEP,
38
Maurice Strong dari Kanada mengetuai konferensi dan akan ditunjuk sebagai Direktur Eksekutif UNEP yang pertama.
39
Pertemuan lingkungan hidup ini lah yang menjadi cikal bakal pertemuan- pertemuan selanjutnya untuk membahas masalah lingkungan global terutama
37
Divisi Penerbitan dan Dokumentasi PPLH Seloliman Malang Science Research Institution, Ada Apa Dengan Ozon?
, Op. Cit. Hal. 29-31.
38
UNEP merupakan organisasi utama PBB di bidang lingkungan hidup, yang pada dasarnya melakukan pemantauan dan penelitian secara ilmiah pada tingkat global dan regional serta
memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah. UNEP juga melakukan kemitraan dan dukungan kapasitas pada tingkat nasional dengan tujuan untuk mengangkat isu lingkungan dalam
pembangunan. Baca: Ella Syafputri, “Indonesia Usul UNEP Diperkuat”, 2013, sebagaimana dimuat dalam http:www.antaranews.comberita359758indonesia-usul-unep-diperkuat, diakses
pada 3 Januari 2014.
39
Fitria, “Kejadian Penting Perlindungan Lingkungan Dunia 1945 – 2002”, 2013, sebagaimana dimuat dalam http:lingkungan.net201304kejadian-penting-perlindungan-lingkungan-dunia-
1945-2002, diakses pada 3 Januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
masalah pemanasan global. Bagian ini hanya membahas sejarah pemanasan global. Sedangkan konferensi-konferensi internasional terkait pemanasan global
secara rinci akan dibahas pada bagian selanjutnya.
B. Dampak Pemanasan Global dan Upaya Internasional Dalam