79
BAB IV ASPEK HUKUM KERJASAMA INTERNASIONAL TERKAIT
PERDAGANGAN KARBON DALAM UPAYA MENANGGULANGI DAMPAK PEMANASAN GLOBAL MENURUT ERPA
EMISSION REDUCTION PURCHASE AGREEMENT
A. Peran Hutan Dalam Perdagangan Karbon
Hutan dikenal sebagai paru-paru dunia karena fungsi hutan sebagai penyerap buangan atau emisi yang dikeluarkan dari aktivitas makhluk hidup
secara keseluruhan yakni CO
2
, sehingga keseimbangan dapat terjaga. Berkaitan dengan fungsi hutan tersebut, muncul paradigma baru akan manfaat hutan yang
berperan dalam penyimpanan karbon. Biomas pohon dan vegetasi hutan berisi cadangan karbon yang sangat besar yang dapat memberikan keseimbangan siklus
karbon bagi keperluan seluruh makhluk hidup di muka bumi.
147
Pengelolaan hutan dalam upaya penurunan emisi karbon menjadi suatu proyek CDM yang dapat dipasarkan dengan menjual penyerapan CO
2
dalam jutaan ton pertahun. Kriteria hutan yang dapat dipromosikan dalam
pengembangan proyek CDM adalah: a.
Hutan tanaman tidak diproduksi b.
Lahan kosong yang dihutankan kembali
147
Abdul Razak, Kelayakan Kompensasi yang Ditawarkan Dalam Perdagangan Karbon, Op. Cit.
Hal. 3-4.
Universitas Sumatera Utara
c. Areal yang ditanami dan belum pernah menjadi hutan 50 tahun
sebelumnya.
148
Hutan Lindung Kawasan Suaka Marga Satwa dan Suaka Alam serta Taman Nasional tidak termasuk dalam proyek CDM karena kawasan tersebut
memiliki fungsi khusus yang memang harus tetap dipertahankan dalam perlindungan tata air, dan biodiversity lainnya. Permasalahan yang menjadi bahan
pertimbangan dalam hal hutan menjadi objek bisnis karbon adalah potensi kebocoran leakage yang disebabkan oleh illegal logging, perambahan, maupun
perubahan status kawasan.
149
Analisis biaya untuk membangun dan mengelola hutan tanaman harus dilakukan secara komprehensif, artinya nilai ekonomi dan keberadaan suatu hutan
tanaman harus menghitung semua manfaat yang mungkin diperoleh dalam suatu periode tertentu, dalam hal ini termasuk manfaat kayu pada akhir daur, manfaat
penyerapan karbon selama proses pertumbuhan, manfaat sebagai pengatur tata air dalam suatu daerah aliran sungai, dan manfaat lainnya yang dapat dihitung seperti
wisata alam, wisata berburu, dan lain-lain. Berkaitan dengan perdagangan karbon, maka manfaat yang mungkin
dihitung dan dikombinasikan adalah manfaat kayu pada akhir daur dan manfaat penyerapan karbon selama masa pertumbuhan sampai masa tebang. Dalam hal ini
pernjualan penyerapan karbon merupakan pendapatan tambahacn bagi pengelola selain hasil kayu pada akhir daur. Jika pendapatan dari kayu hanya akan diperoleh
148
Ja Posman Napitu, “Sistem Pengelolaan Hutan Upaya Penurunan Emisi Karbon Pengembangan Proyek CDM”,
Yogyakarta, 2007, sebagaimana dimuat dalam forestindonesia.files.wordpress.com200801pedagangan-karbon.pdf. Hal. 7, diunduh pada 31
Januari 2014.
149
Ja Posman Napitu , Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
pada saat pohon ditebang, maka mafaat penjualan karbon dapat diperoleh setelah katbon disertifikasi yang waktunya dapat dinegosiasikan antara penjual dan
pembeli, apakah setelah pohon ditanam secara periodik dengan memberikan bukti di lapangan bahwa pohon tumbuh dengan baik dan didukung oleh pencatatan serta
data pertumbuhan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
150
Karbon di kawasan hutan menjadi komoditas yang sangat bernilai sehingga menjadi property yang membutuhkan kejelasan siapa saja pemegang
hak-hak atas karbon. Sementara itu karena karbon sebagai property berada di kawasan hutan, maka pada prakteknya hak hak karbon sering kali dikaitkan
dengan hak hak atas hutan, artinya untuk menentukan siapa saja pemegang hak atas karbon dibutuhkan adanya kepastian terhadap hak-hak atas hutan. Dengan
demikian hak-hak atas hutan harus terlebih dahulu terselesaikan sebelum menentukan hak-hak atas karbon.
151
Batasan pengaturan mengenai hak-hak atas karbon adalah kebijakan dari peraturan perundang-undangan masing-masing
negara serta hukum internasional. Negara dapat membentuk kebijakan mengenai carbon property rights
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan kesepakatan internasional.
152
Negara-negara yang umumnya memiliki kawasan hutan tropis yang cukup luas adalah negara-negara berkembang. Namun kini wilayah hutan di negara-
negara berkembang tersebut banyak berkurang. Secara global, menurut organisasi PBB untuk pangan dan pertanian FAO diperkirakan belasan juta hektar hutan
tropis hilang setiap tahunnya. Keadaan ini melepaskan CO
2
dalam jumlah yang
150
Ibid. Hal. 9.
151
Feby Ivalerina, Loc. Cit.
152
Ibid. Hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
sangat besar yang diperkirakan mencapai sekitar 18 dari total emisi gas rumah kaca buatan manusia. Seperti yang telah ditunjukkan oleh Sir Nicholas Stern,
strategi baru mitigasi perubahan iklim perlu memasukkan pencegahan deforestasi dan aksi untuk melindungi wilayah hutan alam yang tersisa sangat dibutuhkan
segera. Diperkirakan bahwa pencegahan deforestasi dapat menjadi cara yang termurah dan tercepat dalam mengurangi emisi gas rumah kaca buatan
manusia.
153
Setelah puluhan tahun kegagalan masyarakat internasional mengatasi hilangnya hutan tropis, terdapat usaha baru yang merancang sebuah pasar untuk
mengganti kerugian negara-negara untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan REDD disambut sangat baik, seperti Protokol Kyoto, yang
menetapkan target mengikat untuk mengurangi emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca di negara-negara industri, sampai tahun 2012. REDD ditetapkan
sebagai bagian dari agenda pasar karbon standar internasional.
154
Emisi dari deforestasi melebihi jumlah emisi penggabungan, yang dihasilkan dari transportasi dan penerbangan. Menurut Stern Review, dengan
mengurangi deforestasi, hal ini merupakan kesempatan terbesar untuk pembiayaan lebih efektif dan pengurangan emisi lebih cepat. Ini merupakan
tempat REDD atau yang dikenal dengan Reducing Emissions from Deforestation and Degradation
sebagai kerangka pemikiran internasional dalam menghentikan deforestasi. Selain itu, mekanisme ini dapat membantu memerangi kemiskinan
153
Paul Leach, Karbon Gagal? Dampak Potensial Dari Kredit Pencegahan Deforestasi Dalam Mekanisme Perdagangan Emisi
, Jakarta, The Rainforest Foundation, 2008. Hal. 5.
154
“Pasar Karbon”, http:forestclimatecenter.orgguidance.php?cnt=internationallang=Indo nesiamID=19cID=59, diakses pada 14 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
sambil melestarikan keanekaragaman hayati dan mempertahankan pelayanan ekosistem yang vital.
155
Pendukung terkuat skema pengurangan emisi melalui pencegahan deforestasi REDD selama ini adalah koalisi negara-negara hutan tropis yang
terdiri dari 15 negara termasuk Papua New Guinea, Republik Demokratik Kongo, dan Bolivia. Negara-negara tersebut yang akan mendapatkan kredit untuk
perlindungan hutan mereka. Ketika disetujui, karbon kredit tersebut selanjutnya dapat dijual melalui pasar karbon ke negara industri lain untuk dapat memenuhi
target pengurangan emisi negara industri tersebut. Selanjutnya uang yang diterima dari penjualan karbon kredit tersebut kemudian digunakan untuk mengompensasi
bagi keuntungan yang hilang daripada megeksploitasi hutan tersebut.
156
Saat ini negara maju sudah bekerja sama dengan bank-bank multilateral untuk membantu negara berkembang dalam penekanan emisi dari deforestasi dan
reforestasi. Negara maju sudah banyak melakukan dan telah menyediakan dana yang cukup besar dalam melakukan Reducing Emissions From Deforestation and
Forest Degradation Developing Countries melalui kerjasama bilateral.
157
Hasil penelitian National Strategy Study NSS CDM kehutanan menunjukkan bahwa potensi sektor kehutanan dalam menyerap pasar karbon
global cukup besar karena harga karbon dari proyek kehutanan lebih murah dibandingkan sektor energi. Namun CER yang dihasilkan dari CDM kehutanan
155
“Kebijakan UNFCCC dan REDD+ di Indonesia”, http:forestclimatecenter.orgguidance_de sc.php?cnt=internationallang=IndonesiamID=15swID=15, diakses pada 14 Februari 2014.
156
Paul Leach, Karbon Gagal? Dampak Potensial Dari Kredit Pencegahan Deforestasi Dalam Mekanisme Perdagangan Emisi
, Op. Cit. Hal. 7.
157
Siti, Khairunissa, Analisis Yuridis Atas Penerapan Carbon Trading Dalam Prepektif Protokol Kyoto dan REDD+ Untuk Kawasan Hutan Di Indonesia,Op. Cit.
Hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
ini sifatnya non-permanent. Hal ini dikarenakan dalam CDM kehutanan, bahkan selama usia proyek pun, karbon yang diserap masih mungkin terlepas ke atmosfer
dan pada akhirnya upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca tidak tercapai. Lepasnya karbon ke atmosfer dalam CDM Kehutanan dapat disebabkan oleh
penebangan, kebakaran hutan maupun serangan hama penyakit. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dari CDM Kehutanan adalah besarnya ketidakpastian yang
ada. Ketidakpastian ini terutama dalam hal perhitungan measurement uncertainity
dan dalam hal menentukan parameter yang terkait dengan CDM Kehutanan.
158
Kegiatan CDM harus memberi dampak positif bagi masyarakat yang berada disekitar daerah kegiatan proyek CDM terutama dari sigi sosial dan
ekonomi. CDM kehutanan memiliki potensi yang tinggi dalam memberikan dampak negatif terhadap masyarakat sekitar, terutama masyarakat yang
bergantung pada sektor kehutanan. Keberadaan proyek CDM tidak boleh memicu ataupun meningkatkan konflik sosial disekitarnya dan pada saat yang bersamaan
keberadaan CDM kehutanan harus mendukung pemanfaatan sumber alam secara berkelanjutan. Dampak positif bagi masyarakat berkaitan erat dengan tujuan CDM
bagi negara berkembang, yaitu membantu negara berkembang dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya yang berkelanjutan.
159
Dalam perdagangan karbon, CDM memiliki cakupan yang lebih luas daripada REDD. Hal ini dikarenakan proyek CDM mencakup sektor energi dan
158
FL Fernando Simanjuntak, Mekanisme Pembangunan Bersih Clean Development Mechanism Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto,
Medan, Tesis Magister Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009. Hal. 124.
159
Ibid. Hal. 126.
Universitas Sumatera Utara
sektor kehutanan, maka proyek CDM membuka kemungkinan yang luas dalam mengurangi dan mencegah emisi gas rumah kaca. Sedangkan REDD hanya
mencakup sektor kehutanan saja dengan mengurangi emisi melalui penekanan deforestasi dan degradasi hutan.
B. Peran Masyarakat Internasional dalam Pelestarian Hutan dan