D. Keaslian Penulisan
Adapun skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Konsep Perdagangan Karbon Sebagai International Collaborative Dalam Upaya
Penyelamatan Dunia Dari Pemanasan Global” merupakan tulisan yang masih
baru dan belum ada tulisan lain dalam bentuk skripsi yang membahas mengenai masalah ini. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari Perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah dikemukakan dan permasalahan yang diajukan juga belum pernah diteliti. Maka
penulisan skripsi ini masih orisinil dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Pemanasan global dalam bahasa inggris disebut dengan Global Warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer laut dan daratan bumi.
14
Pemanasan global sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca Green House
Gases GHG yang ada di atmosfer bumi. Hal ini dikemukakan oleh Panel Antar
Pemerintah mengenai Perubahan Iklim Intergovernmental Panel on Climate ChangeIPCC
bahwa sebagian besar manusia di Bumi bertanggung jawab atas pemanasan global yang terjadi. Menurut laporan Panel Antar Pemerintah
mengenai perubahan iklim Intergovernmental Panel on Climate ChangeIPCC didapati bahwa konsentrasi gas rumah kaca Green House Gases meningkat,
14
“Pemanasan Global”, dalam http:id.wikipedia.orgwikiPemanasan_global, diakses pada 29 September 2013.
Universitas Sumatera Utara
atmosfer dan laut menghangat, rata-rata permukaan laut dunia telah meningkat, dan es dan salju di kutub utara maupun selatan telah berkurang.
Menurut Paulus Agus Winarso perubahan iklim global adalah perubahan unsur-unsur iklim suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin,dan sebagainya
secara global terhadap normalnya. Ini bisa terjadi karena efek alami. Namun, saat ini yang terjadi adalah perubahan iklim akibat kegiatan manusia. Perubahan iklim
terjadi akibat peningkatan suhu udara yang berpengaruh terhadap kondisi parameter iklim lainnya. Perubahan iklim mencakup perubahan dalam tekanan
udara, arah dan kecepatan angin, dan curah hujan.
15
Panel Antar Pemerintah mengenai Perubahan Iklim Intergovernmental Panel on Climate ChangeIPCC
diberi tanggungjawab untuk melakukan penilaian terhadap situasi tentang iklim, sistem iklim, perubahan iklim,
lingkungan, dampak sosial maupun dampak ekonomi dari perubahan iklim, juga strategi yang memungkinkan dilakukan untuk menangani masalah perubahan
iklim. Berdasarkan laporan IPCC mengenai perubahan iklim serta tekanan publik internasional mendorong PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk The
Intergovernmental Negotiating Committee for a Framework Convention on Climate Change
INCFCCC yang merupakan wadah tunggal dalam proses negosisasi yang dilakukan antar pemerintah dibawah naungan Majelis Umum
15
Hery Purnobasuki, “Perubahan Iklim Global”, 2012. Dimuat dalam http:herypurba- fst.web.unair.ac.idartikel_detail-41623-Umum-PERUBAHAN20IKLIM20GLOBAL.html,
di akses pada 29 September 2013.
Universitas Sumatera Utara
PBB untuk membentuk kerangka kerja perubahan iklim yang selanjutnya disebut The United Nations Framework Convention on Climate Change
UNFCCC.
16
Kelanjutan dari The United Nations Framework Convention on Climate Change
UNFCCC adalah dibentuknya Protokol Kyoto Kyoto Protocol to the United Nation Framework Convention on Climate Change
yang merupakan amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang perubahan iklim
UNFCCC, sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi
emisi atau pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerjasama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga atau menambah emisi
gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
17
Dalam Protokol Kyoto
18
terdapat tiga mekanisme yang diatur untuk menurunkan kadar emisi gas rumah kaca Green House Gases yang
menyebabkan terjadinya perubahan iklim yaitu: Joint Implementation, Clean Development Mechanism,
dan Emmision Trading. Program penanggulangan perubahan iklim dengan cara Joint Implementation, atau Emission Trading dapat
dilakukan oleh negara-negara maju. Sementara Clean Development Mechanism CDM yaitu mekanisme pembangunan bersih berdasarkan win win solution
16
Bernadinus Steni, “Sejarah Konvensi Perubahan Iklim”, 2011. dimuat dalam http: reddandrightsindonesia.wordpress.com20110317sejarah-konvensi-perubahan -iklim-
bernad-steni, diakses pada 30September 2013.
17
“Protokol Kyoto”, sebagaimana dimuat dalam http: id.wikipedia.orgwikiProtokol_Kyoto, diakses pada 30 September 2013.
18
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim UNFCCC, sebuah
persetujuan internasional mengenaipemanasan global.
Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisipengeluaran
karbon dioksida dan lima
gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama
dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. “Protokol Kyoto”, Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
antara negara maju dan negara berkembang. Pada mekanisme CDM negara maju dapat berinvestasi di negara berkembang dalam proyek yang dapat mengurangi
emisi gas rumah kaca.
19
Perdagangan karbon yang merupakan bagian dari Clean Development Mechanism
CDM adalah mekanisme berbasis pasar untuk membantu membatasi peningkatan CO
2
di atmosfer.
20
Pemilik industri yang menghasilkan CO
2
ke atmosfer memiliki ketertarikan atau diwajibkan oleh hukum untuk
menyeimbangkan emisi yang mereka keluarkan melalui mekanisme sekuestrasi karbon penyimpanan karbon. Pemilik yang mengelola hutan atau lahan
pertanian bisa menjual kredit karbon berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan, atau bisa juga pengelola industri yang
mengurangi emisi karbon dengan menjual emisi yang telah dikurangi kepada emitor lain.
Perjanjian jual beli dalam proyek pengurangan emisi tersertifikasi perdagangan karbon yang dibuat antara penjual dan pembeli biasa disebut
Emission Reduction Purchase Agreement ERPA. Kontrak ini diperlukan karena
ERPA mengatur hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak, landasan hukum bagi pelaksanaan proyek, serta mengatur penyelesaian perselisihan. Dalam ERPA
dicantumkan sejumlah klausula, seperti para pihak yang terdiri atas penjual, pembeli, pihak pelaksana proyek, otoritas atau regulator. Klausula ERPA juga
memuat definisi, yaitu keterangan rinci kegiatan yang akan menjadi objek dalam ERPA, kuantitas CER Certified Emission Reduction, validitas kepemilikan,
19
Wisnu Arya Wardana, Dampak Pemanasan global, Op. Cit, Hal. 12.
20
“Perdagangan Karbon”, Dimuat dalam http: id.wikipedia.orgwikiPerdagangan_Karbon, Diakses pada 1 September 2013.
Universitas Sumatera Utara
pengiriman, kegagalan dalam pengiriman, harga dan cara pembayaran, serta pernyataan dan jaminan.
21
F. Metode Penelitian