50
BAB III PERANGKAT HUKUM INTERNASIONAL MENGATUR TENTANG
PERDAGANGAN KARBON
A. Konsep Perdagangan Karbon Secara Umum
Karbon kredit adalah istilah umum untuk sertifikat yang dapat diperdagangkan atau ijinhak untuk mengemisikan satu ton karbon dioksida atau
massa lain gas rumah kaca yang setara dengan satu ton karbon dioksida.
82
Karbon kredit merupakan komoditas yang dapat diperjualbelikan. Secara umum
komoditas merupakan suatu produk yang diperdagangkan. Komoditas ini memiliki suatu karakteristik yaitu harga yang berlaku adalah hasil dari permintaan
dan penawaran yang terjadi terhadap suatu komoditas tersebut dan bukan ditentukan dari penyalur ataupun penjual komoditas tersebut dan harga tersebut
juga berdasarkan perhitungan harga masing-masing pelaku komoditas. Pada awalnya, dunia tidak mengenal karbon kredit sebagai sebuah
komoditas. Namun dengan adanya perkembangan zaman dan mencuatnya isu perubahan iklim yang pada akhirnya memunculkan Mekanisme Fleksibel dalam
Protokol Kyoto, karbon kredit kemudian menjadi sesuatu yang diperjualbelikan sebagai sebuah komoditas. Perubahan status karbon kredit yang tadinya bukan
82
Lebih lanjut The Collins English Dictionary defines a carbon credit as a certificate showing that a government or company has paid to have a certain amount of carbon dioxide removed from
the environment. The Environment Protection Authority of Victoria defines a carbon credit as a generic term to assign a value to a reduction or offset of greenhouse gas emissions, usually
equivalent to one tonne of carbon dioxide equivalent CO2-e. The Investopedia Inc investment dictionary defines a carbon credit as a permit that allows the holder to emit one ton of carbon
dioxid which can be traded in the international market at their current market price
. Lihat lebih lanjut: “Carbon Credit”, sebagaimana dimuat dalam http:en.wikipedia.orgwikiCarbon_credit,
diakses pada 24 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
merupakan komoditas ini dinamakan dengan istilah komodifikasi. Karbon kredit yang sebelumnya bukanlah merupakan sesuatu yang diperjualbelikan, kini telah
diperdagangkan dalam pasar karbon.
83
Pedagangan karbon baru dikenal secara luas melalui Protokol Kyoto tahun 1997. Sebenarnya konsep perdagangan karbon kredit dalam lingkup pengertian
sebagai Emission Trading telah dikenal sejak tahun 1967 dan 1970 diawali dengan pertama kali didemonstrasikannya konsep Cap and Trade
84
dalam kajian mikro ekonomi dalam simulasi komputer sebagai cara untuk menekan terjadinya
polusi udara di Amerika dan terus dikembangkan sampai mekanisme ini diadopsi dalam peraturan tentang udara bersih oleh Kementrian Lingkungan Hidup
Amerika US Environmental Protection Agency.
85
Keberhasilan penerapan sistem cap and trade di Amerika inilah yang menjadi salah satu alasanlatar belakang dimasukkannya konsep karbon kredit ini
dalam Protokol Kyoto. Namun, Amerika sendiri menolak untuk ikut ambil bagian dalam Protokol Kyoto padahal pasar karbon Amerika merupakan salah satu pasar
karbon terbesar di dunia, sehingga perdagangan karbon yang mereka lakukan adalah perdagangan karbon diluar ketentuan Protokol Kyoto non-Protokol
Kyoto.
83
Aditya Ramandika, Perjanjian Jual Beli Karbon Kredit Pada Skema Clean Development Mechanism Dalam Prespektif Hukum Perdata Indonesia,
Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2013, Hal 96.
84
Cap and Trade adalah sistem regulasi ganda dimana cap adalah batas emisi yang ditentukan oleh pemerintah dan trade adalah pasar yang diciptakan oleh pemerintah untuk melakukan jual-
beli kredit gas rumah kaca. Perusahaan yang mengemisikan gas rumah kaca kurang dari yang ditentukan dapat menjual kreditnya kepada perusahaan lain yang mengemisikan lebih besar
daripada ketentuan. Sebagaimana dimuat dalam http:www.satgasreddplus.orgtentang- reddkamus-redd, diakses pada 23 Januari 2014.
85
Institute for Global Environmental Srategis, Panduan Kegiatan MBP di Indonesia, Bogor, IGES, 2006. Hal. 25.
Universitas Sumatera Utara
Tabel berikut menampilkan kronologi konvensi-konvensi internasional yang terkait isu emisi karbon dimulai dari tahun 1985-2012:
86
Tabel 3.1.
Kronologi Konvensi-Konvensi Internasional Yang Terkait Isu Emisi Karbon Mulai Dari Tahun 1985-2012
Tahun Keterangan 1985
Vienna Convention for the Protecion of the Ozone Layer, The Antartic ‘ozone hole’ confirmed
1986 Chernobyl nuclear disaster
1987 Brundtland Commission Report
1988 Establishment of the Intergovenrmental Panel on Climate Change IPCC
1989 Basel Convention on The Transboundary Movementof Hazardous Wastes
1991 Madrid Protocol to The Antartic Treaty on Environmental Protection
1992 United Nations Conference on Enviromrnt and Development UNCED held
at Rio de Janeiro. Publication on the Rio Declaration and Agneda 21. United Nations for Conventions on Climate Change UNFCCC and Convention on
Biological Diversity CBD both signed Establishment of Commission on Sustainable Development CSD
1995 World Trade Organization WTO founded
1997 Kyoto Protocol to the UNFCCC
1998 Rotterdam Convention on Hazardous Chemicals and Pesticides Aarhus
Convention on Access to information, Public Participation in Decision- making and access to Justice in Envirnmental Matters
2000 Cartagena Protocol on Biosafety Millennium Development Goals set out.
2001 US President Bush revokes signature of the Kyoto Protocol
2002 World Summit on Sustainable Development WSSD, Johannersburg.
Johannersburg Plan of Implementation 2005
Entry into force of the Kyoto Protocol and introduction of the first international emmissions trading system by the European Union
2006 Entry into force of the Kyoto Protocol and introduction of the first
international emmissions trading system by the European Union 2007
Fourth Assessment Report of the IPCC 2008
Fisrt Commitment Period of Kyoto begins 2010
Cancun Agreements 2012
Doha Climate Gateway Sumber: John Baylis, Steve Smith, Patricia Owens 2008, http:unfccc.intresourcedocs2010cop
16eng07a01.pdf,
http:id.wikipedia.orgwikiKonferensi_Perubahan_Iklim_Perserikatan_Bang sa-Bangsa_2012.
86
Kusnandar Prijadikusuma, Posisi Indonesia Dalam Perdagangan Karbon Internasional Mekanisme Pembangunan Bersih
, Magister Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Depok, 2012. Hal. 29-30.
Universitas Sumatera Utara
Seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya, Protokol Kyoto membentuk Flexible Mechanism Mekanisme Fleksibel sebagai upaya penurunan
emisi gas rumah kaca di atmosfer. Clean Development Mechanism CDM adalah salah satu cara sebagai perwujudan komitmen penurunan emisi selain Emission
Trading dan Joint Implementation yang juga tedapat dalam Mekanisme Fleksibel
Protokol Kyoto. CDM satu-satunya mekanisme kerjasama antara negara Annex I dengan negara non-Annex I dalam upaya mencapai target pengurangan emisi gas
rumah kaca yang harus dipenuhi oleh negara-negara Annex I.
87
Dalam mekanisme ini, negara Annex I berinvestasi di negara non-Annex I untuk proyek-proyek yang
menghasilkan Pengurangan Emisi yang Tersertifikasi Certified Emission Reduction
CER.
88
CDM merupakan kerangka multilateral yang memungkinkan negara maju melakukan investasi di negara berkembang untuk mencapat target penurunan
emisinya. Sementara itu negara berkembang berkepentingan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan tujuan utama UNFCCC. Berbeda dengan
Emission Trading dan Joint Implementation, CDM melahirkan unit tambahan
yang dapat menaikkan level emisi yang diperbolehkan untuk negara Annex I.
89
CDM memiliki poin strategis dibandingkan dengan dua mekanisme fleksibel Protokol Kyoto lainnya. Pertama, faktor biaya yang lebih murah. Kedua,
87
Dayita, Putri K, Loc.Cit.
88
CER adalah sertifikasi penurunan emisi gas rumah kaca yang dilakukan melalui proyek CDM di bawah Protokol Kyoto. Unit satuan dalam CER adalah 1 metrik ton. CER dikeluarkan
untuk mengurangi emisi dari aktivitas CDM. CER ini bisa dialihkan kepada negara-negara maju yang membutuhkannya dengan harga tertentu. Sebagaimana dimuat dalam Machfudh, Istilah-
Istilah Dalam, REDD+ dan Perubahan Iklim, Jakarta, Kemenhut RI, 2012. Hal. 20.
89
Jean Charles Bancal, dan Julia Kalfon, The Institutional and Contractual Instruments of Kyoto’s Clean Development Mechanism,
International Bussiness Law Journal, 2009. Hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
kredit yang dihasilkan oleh CDM mulai diperhitungkan sejak tahun 2000 dan dapat digunakan sebagai pemenuhan kewajiban reduksi emisi pada periode
pertama atau disimpan untuk memenuhi komitmen reduksi emisi pada periode selanjutnya. CDM dinilai sebagai salah satu mekanisme yang memiliki bagian
terbesar untuk digunakan dalam upaya reduksi emisi.
90
Dalam pelaksanaan CDM terdapat lembaga internasional dan nasional. Lembaga-lembaga tersebut antara lain:
a. Conference of Meeting Parties
CMP Conference of Meeting Parties
CMP adalah konferensi para pihak yang meratifikasi Protokol Kyoto. CMP melakukan pertemuan tahunan pada waktu
yang sama dengan CoP. Para pihak Konvensi Perubahan Iklim yang tidak menjadi para pihak dalam Protokol Kyoto dapat berpartisipasi dalam CMP sebagai
observer pengamat tetapi tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan.
91
CMP merupakan pembuat keputusan tertinggi mengenai CDM. Badan ini memiliki kewenangan memberikan arahan kepada Executive Board melalui
penerapan keputusan dan resolusi yang dipublikasikan dalam laporan CMP. Keputusan-keputusan CMP menguraikan tujuan dan arahan pelaksanaan CDM.
Keputusan-keputusan CMP diperlakukan sebagai instruksi persyaratan atau peraturan wajib yang dimaksudkan untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan
90
Frank Jotzo, dan Alex Michaelowa, Estimating The CDM Market Under The Bonn Agreement,
Hamburg, Hamburg Institute of International Economic, 2002. Hal. 26.
91
Bernadinus Steni, Perubahan Iklim, REDD, dan Perdebatan Hak: Dari Bali Sampai Copenhagen, Op. Cit.
Hal 24.
Universitas Sumatera Utara
Protokol Kyoto. Keputusan tersebut dapat berdasarkan rekomendasi yang dibuat oleh EB berdasarkan aturan prosedurnya.
92
b. Dewan Eksekutif CDM CDM Executive BoardEB
CDM Executive Board EB beranggotakan sepuluh orang yakni mewakili kelompok regional PBB 5 orang, mewakili negara Annex I yang telah
meratifikasi Protokol Kyoto 2 orang, mewakili negara non-Annex I yang telah meratifikasi Protokol Kyoto 2 orang, dan mewakili negara-negara kepulauan
kecilAOSIS 1 orang. Keanggotaan EB berlaku selama dua tahun dan dapat dipilih maksimum untuk dua periode berturut-turut.
93
EB bertugas mengatur dan mengawasi pelaksanaan CDM seluruh dunia dan bertanggungjawab kepada CoPCMP. Tugas utama dewan ini adalah untuk
menerima secara formal pengajuan proyek CDM hingga menerbitkan CER.
94
Keputusan-keputusan EB harus sejalan dengan dan mendukung keputusan- keputusan CMP serta bersifat hierarkis dan dipublikasikan dalam laporan dan
lampiran laporan EB.
95
c. Otoritas Nasional Designeated National AuthorityDNA
Negara yang terlibat dalam CDM harus membentuk sebuah otoritas Nasional untuk CDM. Peserta proyek harus mendapatkan persetujuan tertulis atas
keikutsertaan yang bersifat sukarela dari otoritas nasional Designeated National
92
Erna Meike Naibaho, Tinjauan Hukum Dalam Perdagangan Karbon Kredit. Op. Cit. Hal. 36.
93
Chandra Panjiwibowo, Mencari Pohon Uang: CDM Kehutanan di Indonesia. Jakarta, Pelangi, 2003. Hal. 24.
94
Syahrina D Anggraini, CDM dalam Bagan, Jakarta, Institute for Global Environmental Strategies, 2011. Hal. 9.
95
Erna Meike Naibaho, Tinjauan Hukum Dalam Perdagangan Karbon Kredit. Op. Cit. Hal. 37.
Universitas Sumatera Utara
Authority DNA negara-negara yang terlibat termasuk negara tuan rumah.
Persetujuan tertulis tersebut mencakup konfirmasi dari negara tuan rumah bahwa aktivitas proyek telah memenuhi kriteria pembangunan berkelanjutan. Rincian
prosedur persetujuan tergantung pada masing-masing negara.
96
DNA di Indonesia dibentuk dengan nama Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih
Komnas MPB.
97
d. Entitas Operasional Designated Operational EntityDOE
Designated Operational Entity DOE dalam CDM, dapat berupa badan
hukum lokal maupun organisasi internasional yang telah terakreditasi dan ditunjuk berdasarkan ketetapan EB, hingga dikonfirmasi oleh CMP. DOE
memvalidasi dan selanjutnya mengajukan permohonan registrasi sebuah proyek CDM. Setelah validasi, DOE juga akan melakukan verifikasi terhadap reduksi
emisi proyek CDM yang telah diregistrasi, dan memberikan sertifikat dan meminta EB untuk menerbitkan CER.
98
e. Panel dan Kelompok Kerja Working Group-WG
EB dapat membentuk komite panel maupun kelompok kerja untuk membantu dalam menjalankan fungsinya. EB akan merekrut pakar yang
diperlukan untuk menjalankan fungsinya, termasuk dari daftar pakar UNFCCC.
96
Ibid. Hal. 36.
97
Emilia Shinta, Komitmen Indonesia dalam Menjalankan Klausul Clean Development Mechanism 2005-2007
, Skripsi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta, 2009. Hal. 60.
98
Syahrina D Anggraini, CDM dalam Bagan, Op. Cit. Hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks ini, EB akan mempertimbangkan keseimbangan komposisi regional.
99
Dalam perdagangan atau pasar karbon
100
tentu ada permintaan dan penawaran. Permintaannya adalah kapasitas suatu kawasan hutan tanaman
berkayu atau hamparan pepohonan yang mampu menyerap jatah karbon yang dihasilkan oleh suatu negara atau suatu industri. Suatu negara atau suatu industri
memiliki batas dalam menghasilkan polusi karbon. Jika polusi karbon melampaui batas yang diperbolehkan maka kelebihan polusi karbon dapat diserap oleh
pohon-pohon di negara tersebut atau di negara lain yang ditanam perusahaan atau perorangan.
101
Menjual atau membeli karbon sedikit berbeda dengan menjual atau membeli barang yang jelas kepemilikannya dan keberadaannya. Dalam
perundingan untuk perdagangan karbon harus dilengkapi dengan data-data yang jelas, misalnya data dasar, luas hutan, dan jumlah pohon.
102
Salah satu mekanisme perdagangan karbon kredit yang saat ini sudah berjalan dan dikenal luas adalah CDM yang merupakan salah satu jalan keluar
dalam upaya penurunan emisi karbon. Karbon kredit diperdagangkan dalam pasar
99
Erna Meike Naibaho,, Tinjauan Hukum Dalam Perdagangan Karbon Kredit. Op. Cit. Hal. 38.
100
Pasar karbon adalah kumpulan permintaan terhadap hak atas emisi gas rumah kaca dalam satuan setara ton CO
2.
Lihat: Andy Samyanugraha, Pasar Karbon dan Mitigasi Perubahan Iklim, DNPI, 2013. Sebagaimana dimuat dalam http:www.slideshare.netalambebaspasar-karbon-dan-
mitigasi-pi, diakses pada 24 Februari 2014.
101
Warta Kebijakan, “Perdagangan Karbon”, CIFOR, 2003, sebagaimana dimuat dalam www.cifor.orgacmdownloadpubwkwarta08.pdf, diunduh pada 28 Januari 2014.
102
Asef Kurniyawan Hardjana, “Deforestasi Yang Terhindarkan Dalam Mekanisme Awal Perdagangan Karbon Sebagai Manfaat Yang Berkelanjutan Pada Bekas Kawasan Hutan Tropis
Dataran Rendah”, http:forda-mof.orgfiles3.Deforestasi_yang_Terhindarkan_dalam_mekanisme _awal_perdagangan_karbon.pdf, diunduh pada 28 Januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
karbon yang merupakan sebuah pasar homogen, dimana yang diperjualbelikan dalam pasar tersebut hanyalah karbon kredit.
Macam-macam pasar karbon kredit berdasarkan pembagian jenis pasar, yaitu:
103
a. Mandatory
wajib Pasar karbon kredit yang bersifat wajib berdasarkan skema yang mengikat
yang dibentuk dan diatur dengan peraturan dari pihak yang berwenang dalam pengurangan karbon berskala nasional ataupun internasional. Contoh pasar karbon
yang bersifat wajib adalah European Union Emission Trading System EU ETS, New South Wales Greenhouse Gas Reduction Scheme
NSW GGAS. b.
Voluntary sukarela Pasar karbon kredit sukarela dibentuk berdasarkan standarketentuan dan
program yang digunakan oleh perusahaan dan institusi secara sukarela untuk motivasi bervariasi seperti hubungan publik perusahaan, kode etik, adanya
keinginan suatu pihak berpartisipasi dalam pengurangan emisi melebihi jumlah kewajiban yang telah ditentukan kepadanya, mempersiapkan suatu proyek
menjadi suatu skema yang mengikat. Namun standarketentuan dalam pasar karbon kredit sukarela ini berbeda dengan peraturan dalam skema CDM. Contoh
pasar karbon kredit sukarela adalah American Carbon Registry, APX Inc. administraters the following offset registries Gold Standard Registries, Climate
103
“Policy Information”, http:www.co2offsetresearch.orgpolicyMandatoryVsVoluntary.html, diakses pada 27 Januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Action Reserve, Voluntary Carbon Standard Registry, Caisse des depots Voluntary Carbon Standard.
104
Salah satu pasar karbon terbesar adalah European Union Emission Trading Scheme
EU ETS. CER dapat diperdagangkan dalam pasar karbon yang termasuk dalam bentuk pasar wajib mandatory. Ketentuan jual beli dalam
Protokol Kyoto juga mempengaruhi skema ini. Hak yang diakui dalam EU ETS ini disebut juga EU Allowances EUA.
Satuan EUA ini sama dengan satu metrik ton CO
2
ekuivalen CO
2
e. Directive 2004101EC
biasanya disebut linking directive membuat suatu hubungan antara EU ETS dan mekanisme fleksibel dalam Protokol Kyoto CDM dan JI. Aturan
mengenai EU ETS memunculkan persamaan antara EUA, CER, dan ERU. Aturan ini juga menjelaskan secara spesifik penggunaan ERU dan CER dalam ETS.
105
Pasar memainkan peranan sangat penting dan aspek formal, antara lain sertifikat dan bukti tertulis penguasaan karbon menjadi basis pelaksanaan
transaksi. Semua tipe transaksi yang berkaitan dengan transfer kredit karbon memerlukan seperangkat perjanjian yang sesuai. Menurut David Freestone, pasar
karbon merupakan wilayah hukum yang kemudian menjadi sangat canggih dan rumit. Sebagian besar kredit CDM diperdagangkan melalui persetujuan di muka,
dimana persetujuan tersebut dibuat dalam bentuk yang mengacu pada Emission Reduction Purchase Agreement
ERPA antara peserta proyek sebelum karbon
104
Erna Meike Naibaho, Tinjauan Hukum Dalam Perdagangan Karbon Kredit. Op. Cit. Hal. 23.
105
Aditya Ramandika, Perjanjian Jual Beli Karbon Kredit Pada Skema Clean Development Mechanism Dalam Prespektif Hukum Perdata Indonesia,Op. Cit.
Hal. 95.
Universitas Sumatera Utara
kredit diperdagangakan di pasar karbon internasional. Para peserta proyek perdagangan karbon ini dibedakan atas
106
: a.
Penjual kreditur karbon, yakni pemilik yang mengelola hutan atau lahan pertanian yang bisa menjual kredit karbon berdasarkan akumulasi karbon yang
terkandung dalam pepohonan di hutan mereka, atau bisa juga pengelola industri yang mengurangi emisi karbon mereka lalu menjual emisi karbon
mereka yang telah dikurangi kepada emitor lain. b.
Pembeli debitur karbon, yakni pemilik industri yang menghasilkan CO
2
ke atmosfer yang memiliki ketertarikan atau diwajibkan oleh hukum untuk
menyeimbangkan emisi yang mereka keluarkan melalui mekanisme sekuestrasi karbon carbon sequestration.
Perdagangan karbon pada umumnya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
107
1. Sistem Fund
Dengan sistem fund, negara industri memberikan anggaran untuk melestarikan hutan kepada negara-negara yang bersedia menyisakan lahannya
untuk pelestarian. Dana ini digunakan untuk proyek-proyek pembangunan. Kelemahan sistem ini adalah seringnya dana tersebut tidak jatuh ke tangan yang
tepat dan menguap begitu saja pada jajaran pemerintah pusat sehingga upaya pelestarian tidak berjalan dengan maksimal.
106
Abdul, Razak, Kajian Yuridis Carbon Trade dalam Penyelesaian Efek Rumah Kaca, Op. Cit.
Hal. 20.
107
I Putu Meidy Hartawan, “Bom WaktuPerdagangan Karbon”, sebagaimana dimuat dalam http:buletinwiweka.blogspot.com200809bom-waktu-perdagangan-karbon.html, diakses pada
28 Januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
2. Sistem Pasar
Pada sistem ini perdagangan karbon berbentuk pasca bayar. Siapa saja yang memiliki hutan harus melakukan pelestarian terlebih dahulu. Setelah
dibuktikan, maka pihak tersebut akan mendapatkan pembayaran. Pada sistem ini korupsi dapat dihindari.
Perhitungan bisnis perdagangan karbon relatif sederhana. Setiap upaya penurunan emisi yang setara dengan satu ton karbon akan diganjar dengan satu
CER. Negara industri yang sudah meratifikasi Protokol Kyoto negara Annex I atau lembaga nonpemerintah manapun yang merasa berkepentingan dapat
membeli CER ini dari proyek-proyek CDM di negara berkembang negara non- Annex I yang tidak diwajibkan untuk mengurangi emisi. Layaknya komoditas
dagang, harga CER dapat bervariasi, tergantung kesepakatan pihak-pihak yang bertransaksi.
Sebuah proyek uji coba di Meksiko yang melibatkan 400 petani berhasil merubah ladang berpindah menjadi kebun campuran dengan tanaman kayu dan
diperhitungkan mampu menyerap karbon sebesar 17.000 ton dengan harga US 10-12 per ton yang dijual kepada Federasi Otomotif Internasional.
108
Selain itu, pepohonan yang dilibatkan dalam perdagangan karbon merupakan pepohonan yang bukan berasal dari hutan alami. Hal ini telah menjadi
kesepakatan internasional dalam Protokol Kyoto. Dengan demikian, perdagangan karbon dari hutan lindung tidak dapat dilakukan, melainkan hanya hutan tanaman
108
Warta Kebijakan, Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
saja yang dikembangkan setelah tahun 1990 yang dapat diterima pada sistem perdagangan karbon.
109
Tahapan dalam mekanisme CDM adalah sebagai berikut:
110
1. Perencanaan Aktivitas Proyek CDM
2. Pembuatan Dokumen Rancangan Proyek
3. Persetujuan dari Otoritas Nasional
4. Validasi
5. Registrasi
6. Monitoring Aktivitas Proyek CDM
7. Verifikasi dan Sertifikasi
8. Penerbitan CER
9. Distribusi CER
B. Akibat Perdagangan Karbon