Analysis on agricultural landscape for agrotourism development at nagari pandai sikek, tanah datar district, West Sumatera Province

(1)

KAJIAN LANSKAP BUDAYA PERTANIAN UNTUK

PENGEMBANGAN AGROWISATA DI NAGARI PANDAI SIKEK

KABUPATEN TANAH DATAR, SUMATERA BARAT

JONNI

                   

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Kajian Lanskap Budaya Pertanian Untuk Pengembangan Agrowisata di Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat “ adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2012

Jonni


(4)

(5)

ABSTRACT

JONNI. Analysis on Agricultural Landscape for Agrotourism Development at Nagari Pandai Sikek, Tanah Datar District, West Sumatera Province. Under supervision of NURHAYATI H.S.ARIFIN and ARIS MUNANDAR.

Highland agricultural landscape which is combined with its local culture unique properties such as the culture of Nagari Pandai Sikek, West Sumatra, is an interesting tourism object and attraction. However, the agrotourism development in that area has not been optimally planned. The characteristic of agricultural landscape of each area or Jorong, a part of nagari landscape unit, as a tourism object and the tourism supporting factors should be studied well. The objective of this study was to identify and analyze local landscape characteristic and its potency of tourism supporting factor in each Jorong of Nagari Pandai Sikek, then to propose the concept for agrotourism development. The landscape assesment scoring and comparison exponential method were used to determine the potency of each Jorong. The results showed that the Jorong Pagu-Pagu has the highest potency value of 3.51, Jorong Baruah, Jorong Tanjung, and Jorong Koto Tinggi has medium potency with its value 3.48, 3.46 and 3.43 respectively. Jorong Pagu-Pagu is highly potencial for its uniqueness and attractiveness as agrotourism object. Jorong Baruah, besides its high potencial for community acceptance and the availability of supporting facilities, it is also located in the main access to Padang and Bukit Tinggi. The concept proposed for agrotourism development is by enchancing the most potencial Jorong Pagu-pagu, and promoting tourism development in the second best object at Jorong Baruah, then developing Jorong Tanjung and Jorong Koto Tinggi as tourism supporting areas. The unique local characteristics should be preserved and the local community should be involved in tourism development.


(6)

(7)

RINGKASAN

JONNI

.

Kajian Lanskap Budaya Pertanian untuk Pengembangan Agrowisata di Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Dibimbing oleh NURHAYATI H.S.ARIFIN dan ARIS MUNANDAR.

Indonesia negara yang sangat luas dan terdiri dari banyak pulau-pulau. Di dalam pulau – pulau tersebut terbagi antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Kawasan perkotaan merupakan kawasan sentral tempat jual beli dari hasil pertanian, sedangkan kawasaan pedesaan merupakan penghasil atau produksi pertanian. Kawasan perdesaan mempunyai lanskap pertanian yang banyaknya ragam budayanya sehingga mempengaruhi karakter lanskap pertanian. Kajian Lanskap budaya pertanian pada berbagai wilayah Indonesia, dengan ragam budaya yang berbeda perlu dilakukan agar menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan selanjutnya, agar keunikan dan karakter positif lainnya tidak hilang.

Wilayah Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh budaya Minangkabau. Pembagian wilayah dalam bentuk “Nagari” sangat mempengaruhi karakteristik lanskap, termasuk lanskap pertanian. Daerah Minangkabau terdiri atas banyak Nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. Penduduk Nagari Pandai Sikek sangat taat beragama dan masih menjunjung tinggi Adat salingka Nagari, dengan Falsafah " Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah " bersendikan adat dan agama, serta senantiasa menaati hukum, musyawarah mufakat, yang berdasarkan alur dan patut. Ungkapan ini berarti bahwa apapun yang digariskan oleh agama (Islam) secara konseptual akan dipatuhi dan dilaksanakan oleh adat secara operasional "Elok dek awak, katuju dek urang" serta konsekuen melaksanakan hasil mufakat menuju kebahagiaan hidup bersama yang adil dan makmur

Nagari Pandai Sikek yang terletak di Kabupaten Tanah Datar. Selain masyarakatnya berlatar belakang budaya Minangkabau, masyarakat juga mempunyai keunikan lanskap, karena terletak di dataran tinggi, di lereng Gunung Singalang. Kualitas visual lanskap, iklim yang nyaman budaya yang unik serta posisi strategis diantara Kota Padang Panjang dan Bukit Tinggi menjadikan Nagari Pandai Sikek tujuan persinggahan wisatawan. Potensi ini perlu dikaji untuk menjadi pertimbangan agar pengembangan selanjutnya terutama pengembangan agrowisata dapat terarah dan berkelanjutan.

Wilayah pertanian yang berada di lereng gunung pada umumnya mempunyai panorama yang indah, dan temperatur yang cocok untuk pertanian. Lanskap pertanian dapat dijadikan sebagai objek wisata yang menarik dan menguntungkan. Menurut Yoeti (1985), pengembangan suatu daerah menjadi tujuan wisata banyak tergantung pada daya tarik daerah itu sendiri, dan daya tarik dapat berupa keindahan alam, tempat bersejarah, tata cara hidup masyarakat, upacara keagamaan, kesenian tradisional. Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya adalah lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi dan mengkaji lanskap budaya pertanian di Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar; 2) menganalisis


(8)

potensi daya tarik wisata dan aspek pendukung wisata untuk pengembangan agrowisata dan 3) menyusun konsep pengembangan lanskap budaya pertanian untuk tujuan agrowisata.

Penelitian ini menganalisis secara deskriptif dan spasial untuk menjelaskan karakteristik lanskap budaya pertanian dan menganalis secara spasial skoring tiap-tiap jorong berdasarkan potensi daya tarik wisata, potensi pendukung wisata, dan potensi kesiapan masyarakat. Penilaian potensi pada aspek yang sama juga dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) Eckenrode. Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) adalah salah satu metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang mengkuantitatifkan pendapat seorang atau lebih dalam skala tertentu (Ma’arif dan Tanjung, 2003). Pengumpulan data untuk MPE dilakukan dengan cara pengisian kuisioner oleh responden. Responden yang dipilih adalah dari orang-orang yang mengerti, memahami dan turut merencanakan arah perkembangan Nagari Pandai Sikek dengan latar pendidikan yang berbeda-beda. Hasil dari analisis menghasilkan konsep pengembangan lanskap budaya pertanian untuk tujuan agrowisata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari identifikasi dan analisis potensi daya tarik wisata, potensi pendukung wisata, dan pontesi masyarakat Nagari Pandai Sikek adalah daerah pertanian yang terletak di lereng Gunung Singgalang, dengan aktivitas budaya pertanian yang masih bersifat tradisional dengan menjunjung tinggi filosofi adat Nagari yang masih dipakai sampai sekarang untuk budidaya pertanian terutama tanaman sayuran dan padi. Berdasarkan hasil penilaian potensi daya tarik secara skoring di mana Jorong Pagu-pagu, Jorong Baruah diklasifikasikan sangat potensial dan jorong Tanjung, Jorong Koto Tinggi cukup potensi. Berdasarkan hasil penilaian potensi pendukung wisata secara skoring diperoleh klasifikasi Jorong Pagu-pagu, Jorong Baruah sangat potensial dan Jorong Tanjung, Jorong Koto Tinggi cukup potensial. Berdasarkan hasil penilaian potensi masyarakat secara skoring diperoleh Jorong Pagu-pagu sangat potensial, dan Jorong Tanjung, Jorong Koto Tinggi, Jorong Baruah cukup potensial.

Nilai bobot karakter keragaman lanskap alami menurut responden ahli merupakan karakter yang memiliki nilai tinggi (0.184) mempunyai peran penting untuk pengembangan kegiatan agrowisata dibandingkan dengan karakter yang lain dan karakter jenis waktu kesenian memiliki nilai paling rendah (0.047). Berdasarkan hasil perhitungan nilai total dengan MPE terhadap lokasi yang berpotensi sebagai daya tarik lanskap budaya pertanian dari nilai tertinggi sampai nilai terendah adalah Jorong Pagu-pagu, Jorong Tanjung, Jorong Koto Tinggi, dan Jorong Baruah. Nilai bobot karakter aksesibilitas menurut responden ahli merupakan karakter yang mempunyai nilai tinggi (0.16), dibandingkan dengan karakter yang lain, dan karakter sarana interpretasi memiliki nilai paling rendah (0.080). Berdasarkan hasil perhitungan nilai total MPE terhadap daerah yang berpotensi untuk pendukung wisata budaya pertanian yang dikembangkan sebagai agrowisata, dari nilai yang tertinggi sampai nilai yang terendah adalah Jorong Baruah, Jorong Pagu-pagu, Jorong Koto Tinggi, dan Jorong Tanjung Karakter dari hospitaliti (keterbukaan, dan keramahan) menurut responden para ahli merupakan karakter yang mempunyai nilai tinggi (0.217) dibandingkan dengan karakter yang lain, dan karakter organisasi pengelola dari penduduk asli memiliki nilai paling rendah (0.118). Hasil Perhitungan dari nilai total MPE terhadap lokasi yang memungkinkan sebagai kesiapan masyarakat untuk pengembangan agrowisata dari nilai tertinggi sampai nilai terendah


(9)

adalah Jorong Baruah, Jorong Koto Tinggi, Jorong Pagu-pagu, dan Jorong Tanjung. Dari hasil total penilaian dari potensi daya tarik wisata, potensi pendukung wisata, dan kesiapan masyarakat, maka didapat bahwa, Jorong yang paling berpotensi untuk dijadikan agrowisata adalah Jorong Pagu-pagu, Jorong Baruah sebagai well come area, karena selain dekat dengan aksesibilitas jalan raya Padang Panjang dan Bukit Tinggi juga untuk aktivitas pertanian sangat sedikit, dan lebih banyak ke industri kerajinan, sedangkan Jorong Koto Tinggi, dan Jorong Tanjung sebagai pendukung wisata.

Konsep yang diusulkan adalah pengembangan agrowisata dengan keunggulan, keunikan lanskap pertanian dan budaya Nagari pandai Sikek, serta untuk mesejahterakan masyarakat lokal. Pengembangan agrowisata disesuaikan dengan potensi masing-masing Jorong, dimana Jorong Pagu-pagu sebagai objek daya tarik utama, Jorong Baruah sebagai kawasan penerimaan dan pelayanan wisata, serta Jorong Tanjung dan Jorong Koto Tinggi sebagai kawasan pendukung wisata. Konsep tersebut harus mencakup hubungan timbal balik antar aspek daya tarik, pendukung wisata dan kesiapan masyarakat.

Hasil penelitian ini diharapkan perlu penataan pada objek-objek utama yang potensial dan pengemasan atraksi untuk kemudian dibuat suatu paket program agrowisata. Pemerintah daerah perlu mendukung dengan kebijakan pengembangan agrowisata di Nagari Pandai Sikek, dan masyarakat membangun sarana dan prasarana/fasilitas agrowisata. Pemerintah daerah berkerjasama dengan Wali Nagari perlu pembinaan masyarakat agar dapat berperan serta secara aktif dalam pengembangan agrowisata.

Kata Kunci: lanskap pertanian, lanskap budaya, agrowisata


(10)

(11)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(12)

(13)

KAJIAN LANSKAP BUDAYA PERTANIAN UNTUK

PENGEMBANGAN AGROWISATA DI NAGARI PANDAI SIKEK

KABUPATEN TANAH DATAR, SUMATERA BARAT

      Oleh JONNI A451090011

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(14)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin. M.S


(15)

Judul : Kajian Lanskap Budaya Pertanian untuk Pengembangan Agrowisata di Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat Nama : Jonni

NRP : A451090011 Mayor : Arsitektur Lanskap

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nurhayati HS. Arifin, M.Sc. Dr. Ir. Aris Munandar, M.S. Ketua Anggota

Diketahui oleh

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Arsitektur Lanskap,

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.


(16)

(17)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2010 ini adalah lanskap budaya dengan judul Kajian Lanskap Budaya Pertanian untuk Pengembangan Agrowisata di Nagari Pandai Sikek Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat.

Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Dalam penyusunan tesis, penulis banyak menerima masukan dan saran serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Nurhayati HS. Arifin M.Sc, dan Dr. Ir. Aris Munandar, M.S. sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan tesis.

2. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S dan Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc.Agr. selaku dosen penguji atas saran dan masukannya.

3. Bapak Edrizal, SE Dt. Rajo Sampono Wali Nagari Pandai Sikek beserta staf. 4. Bapak Drh. Sugeng Kalbar yang telah membantu dalam penelitian.

5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. tak lupa Babe Ir. Benny Satria Achmad. MP, Bapak Dr. Ir. Agustamar, MP. Pak lek Sentot Wahono. SP, MSi, yang terus memberikan support serta motivasi untuk menyelesaikan tesis.

6. Keluarga besar mess Unand Bogor dan keluarga besar Impacs Bogor.

7. Teman-teman ARL angkatan 2009 ( Bu Sulis, Bu Devi, Kak Lina, Sabahan, Nadha), angkatan 2010, dan angkatan 2011 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan, masukan dan motivasi dalam proses penulisan tesis.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor,Maret 2012


(18)

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dusun Baru, Sungai Penuh pada tanggal 6 Juni 1978 dari ayah Mahyuddin dan ibu Alm Jamaliah. Tahun 1996 penulis menempuh pendidikan Diploma Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Padang, dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan sarjana di Program Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya, Bandung dan lulus pada tahun 2006. Penulis bekerja sebagai dosen di Politeknik Pertanian Universitas Andalas sejak tahun 2007. Pengalaman kerja penulis adalah sebagai surveyor PT. Pulau Rupat Sawit Rayatama, Pekan Baru pada tahun 1999 sampai 2000, Staf Produksi PT. Dika Wahyu Pratama, Bandung, perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis bunga potong mawar Holland, tahun pada tahun 2000 sampai 2004, Staf Nursery Taman Bunga Nusantara, Cipanas Puncak, pada tahun 2006, Assisten Perkebunan PT. Swakarsa, Astra Group pada tahun 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada tahun 2009 di Program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana IPB dengan biaya pendidikan dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional melalui program Beasiswa Pendidikan Program Pascasarjana (BPPS).


(20)

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....……….. iv

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix

DAFTAR ISTILAH ………... x

I. PENDAHULUAN ………....…... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ...………..……… 3

1.3 Tujuan ...………...…...………... 4

1.4 Manfaat Penelitian .……… 5

1.5 Kerangka Pikiran ...……… 5

II.TINJAUAN PUSTAKA ..……….. 9

2.1 Lanskap Budaya ...………... 9

2.2 Lanskap Pertanian ...…………...……….. 11

2.3 Agrowisata ...……….……… 12

2.4 Nagari Pandai Sikek ...………... 16

III.BAHAN DAN METODE ...……….. 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..……… 19

3.2 Tahapan Penelitian ...………..………... 20

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ……….... 25

4.1 Lanskap Alami Nagari Pandai Sikek ……….. 25

4.1.1 Lanskap Pertanian Pandai Sikek .……….. 28

4.1.2 Tatanan Lanskap Budaya Pertanian ……….. 30


(22)

4.1.4 Aspek Wisata Nagari Pandai Sikek ...………… 39 4.1.5 Aspek Pengelolaan …..……….. 41 4.2. Potensi Pengembangan Agrowisata …..……….. 42 4.2.1 Penilaian Potensi Daya Tarik ………. 42 4.2.2 Penilaian Potensi Pendukung Wisata ………. 49 4.2.3 Penilaian Potensi Kesiapan Masyarakat …………. 54 4.2.4 Analisis Spasial Berdasarkan Wilayah jorong ….. 57 4.3 Konsep Pengembangan Agrowisata…….……….……. 58 4.3.1 Konsep Dasar……….. 58 4.3.2 Konsep Pengembangan Daya Tarik Wisata …….. 59 4.3.3 Konsep Pengembangan Pendukung Wisata …….. 60 4.3.4 Konsep Pengembangan Kesiapan Masyarakat … 60

V.SIMPULAN DAN SARAN ………..………….. 61 5.1 Simpulan ...………..……….. 61 5.2 Saran ...……….………. 61

DAFTAR PUSTAKA ………...……….. 63


(23)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pengamatan di Lapangan dan Pengumpulan Data ….…………. 21 2. Tata Guna Lahan Nagari Pandai Sikek ………... 34 3. Hasil Penilaian Potensi Daya Tarik ……….... 43

4 Bobot Karakter Potensi Daya Tarik Berdasarkan Responden

Ahli ……….. 47 5. Potensi Daya Tarik ………..………... 47 6. Hasil Penilaian Potensi Pendukung Wisata ……… 49 7. Bobot Karakter Potensi Pendukung Wisata Berdasarkan

Responden Ahli ……….………. 51 8. Potensi Pendukung Wisata………..……….………... 52 9. Hasil Penilaian Potensi Kesiapan Masyarakat ………... 55 10. Bobot Karakter Potensi Masyarakat Berdasarkan Responden

Ahli ……….……… 56

11. Potensi Kesiapan Masyarakat ….……….………….. 56 12. Total Penilaian Jorong untuk Agrowisata ……….. 60


(24)

(25)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pemikiran ……….. 7 2. Lokasi Penelitian ………... 19 3. Tahapan Penelitian ……… 20 4. Elemen Lanskap Nagari Pandai Sikek ………. 26 5. Peta Nagari Pandai Sikek ……….. 28 6. Lahan Pertanian Pandai Sikek ………... 30 7. Ruangan Makro ………. 31 8. Fasilitas Umum Nagari Pandai Sikek ……… 33 9. Kolam di Depan Rumah (a); Pekarangan Rumah (b) ………... 34 10. Peta Tata Guna Lahan Nagari Pandai Sikek ………. 37 11. Gedung Serbaguna ……… 38 12. Pengolahan Tanah Pertanian (a); Penggilingan Tebu (b) …….. 49 13. Tenunan Songket (a); Ukiran Rumah Gadang (b) ……… 40 14. View Lanskap Pertanian ……… ……….. 41 15. Rumah Adat Minang Kabau ……….. 44 16. Aktivitas Tradisional ………. 48 17. Showroom Tenunan Songket (a); Hasil Tenunan (b) ………… 53 18. Pusat Pelatihan Tenunan Pandai Sikek ………. 53 19. Alat Tenun ………. 53 20. Potensi Pengembangan Nagari Pandai Sikek Untuk

Agrowisata ………. 58 21. Konsep Dasar Pengembangan Agrowisata ……… 59


(26)

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kriteria Penilaian Potensi Daya Tarik Wisata ...………….…… 69 2. Kriteria Penilaian Potensi Pendukung Wisata ………….…….. 71 3. Kriteria Penilaian Potensi Kesiapan Masyarakat .……….. 74 4. Contoh Kuisioner Responden Ahli ……… 75 5. Tabel Penilaian Bobot Potensi Daya Tarik …….……….. 77 6. Nilai Pembobotan Potensi Daya Tarik .……….………….. 77 7. Contoh Nilai Pembobotan Daya Tarik ……… 77 8. Tabel Penilaian Bobot Potensi Pendukung Wisata ..…………. 78 9. Nilai Pembobotan Potensi Pendukung Wisata ..…...…………... 78 10. Contoh Nilai pembobotan Potensi Pendukung Wisata ……….... 78 11. Tabel Penilaian Bobot Potensi Masyarakat Masyarakat .…... 79 12. Nilai Pembobotan Potensi Kesiapan Masyarakat ……… 79 13. Contoh Pembobotan Potensi Kesiapan Masyarakat ……… 79


(28)

(29)

DAFTAR ISTILAH

Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah

: Keputusan yang berdasarkan kepada adat dan agama, serta senantiasa menaati hukum, musyawarah mufakat, yang berdasarkan alur dan patut. Ungkapan ini berarti bahwa apapun yang digariskan oleh agama (Islam) segala keputusan berdasarkan kepada adat, dan adat keputusannya berdasarkan kitab Al-quran. Alam takambang jadi guru : Melihat keadaan alam yang sesuai untuk

melakukan sesuatu kegiatan, atau pekerjaan dalam budidaya pertanian.

Cerdik pandai : Kaum intelektual Cigak baruak : Angkutan perdesaan.

Elok dek awak, katuju dek urang : Suka sama kita, setuju dengan orang.

Jorong : Desa satuan terkecil desa adat di Sumatera Barat, berdasarkan suku yang menempati. Nagari : Lambang mikrokosmik dari sebuah tatanan

makrokosmik yang lebih luas. Kawasan pemukiman telah mempunyai kelengkapan secara fisik sebagai suatu pemukiman dan pemerintahan secara sempurna berdasarkan persekutuan hukum adat minang kabau

Ninik Mamak : Pemimpin suku-suku dalam nagari Orang Minang : Suku yang mendiami Sumatera Barat

Tungku tigo sajarangan : Perwakilan anak nagari yang terdiri dari alim ulama, cerdik pandai (kaum intelektual) dan niniak mamak (pemimpin suku-suku dalam nagari)


(30)

1   

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah pertanian yang berada di lereng gunung pada umumnya mempunyai panorama yang indah dan temperatur yang cocok untuk pertanian dataran tinggi. Pada umumnya penduduk yang berada disekitar lereng gunung mempunyai mata pencarian bertani. Aktivitas pertanian dilereng gunung sesuaikan dengan topografinya. Adanya pemandangan pertanian serta cara pertanian yang masih tradisional, wilayah tersebut dapat dijadikan salah satu tujuan wisata yang terdiri dari budidaya tanaman hortikultura dengan berbagai jenis keanekaragamannya. Bagian yang paling menarik dari objek tujuan wisata yang ada tersebut adalah kebudayaan yang masih melekat dan tetap dipertahankan pada pola pertaniannya. Lanskap pertanian tersebut dapat dijadikan sebagai objek wisata yang menarik dan menguntungkan.

Menurut Yoeti (1985), pengembangan suatu daerah menjadi tujuan wisata tergantung pada daya tarik daerah itu sendiri yaitu berupa keindahan alam, tempat bersejarah, tata cara hidup masyarakat, upacara keagamaan, dan kesenian tradisional. Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya adalah lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian. Agrowisata juga merupakan kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi pertanian maupun komoditi pertanian (Direktorat Jendral Pertanian dan Tanaman Pangan, 1990).

Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan, selain itu wisatawan juga dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata juga ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Sedangkan menurut Nurisjah (2004),


(31)

2   

agrotourism, agrowisata, wisata agro atau wisata pertanian merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dan aktivitas pertanian.

Sumatera Barat adalah salah satu daerah di Indonesia yang dikenal memiliki budaya yang berbeda dengan daerah yang lain selain pemandangan alamnya. Daerah Sumatera Barat terbagi atas beberapa nagari-nagari, dan Sumatera Barat dalam kepemerintahan masih memegang teguh dengan falsafat adat nagari. Budaya adat orang Sumatera Barat atau yang dikenal dengan sebutan

orang minang masih kental dalam kehidupan sehari-hari, ini terlihat dengan budaya pertanian yang ada, ditunjang dengan lanskap Sumatera Barat.

Keindahan alam yang dimiliki Sumatera Barat mempunyai potensi menarik untuk dikembangkan dengan dukungan aspek budaya pertanian yang dimilikinya. Nagari Pandai Sikek adalah salah satu daerah di Sumatera Barat yang terletak di Kabupaten Tanah Datar yang mempunyai keunikan pada lanskap budaya pertanian. Nagari Pandai Sikek yang yang terletak di lereng kaki gunung Singgalang yang mempunyai view yang indah, dengan pertanian hortikultura yang luas berciri budaya pertanian masih bersifat tradisional. Nagari Pandai Sikek terdiri dari empat Jorong yaitu Jorong Tanjung, Jorong Koto Tinggi, Jorong Baruah, dan Jorong Pagu-pagu.

Keberadaan masyarakat di Nagari Pandai Sikek 75% umumnya mempunyai mata pencarian sebagai petani, dan 10% adalah industri, 10% bekerja dibidang swasta, 3% PNS, 2% bidang lainnya. Hasil pertanian yang utama adalah sayuran seperti terong, cabe, seledri, wortel (www.nagaripandaisikek.com). Produksi pertanian yang berasal dari Nagari Pandai Sikek merupakan hasil pertanian yang menerapkan pola pengolahan kembali ke alam, dan sistem pengelolaan pada pertaniannya berdasarkan kearifan lokal dengan falsafat alam takambang jadi guru, dan secara umum masyarakat Nagari Pandai Sikek dalam

adat pertaniannya memegang kepada falsafah Adat basandi syarak, syarak

bersandi kitabullah, adat inilah yang menjadi dasar kelembagaan yang ada pada Nagari Pandai Sikek. Selain pertanian usaha industri kerajinan merupakan pendapatan tambahan dari masyarakat di Nagari Pandai Sikek. Kerajinan yang ada di Nagari Pandai Sikek, merupakan budaya yang turun-temurun dilakukan


(32)

3  

masyarakat disana, kerajinan tersebut berupa bertenun kain, dan ukiran rumah adat yang sudah terkenal (www.nagaripandaisikek.com).

Budaya pertanian di setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing, salah satunya budaya pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek masih bersifat tradisional dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Sumatera Barat. Nagari Pandai Sikek mempunyai bentuk lanskap pertanian yang unik dan memiliki lanskap budaya pertanian yang yang masih bersifat tradisional berpotensi dijadikan sebagai kawasan agrowisata. Selain itu masyarakat Nagari Pandai Sikek memiliki budaya menenun kain dan ukiran. Namun masyarakat dan pemerintah setempat belum mengetahui potensi pertanian pada daerah tersebut sebagai kawasan agrowisata, sehingga perlu dikaji potensi lanskap budaya pertanian untuk pengembangan kawasan agrowisata.

1.2 Perumusan Masalah

Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar terletak di lereng kaki Gunung Singgalang, setiap pekan para petani menjual tidak kurang dari 12 ton sayur-mayur yang dihasilkan dari lahan. Luas lahan pertanian mencapai 775 hektar dengan jumlah penduduk melebihi 5.523 jiwa, kegiatan sampingan para petani tersebut adalah menenun kain.

Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar sudah dikenal oleh kalangan umum dengan tenunan songket khas daerah, dan ukiran rumah adatnya, dan telah menjadi tujuan wisata, selain dari itu Pandai Sikek juga mempunyai pertanian yang unik dan menarik berpotensi dijadikan wisata. Namun belum mendapat perhatian khusus dan intensif dalam pengembangan potensi nagari untuk pertanian.

Aktivitas masyarakat Nagari Pandai Sikek, Tanah Datar sehari-hari adalah bertani, budidaya tanaman utama khususnya hortikultura seperti kubis, tomat, cabe, caysin, dan padi ladang. Budaya pertanian yang dilakukan di Nagari Pandai Sikek masih bersifat tradisional, hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu objek untuk tujuan wisata baik domestik maupun mancanegara.

Pengembangan kawasan agrowisata pada objek kawasan pertanian diharapkan dapat memberikan keuntungan ekonomis secara langsung baik oleh


(33)

4   

pengelola wisata maupun masyarakat lokal, misalnya melalui budaya pertanian dengan menyajikan aktraksi-aktraksi budaya, aktivitas bercocok tanam pada tanaman hortikultura yang dimulai dari pembibitan sampai pada pemanenan.

Agrowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan objek kawasan pertanian dalam suatu wilayah dengan tetap memperhatikan budaya yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Pertanian yang mempunyai potensi sebagai objek agrowisata didukung dengan industri tenenun kain, dan ukiran rumah adat dapat dijadikan objek wisata dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan menambah pemasukan pendapatan daerah setempat. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang terdapat di lokasi penelitian dirumuskan bahwa :

Potensi objek wisata apakah yang dapat dikembangkan dari lanskap budaya pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek, daya tarik apa untuk pengembangan agrowisata di Nagari Pandai Sikek, dan konsep apa yang harus diterapkan agar dapat dikembangkan agrowisata.

- Bagaimana karakteristik lanskap budaya pertanian di Nagari Pandai Sikek.

- Bagaimana potensi daya tarik dan pendukung wisata, serta kesiapan masyarakat untuk pengembangan agrowisata.

- Bagaimana konsep pengembangan agrowisata yang sesuai untuk diterapkan di Nagari Pandai Sikek.

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi dan mengkaji lanskap budaya pertanian di Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar.

2. Menganalisis potensi daya tarik wisata dan aspek pendukung wisata untuk pengembangan agrowisata.

3. Menyusun konsep pengembangan lanskap budaya pertanian untuk tujuan agrowisata.


(34)

5  

1.4 . Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

1. Memberikan informasi tentang lanskap budaya pertanian Nagari Pandai Sikek Tanah Datar serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Memberikan masukan bagi pemerintah setempat dan instansi-instansi yang terkait untuk pengembangan agrowisata pada lanskap budaya pertanian tersebut.

1.5. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini didasari oleh suatu pemikiran perlunya kajian budaya lanskap pertanian dengan melihat potensi-potensi yang ada pada suatu kawasan pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan keunikkan-keunikan yang ada, baik dari segi budaya maupun budaya pertanian dengan tujuan untuk pengembangan agrowisata dengan konsep pengembangan lanskap agrowisata.

Keadaan wilayah Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat yang berada dilereng kaki gunung Singgalang dan gunung Merapi yang memiliki iklim yang cocok untuk budaya pertanian, dan ditunjang dengan jenis tanah memiliki unsur hara yang tinggi dari gunung Singgalang. Nagari Pandai Sikek bervegetasi hutan tropis serta pertanian dilereng gunung Singgalang dengan topografi yang bergelombang menyebabkan banyak dibudidayakan tanaman hortikultura. Umumnya masyarakat di Nagari Pandai Sikek ini mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman hortikultura dan tanaman pangan seperti caysin, kol, cabe, terung, seledri dan bawang daun sedangkan untuk tanaman pangan adalah tanaman padi sawah yang ditanam setelah tanaman hortikultura tidak produktif lagi.

Budidaya pertanian yang dilaksanakan di Nagari pandai Sikek masih memegang filosofi-filosofi yang ada di Sumatera Barat, dengan karakteristik budaya minang kabau, yang mana filosofi yang dipakai sampai saat sekarang adalah “Adat bersandi Syark, syarak bersandi kitabbullah, dan filosofi alam takambang menjadi guru “ sehingga apapun yang dilakukan dibidang pertanian selalu berpegang pada filosofi tersebut. Budidaya pertanian yang ada di Nagari


(35)

6   

Pandai Sikek masih bersifat tradisional baik dari segi budidaya maupun dari segi budayanya. Adanya organisasi adat dan organisasi lainnya di Nagari Pandai Sikek memudahkan pengelolaan dalam kehidupan sehari-hari baik yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat adat maupun dengan mata pencaharian masyarakat dibidang pertanian.

Pertanian di Nagari Pandai Sikek masih bersifat tradisional dan merupakan penghasil pertanian terbesar di Sumatera Barat, sehingga pemerintah setempat tetap menjadikan sebagai kawasan pertanian dan untuk mempertahankan kawasan tersebut dari masyarakat pendatang yang akan mengolah tanah pertanian harus disesuaikan dengan ketentuan dari pemerintah atau Wali Nagari sebagai pemegang kekuasan tertinggi pada tingkat pemerintahan nagari. Nagari Pandai Sikek sudah dikenal sebagai tempat tujuan wisata tenun Pandai Sikek dan ukiran rumah gadang, namun aktivitas wisatawan hanya sebatas pada tenunan dan ukiran saja.

Adanya potensi di Nagari Pandai Sikek perlu untuk dikembangkan sebagai agrowisata. Potensi-potensi objek wisata yang dapat dilihat untuk pengembangan agrowisata seperti latar belakang pemandangan pertanian yang berada dilereng gunung Singgalang. Aktivitas masyarakat pada umumnya yang masih bersifat tradisional, dan ini dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat setempat. Selain dari pertanian masyarakat setempat juga mempunyai usaha-usaha kerajinan ukiran–ukiran yang dapat di jadikan potensi agrowisata. Kerajinan-kerajinan ini merupakan pendukung sumber kehidupan masyarakat terlihat banyaknya pesanan dari daerah lain dan luar negeri untuk membuat rumah Gadang. Sumber daya masyarakat di Nagari Pandai Sikek memadai untuk pengembangan agrowisata.

Dengan melihat kawasan pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek yang membentuk tatanan lanskap budaya pertanian mempunyai potensi daya tarik tersendiri, dengan didukung oleh potensi Nagari Pandai Sikek yang sudah ada, serta kesiapan masyarakat, sehingga berpotensi untuk pengembangan agrowisata, yang dapat mensejahterakan masyarakat di Nagari Pandai Sikek dengan membuat konsep-konsep pengembangan lanskap agrowisata. Secara skematis, kerangka pemikiran kajian lanskap budaya pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek disajikan dalam Gambar 1.


(36)

7  

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Potensi pengembangan agrowisata

Konsep pengembangan lanskap agrowisata Potensi daya tarik

wisata

Potensi kesiapan masyarakat Potensi pendukung

wisata

Lanskap alami •Landform

•Tanah •Vegetasi •Iklim •View

•Tataguna Lahan

Tatanan lanskap budaya pertanian

Aspek sosial budaya •Filosofi adat nagari •Karakteristik masyarakat •Pengelolaan lanskap

pertanian

•Organisasi kemasyarakatan

Lanskap Pertanian Nagari Pandai Sikek

Faktor eksternal •Kebijakan

pemerintah •Pendatang •Aktivitas wisata


(37)

8   


(38)

9  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya

Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakter tertentu, yang beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur utama atau unsur mayor dan unsur penunjang atau unsur minor. Unsur utama atau unsur mayor adalah unsur yang relatif sulit untuk diubah, sedangkan unsur penunjang atau minor adalah unsur yang relatif kecil dan mudah untuk diubah (Simonds dan Starke, 2006). Menurut Porteous (1996), lanskap didefenisikan bagian dari alam yang membutuhkan kesenangan dan pendidikan untuk mengapresiasikannya sebagai area berupa lahan yang mempunyai karakteristik, komposisi atau berupa bentukan dari perkumpulan orang-orang yang berada didalamnya sehingga membuat dapat dikenal sebagai ilmu pengetahuan.

Didalam setting-nya, lanskap terbagi menjadi lanskap alami dan budaya,

dimana masing-masing membawa perubahan yang berbeda-beda. Lanskap alami berawal dari suatu bentukan alam yang asli (natural landscape) kemudian terjadi perubahan dengan masuknya teknologi atau campur tangan manusia yang

menghasilkan suatu lanskap buatan. Lanskap buatan (man made landscape)

berawal dari suatu bentukan alam yang primitif dimana tergantung dengan alamnya kemudian mengalami transisi dimana sangat tradisional dan teknologi yang masih sederhana, kemudian berkembang lagi dengan masuknya teknologi modern, contoh dari lanskap yang sangat tradisional adalah pertanian (Pregill & Volkman, 1993).

Lanskap budaya (Cultural landscape) adalah kawasan yang mencakup

sumber daya budaya dan alam yang terkait dengan suatu peristiwa bersejarah, aktivitas, orang, atau sekelompok orang. Sedangkan menurut Sauers (2009), lanskap budaya adalah lanskap yang dibentuk oleh suatu nilai budaya yang dimiliki kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan sumber daya alam dan lingkungan yang ada pada areal tersebut. Lanskap budaya juga merupakan suatu model dari lanskap alami yang dibentuk oleh kelompok budaya tertentu, dimana budaya adalah agen atau perantaranya, kawasan alami sebagai media dan lanskap budaya adalah hasilnya.


(39)

10   

Berdasarkan definisi ini, lingkungan lanskap budaya adalah semua yang sudah mendapat campur tangan atau diubah oleh manusia (Melnick, 1983). Pendapat yang sama dikemukaan oleh Nurisyah dan Pramukanto (1991) yang secara spesifik mendefenisikan lanskap budaya (cultural landscape) sebagai satu model atau bentuk dari lanskap binaan, yang dibentuk oleh suatu nilai budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada pada tempat tersebut. Lanskap tipe ini merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam lingkungannya yang merefleksikan adaptasi manusia dan juga perasaan serta bentuk dalam menggunakan dan mengolah sumberdaya alam dan lingkungan yang terkait erat dengan kehidupannya. Hal ini dapat dilihat oleh kelompok-kelompok masyarakat tersebut dalam bentuk pola pemukiman dan perkampungan, pola penggunaan lahan, sistem sirkulasi, arsitektur bangunan dan struktur lainnya.

Lanskap budaya dapat digambarkan secara khusus aspek keaslian suatu negara dan pengembangannya melalui bentuk, ciri, dan sejarah pembentukannya. Amerika Serikat melalui National Park Service mendefenisikan bahwa lanskap budaya itu adalah suatu area goegrafis yang memasukkan kedua sumber daya yaitu budaya dan alam yang mempunyai hubungan pada suatu tempat kejadian sejarah, aktivitas manusia, pertunjukan budaya dan juga nilai estetika (Von Droste

et al. 1995).

Adapun kempat katagori lanskap budaya yang mencirikan masing-masing lanskap budaya

1. Tapak Sejarah (History site) merupakan suatu tempat yang berarti dalam suatu kejadian atau aktivitas, atau berupa bangunan apakah yang masih berdiri atau sudah runtuh, dimana pada lokasi itu sendiri terjadi proses sejarah, budaya, atau tanpa memperhatikan nilai arkeologi atau nilai dari bangunan existing.

2. Karya Lanskap Sejarah (Historic Designed Landscape) lanskap sejarah

mempunyai suatu peristiwa yang sangat penting sebagai suatu disain atau karya artistik yang juga gabungan dari orang, tren atau kejadian di dalam sejarah arsitektur lanskap.


(40)

11  

3. Lanskap Sejarah Vernacular (Historic Vernacular Lansdcape) merupakan

gambaran nilai dari penduduk dan sikap terhadap lahan dan yang digambarkan oleh pola dari penyesuaian, penggunaan dan pengembangan dengan waktu yang lama.

4. Lanskap ethnografik, merupakan gabungan kelompok yang seumur dan khas

yang digunakan atau yang dihargai dalam jalur tradisional.

Lanskap budaya mempunyai ke khasan dalam lanskap tersebut, dan ada beberapa setting diantaranya adalah lanskap sawah berteras, ladang, savana, padang penggembalan, kampung nelayan, dan lanskap sejarah. Sedang contoh lanskap budaya yang terkait dengan kehidupan seperti pertanian, perkebunan, pertambangan, yang berhubungan dengan etnik, agama dan kepercayaan. Dapat juga berupa ekosistem yang terdiri dari ekosistem darat, laut, pesisir, gunung termasuk juga budaya yang ada dipinggiran sungai, namun lanskap budaya yang mencirikan suatu daerah dan masyarakat secara alami adalah lanskap pertanian yang sesuai dengan pola hidup, dan budaya yang ditampilkan berdasarkan aturan-aturan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut berdasarkan budaya mereka sendiri.

2.2. Lanskap Pertanian

Lanskap perdesaan menurut Undang-Undang no 26 tahun 2007, bab I ketentuan umum pasal 1, tentang penataan ruang, didefenisikan sebagai kawasan yang mempunyai kawasan pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Lanskap perdesaan menurut Departemen Umum 2005, merupakan gabungan antara lanskap yang dikelola dan lanskap alami yang berada di desa. Lanskap tersebut tidak hanya menggambarkan bagian dari muka bumi yang tidak hanya dihuni untuk pemukiman tetapi juga mampu mempreservasi lingkungan yang alami. Sumber daya alami, makanan dan habitat satwa liar mampu disediakan oleh lanskap ini yang memungkinkan manusia untuk hidup di lingkungan ekologi yang sangat beragam.


(41)

12   

Karakteristik umum wilayah pertanian di Indonesia adalah wilayah yang pada umumnya berbentuk topografi lereng untuk tanaman hortikultura dibandingkan dengan wilayah pertanian padi sawah yang relatif datar. Fenomena ini melihatkan bahwa lanskap pertanian tanaman hortikultura sangat cocok dan sangat bagus pertumbuhan didaerah pegunungan yang sesuai dengan iklim pertumbuhannya, sedangkan pada lanskap sawah yang membutuhkan tempat datar dikarenakan lahan yang membutuhkan air dalam pertumbuhannya sehingga membutuhkan tempat yang datar. Masing-masing tempat mempunyai kelebihan tersendiri, namun karena lanskap pertanian sayuran lebih banyak ke daerah pegunungan yang viewnya sangat bagus.

Vanslembrouk (2006), mengakui bahwa nilai lanskap tanah pertanian memiliki kelebihan berdasarkan keindahan yang permai dari lanskap pedesaan, seperti ladang, kebun buah-buahan, dan kumpulan ternak yang digembalakan di padang rumput. Aktivitas pertanian secara umum bersifat non-polluting (tidak pencemaran), seperti padang rumput dan pertanian hortikultura (terutama sayur, buah dan bunga) memiliki peranan dalam pembentukan pemandangan.

2.3. Agrowisata

Wisata yang didasarkan pada ketentuan WATA (World Association of

Travel Agent, Perhimpunan Agen Perjalanan Sedunia), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri, dan wisata merupakan bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cara terhadap alam. Jadi wisata adalah pergerakan orang sementara menuju tempat tujuan yang berada di luar tempat tinggal, aktivitas yang dilakukan selama mereka tinggal ditempat tujuan dan fasilitas yang ada sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk wisata dikembangkan dan direncanakan berdasarkan beberapa hal berikut:


(42)

13  

a. Kepemilikan (ownership) atau pengelola areal wisata yang dapat

dikelompokkan ke dalam tiga sektor, yaitu badan pemerintah, organisasi nirlaba, dan perusahaan komersial.

b. Sumberdaya (resource), yaitu alam (natural) dan budaya (cultural). c. Perjalanan wisata/lama tinggal (touring/longstay).

d. Tempat kegiatan, yaitu di dalam ruangan (indoor), di luar ruangan (outdoor). e. Wisata utama/wisata penunjang (primary/secondary).

f. Daya dukung (carrying capacity) tapak dengan tingkat penggunaan

pengunjung, yaitu intensif, semi intensif, dan ekstensif.

Berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Pariwisata, Pos dan telekomunikasi dengan menteri Pertanian yang dituangkan dalam SK bersama No. KM 47/PW.DVM/MPPT.88 dan No. 204/KPTS/MK.050/4/1989, agrowisata diartikan sebagai suatu bentuk aktifitas yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian (Tirtawinata & Fachruddin 1999).

Agrowisata pada prinsipnya adalah merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Nilai kualitas lingkungan tersebut disadari sangat penting. Oleh karena itu, masyarakat atau petani setempat perlu diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan kelestarian lingkungannya (Departemen Pertanian, 2003).

Salah satu bentuk pariwisata yang objek wisata utamanya adalah pertanian, dapat dikatakan sebagai agrowisata yang merupakan wisata yang memanfaatkan objek-objek pertanian. Agrowisata juga merupakan kegiatan wisata yang terintergrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan memanfaatkan objek-objek wisata, seperti teknologi pertanian, komoditi pertanian maupun view


(43)

14   

Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan pun dapat membeli produk pertanian tersebut sebagi oleh-oleh. Agrowisata juga merupakan pengabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian. Aktivitas wisata pertanian merupakan kegiatan berjalan-jalan keluar dari ruang dan lingkup pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau hal-hal lain yang tidak terkait dengan pekerjaan yang dimiliki wisatawan. Aktivitas pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, merupakan seluruh aktivitas untuk kelangsungan hidup manusia yang terkait dengan pemanenan energi matahari dari tingkat primitif (pemburu dan pengumpul) sampai model pertanian yang canggih (kultur jaringan) antara lain adalah aktivitas pertanian lahan kering, sawah, lahan palawija, perkebunan, kehutanan, pekarangan, tegalan, ladang dan sebagainya. Dalam kegiatan agrowisata, wisatawan dapat diajak berjalan-jalan untuk menikmati dan mengapresiasikan kegiatan pertanian dan kekhasan serta ke indahan alam binaannya sehingga daya apresiasi dan kesadaran untuk semakin mencintai budaya dan melestarikan alam semakin meningkat (Nurisjah, 2001).

Menurut Tirtawinata & Fachruddin (1999) bahwa agrowisata merupakan suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (Diversifikasi). Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaan (Khairul,1997).

Kawasan agrowisata dalam beberapa hal dapat memberikan keuntungan dalam perbaikan fisik perdesaan dan juga secara umum dipercaya bahwa agrowisata akan mendorong regenerasi kultur sosial dalam kawasan perdesaan (Sharpley, 2002). Selain itu kawasan agrowisata memberikan nilai tambah pada pertanian. Menurut Haeruman dalam Betrianis (1996), tujuan dari pengembangan agrowisata adalah meningkatkan nilai kegiatan pertanian dan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam penyiapan pengembangan agrowisata tidak hanya objek wisata pertaniannya saja yang


(44)

15  

disiapkan tetapi juga menyiapkan pedesaan untuk dapat menangkap nilai tambah yang diberikan oleh agrowisata tersebut.

Menurut Nurisjah (2001), wisata pertanian merupakan gabungan antara aktivitas wisata dan aktivitas pertanian. Dalam kegiatan ini wisatawan diajak untuk menikmati dan mengapresiasikan kegiatan pertanian, kekhasan dan keindahan alam binaan, sehingga daya apresiasi dan kesadaran untuk semakin mencintai budaya dan melestarikan alam semakin meningkat. Daya tarik dalam wisata pertanian dan budidaya untuk di jadikan pengembangan agrowisata meliputi proses pengolahan mulai dari tahan persiapan lahan sampai dengan pasca panen.

Pengembangan suatu lanskap untuk agrowisata melalui suatu proses perencanaan. Perencanaan merupakan urutan pekerjaan yang panjang dan terdiri dari bagian pekerjaan yang saling berkaitan (Simonds dan Starke, 2006). Marsh (1985), menyatakan perencanaan lanskap adalah penyesuaian program dengan suatu lanskap untuk menjaga kelestarian. Hal-hal yang ingin dikembangkan adalah pemandangan lanskap, ekosistem, atau unsur-unsur langka yang dapat dijadikan obyek wisatawan.

Gunn (1994), menyatakan bahwa perencanaan pengembangan wisata yang tepat adalah upaya menyeimbangkan antara penawaran (supply) dari suatu obyek agrowisata dengan permintaan (demand) dari masyarakat atau pasar. Aspek penawaran tersebut berupa obyek atau aktraksi, transportasi, informasi dan promosi serta fasilitas pelayanan. Secara spesifik, Arifin (2001) menyatakan penawaran wisata pertanian berupa keindahan pemandangan, fenomena alam dan keanekaragaman hayati, komoditas pertanian unggulan, proses produksi pertanian-proses panen, berbagai hasil olahan sebagai buah tangan, kondisi sosial budaya masyarakat pertanian sampai aspek pemasaran dan ekonomi pertanian. Wisata pertanian juga dapat melibatkan wisatawan secara aktif di dalam kegiatan pertanian tersebut.


(45)

16   

2.4. Nagari Pandai Sikek

Pandai Sikek adalah nagari yang terletak diantara dua buah gunung yaitu gunung Merapi dan gunung Singgalang. Nagari Pandai Sikek berbatasan dengan Nagari Padang Laweh dibagian Utara dan dengan Nagari Koto Laweh dibagian Selatan serta berbatasan dengan Nagari Aia Angek pada bagian Timur. Nagari Pandai Sikek berada pada ketinggian antara 800m – 1200m diatas permukaan laut. Hampir seluruh wilayahnya merupakan daerah hulu sungai yang mengalir ke Batang Anai, yaitu Batang Air Baruah yang membawa air sejuk dari gunung Singgalang, dan Batang Air Sungai Guntung yang kaya dengan mineral dari gunung. Nagari Pandai Sikek sering ditimpa abu vulkanis yang berasal dari letusan gunung berapi. Oleh karena itu tanahnya sangat subur dan memiliki potensi yang baik dan cocok menjadi daerah pertanian.

Mata pencaharian penduduk di Nagari Pandai Sikek yang utama adalah bertani dan hal ini sesuai dengan keadaan topografi Nagari Pandai Sikek. Pertanian menyumbangkan devisa yang sangat besar bagi Nagari Pandai Sikek. Komoditi utama pertanian di Nagari Pandai Sikek adalah produk tanaman keras seperti kulit manis, cengkeh, kopi, kayu surian, madang, bayur dan lain-lain. Selain itu juga berasal dari sayur-mayur seperti tomat, cabai, terung dan kol. Kontribusi besar juga berasal dari hasil penanaman padi. Diperkirakan kontribusi sektor pertanian adalah 60% – 80% dari pendapatan bruto penduduk Nagari Pandai Sikek. Hampir seluruh aktifitas pengolahan sawah maupun ladang masih dilakukan dengan menggunakan sistem tradisional seperti penggunaan kerbau untuk membajak sawah dan penggunaan sistem irigasi tali bandar (sistem irigasi berpusat pada suatu tempat) yang merupakan warisan pemerintahan kolonial Belanda. (www.psikek.wordpress.com).

Sektor lain yang menjadi keunggulan Nagari Pandai Sikek selain sektor pertanian adalah keunggulan pada seni tenunan songket dan ukiran kayu. Tenunan songket adalah kain tradisional Minangkabau yang biasanya digunakan sebagai pakaian adat yang dipakai pada acara-acara tradisional. Kain tenunan Songket biasanya dikenakan pada saat acara-acara perkawinan dan acara-acara pertemuan adat. Tenunan ini dibuat dengan menggunakan metode tradisional dengan motif-motif yang biasanya diambil dari alam dan lingkungan dan sering menampilkan


(46)

17  

motif-motif tanaman. Ukiran kayu biasanya ditemukan di banyak desa karena rumah-rumah adat memerlukan kayu-kayu yang telah diukir untuk dindingnya. Nagari Pandai Sikek merupakan salah satu tempat yang terkenal dengan kerajinan ukiran kayu. Saat ini banyak pengukir kayu yang menciptakan kerajinan-kerajinan yang dapat dijadikan cendramata untuk dibawa oleh wisatawan sebagai oleh-oleh ke negaranya.

Songket dan ukiran merupakan dua produk terkemuka yang dihasilkan secara tradisional (turun temurun) oleh seniman pekria Sumatera Barat. Hingga saat ini belum ditemukan bukti tertulis tentang awal dimulainya kegiatan menyongket. Akan tetapi proses menyongket identik dengan kegiatan bertenun. Pada awalnya pembuatan kain tenun dibuat dengan maksud melindungi tubuh dan kemudian beralih fungsi sebagai media yang bernilai estetis. Latar belakang terbentuknya jenis budaya tradisional ukiran kayu seperti yang banyak terdapat pada dinding rumah gadang tidak jauh berbeda dengan proses menyongket. Ukiran kayu pada awalnya memiliki fungsi estetis untuk menghiasi rumah. Akan tetapi sebuah hiasan tidak saja sekedar memperindah penampilan benda yang dihias. Namun, hiasan pun mampu dijadikan sebagai media komunikasi yang dapat rnenyampaikan pesan-pesan tertentu kepada pengamat atau masyarakat di sekitarnya (www.uhamka.ac.id).

Kontribusi usaha tenun dan ukiran ini cukup besar bagi pendapatan penduduk nagari secara keseluruhan. Dalam perkembangannya, industri tenun songket ikut terangkat bersamaan dengan peningkatan sektor pariwisata. Pada tahun-tahun 1980-1990, penghasilan penduduk Nagari dari sektor tenun sangat fenomenal. Salah satu dampak penghasilan yang meningkat ini adalah rumah-rumah yang dibangun dari penghasilan bertenun, dan yang lebih penting lagi adalah banyaknya penduduk nagari yang berhasil menyelesaikan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi karena melakukan pekerjaan sampingan membuat tenenun songket (www.nagaripandaisikek.com).


(47)

18   


(48)

19  

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Nagari Pandai Sikek yang termasuk dalam wilayah Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Februari 2011 sampai Mei 2011.

Lokasi penelitian berada di Nagari Pandai Sikek dengan batas-batas wilayah adalah sebagai berikut, dari sebelah Utara berbatasan dengan Nagari Padang Laweh, Kabupaten Agam, sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Aie Angek dan Nagari Koto Baru, sebelah Selatan berbatasan dengan Koto Laweh, dan sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Singgalang (Gambar 2).

(Sumber: www.googleimages.pandaisikek) Gambar 2 Lokasi Penelitian

Nagari Pandai Sikek terletak pada koordinat 0°23’49″ Lintang Selatan dan terletak pada koordinat 100°22’54″ Bujur Timur. Dilihat posisi tersebut yang berdekatan dengan garis katulistiwa, maka Nagari Pandai Sikek beriklim tropis.


(49)

20   

3.2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melewati tahap persiapan, survei, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data kemudian diakhiri dengan sintesis seperti yang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Tahapan penelitian

1. Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan penentuan lokasi, batas penelitian, penyusunan proposal dan penggurusan surat izin lokasi penelitian.

2. Survey Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey lapang, wawancara dengan nara sumber (wali nagari), studi dokumen, serta pengisian kuisioner oleh

Potensi pengembangan agrowisata Konsep pengembangan lanskap agrowisata

Sintesis

Potensi daya tarik wisata • Lanskap alami • Lahan pertanian • Sistem pertanian • Aktivitas pertanian • Organisasi masyarakat • Permukiman penduduk • Aktivitas penduduk • Kesenian

Potensi kesiapan kesiapan masyarakat

• Tingkat pendidikan • Keindahan, kebersihan

,dan kenyaman Jorong • Keinginan masyarakat Jorong terhadap wisata • Kertelibatan masyarakat

terhadap wisata saat ini • Organisasi masyarakat

pengelola Potensi pendukung wisata

• Aksesibilitas • Sarana jalan • Transportasi • Akomodasi • Rumah makan • Informasi wisata • Interpertasi wisata • Organisasi pengelola

wisata • Paket wisata

Analisis

Tatanan lanskap budaya pertanian

Aspek legal Adanya aturan pemerintah Lanskap alami • Iklim • Tanah • Landform • Vegetasi

Aspek sosial budaya • Filosofi • Karakteristik Masyarakat • Pengelolaan lanskap pertanian • Organisasi kemasyarakatan  Peng umpu lan d ata Aspek wisata • Aktivitas Wisata • Fasilitas dan

saran a • Pen gelolaan • Partisipasi

Masyarakat


(50)

21  

responden. Data yang diambil mencakup aspek lanskap alami/fisik, aspek sosial budaya, dan faktor eksternal (Tabel 1). Untuk penilaian potensi agrowisata secara skoring dilakukan pengisian tabel kriteria potensi wisata (Lampiran 1). Sedangkan untuk pengisian kuisioner metode perbandingan eksponensial (MPE), respondennya berasal dari orang-orang yang mengerti, memahami dan turut merencanakan arah perkembangan Nagari Pandai Sikek, seperti Wali Nagari, Camat X Koto, Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas PU, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pariwisata, Dosen Pertanian, Dosen Arsitektur Lanskap, dan Pakar wisata.

Tabel 1 Pengamatan di Lapangan dan Pengumpulan Data.

No Jenis Data Bentuk Data Metode

pengambilan Sumber data 1 Aspek Lanskap Alami/fisik

• Gunung, telaga • Badan air, parit • Iklim • Tanah • Vegetasi • Landform Deskriptif, Spasial dan tabular Studi literatur, pengamatan lapangan, wawancara Bappeda, BMG

2 Aspek sosial budaya • Filosofi, kepercayaan, nilai • Karakteristik masyarakat,lembaga adat • Pengelolaan, pemanfaatan,lanskap pertanian • Organisasi kemasyarakatan • Jumlah penduduk asli • Kesiapan masyarakat • Keterlibatan masyarakat • Organisasi pengelola wisata

Kualitatif/ deskriptif dan tabular Studi literatur, pengamatan lapangan, wawancara Wali nagari, pemangku adat nagari, masyarakat.

3 Faktor eksternal • Kebijakan/peraturan • Pendatang dari luar • Aktivitas wisata • Aksibilitas • Sarana jalan • Transportasi • Akomodasi • Rumah makan • Informasi wisata • Interpertasi wisata • Organisasi wisata • Paket wisata

Deskriptif dan tabular Studi literatur pengamatan lapangan, wawancara Pemda, Wali nagari,Dinas Pariwisata


(51)

22   

3. Identifikasi

Identifikasi dilakukan secara deskriptif dan spasial untuk mendeskripsikan karakter lanskap budaya pertanian di lokasi penelitian.

4. Analisis

Analisis potensi daya tarik, potensi pendukung wisata, dan kesiapan masyarakat dilakukan melalui metode skoring dan metode perbandingan eksponsial (MPE). Analisis metode skoring dilakukan dengan penjumlahan nilai/skoring dari tiap jorong. Dalam MPE dilakukan pembobotan kriteria dengan metode Eckenrode. Pembobotan dilakukan oleh responden ahli. Kuisioner MPE dan tabel nilai bobot dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Analisis data merupakan kegiatan mencari hubungan data kuisioner dari aspek-aspek yang dianalisis dan hasil identifikasi data di lapangan untuk mencapai tujuan berupa potensi pengembangan agrowisata dan konsep pengembangan lanskap agrowisata pada lanskap budaya pertanian.

Metode perbandingan eksponsial (MPE) adalah salah satu metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang mengkuantitatifkan pendapat seorang atau lebih dalam skala tertentu ( Ma’arif & Tanjung, 2003).

Kriteria–kriteria yang digunakan untuk menilai lanskap pertanian untuk pengembangan agrowisata tersebut adalah :

a. Potensi daya tarik

- Keragaman lanskap alami

- Landform pertanian - Sistem pertanian - Aktivitas pertanian

- Organisasi masyarakat pertanian

- Jenis pemukiman penduduk

- Aktivitas penduduk

- Jenis-waktu kesenian b. Potensi Pendukung wisata

- Aksesibilitas - Transportasi

- Akomodasi

- Tersedia rumah makan

- Informasi wisata - Sarana interpertasi

- Organisasi/pengelola wisata - Paket wisata yang ada


(52)

23  

c. Potensi Kesiapan masyarakat

- Hospitaliti (keterbukaan,keramahan)

- Sumber daya manusia

- Keterlibatan masyarakat pada pekerjaan wisata - Organisasi pengelola dari penduduk asli

- Tingkat Pendidikan

- Keindahan, kenyaman, dan keamanan

Total nilai setiap pilihan keputusan di hitung dengan persamaan:

m

Total Nilai =

(Rk

ij

) TKK

j

j=i

Rkij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada keputusan ke-I, yang dapat

dinyatakan dengan skala ordinal (1,2,3,4,5)

TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan, yang dinyatakan dengan bobot

n = jumlah pilihan keputusan m = jumlah kriteria putusan

Untuk mendapatkan bobot dari kriteria pada setiap aspek (daya tarik wisata, pendukung wisata, dan kesiapan masyarakat) dilakukan dengan rumus:

n ∑λej j=i

We =

k

λej λej

e=I j=I

dimana : λej = nilai ke λoleh ahli ke j

n = Jumlah responden

e = 1,2,… … k


(53)

24   

Nilai setiap lokasi jorong untuk pengembangan agrowisata sesuai dengan karakter potensi masing-masing berdasarkan range penilaian 1-5 yaitu: 5= Sangat baik 4=Baik 3= Cukup Baik 2= Kurang baik 1= Tidak baik. Tabel hasil penilaian dapat dilihat pada Lampiran 6. Sedangkan hasil penilaian setelah pembobotan disusun sesuai tabel pada Lampiran 7. Dari penilaian berdasarkan secara skoring dan MPE dilakukan analisis secara spasial untuk mengetahui potensi secara spasial.

5. Sintesis Data

Dari hasil penilaian secara skoring, MPE, dan spasial dilakukan penyusunan konsep dasar untuk pengembangan lanskap agrowisata. Berdasarkan konsep dasar, dibuat konsep pengembangan masing-masing jorong sesuai tingkat potensi pada aspek daya tarik, pendukung wisata, dan kesiapan masyarakat.


(54)

25  

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Lanskap Alami Nagari Pandai Sikek

Lanskap pembentuk pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek adalah masih bersifat alami dan memiliki panorama yang indah, ini dilihat dari view yang dapat dilihat sepanjang jalan menuju Nagari Pandai Sikek. Lanskap alami yang ada didaerah Pandai Sikek seperti Gunung Singgalang, air terjun, telaga merupakan elemen mayor pembentuk lanskap pertanian di Nagari Pandai Sikek (Gambar 4). Di daerah lereng gunung Singgalang banyak dibudidaya tanaman pertanian, baik tanaman hortikultura maupun tanaman pangan. Di bawah kaki gunung Singgalang terdapat telaga dan air terjun yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan mengaliri areal pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek. Telaga merupakan sumber air untuk aktivitas pertanian, sedang air yang ada di telaga ini berasal dari air hujan dan aliran penyimpanan dari rembesan hutan yang ada disekitar telaga.

Elemen minor yang terdapat pada lanskap pertanian di Nagari Pandai Sikek salah satunya berupa parit-parit yang mengaliri air untuk pertanian. Parit parit dibuat berdasarkan kebutuhan pertanian, dan parit-parit tersebut juga mengaliri kolam-kolam yang terdapat di rumah-rumah penduduk Nagari Pandai Sikek, kolam-kolam yang terdapat pada rumah penduduk berfungsi sebagai sarana untuk kebutuhan pertanian juga untuk kebutuhan untuk rumah tangga sehari-hari, seperti mandi, cuci, air yang mengalir dari parit-parit yang menghubungkan ke areal pertanian dan kolam tidak pernah kering dari air, untuk di aliri ke pertanian.


(55)

26   

Gambar 4 Elemen Lanskap Nagari Pandai Sikek

Iklim

Nagari Pandai Sikek mempunyai suhu rata-rata adalah 25.8oC dengan suhu rata-rata tertinggi 26.4oC pada bulan April dan terendah 24.9oC pada bulan Januari. Rata-rata kelembaban nisbi adalah 84.5%. Kelembaban nisbi tertinggi 90.8% terjadi bulan Januari, dan terendah 79% pada bulan Agustus. Rata-rata lama penyinaran adalah 58.7%. Lama penyinaran tertinggi 83.1% terjadi pada bulan Agustus dan terendah 22,9% pada bulan Januari. Rata-rata kecepatan angin adalah 2 km/jam. Kecepatan angin tertinggi 2.8 km/jam terjadi pada bulan Februari dan terendah 1,5 km/jam pada bulan Juni. Rata-rata curah hujan adalah 495.3 mm terjadi pada bulan Januari dan terendah 167.8 mm pada bulan Agustus. Rata-rata hari hujan adalah 20 hari dalam sebulan. Hari hujan tertinggi 27 hari terjadi pada bulan April dan rendah 12 hari pada bulan Agustus.

Klasifikasi iklim berdasarkan iklim Schmidt dan Ferguson termasuk daerah yang beriklim tropis tipe A (sangat basah), yaitu periode bulan basah (curah hujan > 100 mm) relatif lebih panjang dari pada bulan kering (curah < 100 mm). Sesuai dengan data curah hujan bulanan rata-rata, diketahui bahwa bulan basah yang terjadi hampir sepanjang tahun.

a

Peta Nagari Pandai Sikek 

Peta Google Earth Nagari Pandai

Telaga 


(56)

27  

Tanah

Jenis tanah pada di Nagari Pandai Sikek adalah andosol, tanah andosol merupakan tanah yang berwarna coklat kekuningan. Lapisan atas berwarna kelabu tua, lempung berdebu, remah, sangat gembur, sedangkan lapisan bawah coklat kekuningan, lempung, rempah dan gembur, muka air tanah pada tanah andosol ini dalam dan drainase cepat. Tanah bereaksi masam ph 4.6 dan kadar zat organik seperti Nitrogen tersedia cukup tinggi sedangkan P2O5 tersedia dalam kadar yang

rendah dan K2O tersedia sangat rendah, cadangan mineral agak tinggi dan

kedalaman efektif sampai 30 cm.

Topografi

Topografi Nagari Pandai Sikek berbukit dan bergelombang, pada lahan teratas terdapat hutan larangan dan kuburan sedangkan lahan sedang merupakan tempat bercocok tanam pertanian, sampai pada lahan yang paling bawah, pada setiap lahan dialiri parit untuk mengaliri pertanian yang terdiri dari tanaman hortikultura dan pertanian tanaman pangan. Nagari Pandai Sikek pada umumnya merupakan hamparan pertanian tanaman sayuran, dan tanaman pangan, sebagian kecil rumah penduduk yang ada di Nagari Pandai Sikek berada dibawah kaki gunung Singgalang.

Vegetasi

Vegetasi yang terdapat di Nagari Pandai Sikek adalah berupa tanaman hortikultura yang terdiri tanaman sayuran seperti kol (Brassica oleracea), wortel (Daucus carota L), caisin (Brassica juncea L.), cabai (Capsicum sp), terung (Solanum melongena L.), seledri (Apium graveolens L.), dan bawang daun (Allium ampeloprasum), untuk tanaman pangan yaitu padi (Oriza Sativa)pada dataran rendah dan bergelombang, sedang vegetasi untuk dataran yang lebih tinggi ditanami tanaman perkebunan seperti kulit manis (cassiavera), cengkeh (Syzygium aromaticum), kopi (Coffea arabica L.), kayu surian (Toona sureni), madang (Cinnamomum sp), dan bayur (Pterospermum spp). Tanaman utama yang ditanam pada areal pertanian berupa tanaman sayuran dan diantara tanaman sayuran tersebut di tanam tanaman pangan padi, keunikan pada vegetasi pertanian di Nagari Pandai Sikek ini adalah tanaman sayuran yang ditanam tidak homogen, tetapi heterogen yang mana diantara tanaman sayuran ada tanaman pangan, tujuan


(57)

28   

dari penanaman tanaman pangan selain untuk memutuskan siklus penyakit juga untuk memperbaiki struktur tanah yang ada pada bekas tanaman sayuran tersebut, dan uniknya lagi untuk tanaman padi petani di Nagari Pandai Sikek, hampir tidak mengunakan pupuk kimia lagi, dan pestisida, bisa dikatakan tanaman padi yang ditanam padi organik.

Hasil tanaman sayuran yang diproduksi Nagari Pandai Sikek 80% dijual untuk kebutuhan daerah diluar Sumatra Barat (BPPS, 2008), seperti daerah Riau, Medan, dan sampai ke Jakarta untuk kentang. Untuk tanaman pangan padi hanya untuk kebutuhan sendiri dan tidak diperjualkan hasilnya.

4.1.1. Lanskap Pertanian Pandai Sikek

Pandai Sikek adalah Nagari yang terletak di kaki gunung Singgalang, yang terletak pada ketinggian antara 800m – 1200m diatas permukaan laut. Di Utara Pandai Sikek berbatasan dengan Nagari Padang Laweh dan di Selatan dengan Nagari Koto Laweh. Sebelah Timur, Pandai Sikek berbatasan dengan Nagari Aie Angek dan sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Singgalang seperti yang tertera pada Gambar 5.

Sumber : Wali Nagari Pandai Sikek, 2011

Gambar 5 Peta Nagari Pandai Sikek

Hampir seluruh wilayah Pandai Sikek merupakan daerah hulu sungai yang mengalir ke Batang Anai, yaitu Batang Air Baruah yang membawa air sejuk dari gunung Singgalang, dan Batang Air Sungai Guntung yang kaya dengan mineral


(58)

29  

dari gunung Merapi. Karena dekat dengan gunung Merapi, Pandai Sikek juga sering ditimpa abu vulkanis dari letusan gunung berapi. Oleh sebab itu tanahnya sangat subur dan bagus untuk pertanian, daerah sebelah Barat bagus untuk peternakan dan usaha penggemukan dengan rumput yang subur karena air gunung Singgalang, sedang daerah sebelah Timur bagus untuk pertanian karena selalu mendapat vertilizer dari gunung Merapi berupa hujan abu kepundan dan aliran anak Sungai Guntung yang kaya dengan belerang dan mineral-mineral lainnya.

Nagari Pandai Sikek yang merupakan areal cocok yang untuk pertanian, sehingga tanaman sayuran merupakan penghasil utama.  Hasil pertanian yang utama adalah sayuran seperti terong, cabe, selederi, wortel. Juga tanaman keras seperti kulit manis. Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh permintaan pasar. Padi umumnya ditanam hanya untuk kebutuhan sendiri dan tidak merupakan tanaman produksi (Gambar 6).

Pada tahun 2010 sektor pertanian masih menjadi kontributor terbesar dari kegiatan perekonomian di Tanah Datar dan khususnya Nagari Pandai Sikek dengan kontribusi sebesar 37.79 persen atau naik 0.02 persen dari tahun sebelumnya (www.pdrbtanahdatar.com). Setiap harinya, tidak kurang dari 8 angkutan cigak baruak mengakut hasil pertanian ke pasar Koto Baru dan Padang Luar, kira-kira satu atau dua kali dalam satu hari saja, tiap Jorong di Nagari Pandai Sikek mengeluarkan hasil tani 3 ton perhari, sementara Nagari Pandai Sikek terdiri dari 4 Jorong, berarti output hasil tani pada tiap harinya adalah sekitar 12 ton. Perhitungan ini diambil berdasarkan rata-rata saja, karena pada hari pasar hasil yang di keluarkan lebih besar. Penduduk Pandai Sikek juga banyak mengusahakan kolam ikan dan peternakan sapi dan kerbau. Diperkirakan kontribusi sektor pertanian adalah 60% – 80%.


(59)

30   

Sumber : Wali Nagari Pandai Sikek, 2011 Sumber : Google Earth, 2011

Hasil deliniasi dari google earth

Gambar 6 Lahan Pertanian Pandai Sikek

4.1.2. Tatanan Lanskap Budaya Pertanian

Nagari Pandai Sikek memiliki konsep tata ruang yang dibagi menjadi ruang makro (Nagari), ruang meso (permukiman), dan ruang mikro (rumah tinggal) berdasarkan skala kesatuan kelompok masyarakatnya.

Ruang Makro (Nagari) Masyarakat Nagari Pandai Sikek memiliki pandangan hidup yang berorientasi kepada alam, yang selanjutnya sikap ini menjadi pedoman dalam menyusun adat, maka oleh karena itu setiap kegiatan dalam masyarakat termasuk kegiatan pertanian harus merujuk adat. Adat mendorong orang di Nagari Pandai Sikek untuk selalu memanfaatkan alam dengan hemat, cermat, bijaksana, ekonomis, dan efisien. Hal ini dapat dilihat


(60)

31  

dalam berbagai kegiatan mulai dari tata cara penataan permukiman dan mengatur perekonomian, pola penggunaan tanah, orientasi dan menata kehidupan bermasyarakat masih dipakai sampai saat sekarang ini dengan berpedoman kepada adat.

Kondisi dari alam yang berbeda-beda yaitu topografi dari lahan seperti ada yang datar, miring, tinggi, dan rendah, maka semua itu dapat dimanfaatkan berdasarkan potensi yang dimilikinya. Perbedaan topografi dari lahan permukiman bukan menjadi masalah, akan tetapi merupakan suatu potensi sehingga tidak ada tanah yang tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan kehidupan. Pola permukiman secara makro disebut Nagari.

Secara makro tata ruang lanskap Nagari Pandai Sikek dibagi menjadi ruang hutan, ruang permukiman, dan ruang petanian. Yang termasuk ke dalam ruang pertanian adalah sawah, ladang, dan perkebunan rakyat yang menjadi sumber penghasilan sehari-hari (Gambar 7). Hutan berada pada topografi dengan kemiringan bergelombang hingga curam. Perumahan dan ruang pertanian berada pada topografi datar hingga landai. Topografi yang berbeda bukan merupakan suatu hambatan dalam pemanfaatannya, tetapi merupakan suatu potensi yang bisa dikembangkan seoptimal mungkin.

Gambar 7 Ruang Makro Ruang Meso (Area Permukiman)

Konsep ruang meso merupakan tata ruang pada area permukiman. Ruang permukiman mencakup kampung sebagai tempat bermukim masyarakat Nagari Pandai Sikek, dan semua elemen-elemen lanskap lain seperti masjid, mushalla

Hutan

Lahan Pertanian

Permukiman Lahan Pertanian

Permukiman


(61)

32   

atau surau, kantor wali nagari, pasar, gedung pertemuan, kolam dan sekolah-sekolah yang berfungsi untuk kepentingan umum (Gambar 8).

Penyebaran rumah masyarakat Nagari Pandai Sikek pada umumnya adalah tipe mengelompok (compact settlement), jarak antara satu rumah kediaman relatif dekat. Namun pada beberapa tempat, kediaman penduduk ada yang terpecah-pecah (fragmented settlement).

Walaupun penyebaran rumah penduduk beragam, tetapi tetap ada jalan utama dari rumah-rumah yang tersusun mengikuti jalan-jalan yang terbentuk. Penyebaran rumah dan pekarangan seperti ini lebih dikenal dengan pola line village (Djenen,1980). Susunan rumah biasanya menghadap jalan, baik sejajar maupun tegak lurus jalan. Secara tradisional masyarakat Nagari Pandai Sikek tidak mengenal orientasi bangunan secara khusus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tempat kediaman masyarakat Nagari Pandai Sikek tersebut mengelompok dan menyebar adalah:

1. Terdapatnya pengaruh yang kuat dari sistem kekerabatan yang berlaku pada suku di Minangkabau.

2. Terdapatnya kawasan yang reliefnya hampir bersamaan pada lokasi tertentu yang menjadi sasaran masyarakat untuk bertempat tinggal.

3. Tersedianya sumber air pada kawasan tertentu sebagai sumberdaya yang sangat menentukan kelangsungan hidup secara layak.

4. Terdapatnya kawasan tertentu yang memiliki lahan yang subur untuk jenis pangan tertentu.

5. Ditemuinya beberapa tempat atau kawasan yang bertopografi kasar berupa perbukitan.

6. Pada sebagian kawasan terdapat permukaan air tanah yang dangkal dan memungkinkan pembuatan sumur di banyak tempat sehingga perumahan dapat didirikan dengan pemilihan tempat yang relatif bebas.


(62)

33  

Gambar 8 Fasilitas Umum Nagari Pandai Sikek

Surau Gadang

Kantor Wali Nagari

Kantor PNPM Gedung Serbaguna

Sekolah Tenun Masjid Haji Miskin

Pasar Pandai Sikek Pasar Pandai Sikek

i f

h g 

b c


(63)

34   

Pola permukiman secara meso masyarakat Minangkabau berdasarkan sistem pemerintahannya disebut sebagai kampung. Kampung ini terdiri dari beberapa paruik, yang bisa diartikan satu kaum besar tetapi masih ada pertalian darah. Kelompok keluarga paruik mendiami rumah gadang (rumah adat), yang menyediakan sederetan kamar disepanjang serambi untuk setiap wanita dewasa dan suaminya. Jika satu keluarga tidak memiliki ruang yang cukup untuk semua wanita di dalam rumah itu, maka biasanya dibuat rumah baru di atas tanah keluarga. Rumah-rumah tersebut dapat berhadapan ataupun saling bersampingan Kelompok kekerabatan paruik yang biasanya tinggal dalam satu rumah gadang, sekarang tidak ada lagi yang tinggal dalam satu rumah. Biasanya mereka telah tinggal terpisah-pisah dalam satu rumah yang umumnya berbentuk keluarga inti dan sebagian kecil berbentuk keluarga luas. Tetapi umumnya mereka masih tetap tinggal dalam lingkungan ikatan kekerabatan matrilineal. Apabila suatu keluarga inti membangun rumah baru mereka tetap membangun di lingkungan kerabat ibunya.

Ruang Mikro (Area Rumah Tinggal)

Tata ruang mikro adalah tata ruang dasar rumah dan pekarangan di Nagari Pandai Sikek pekarangannya terdapat kolam yang berfungsi sebagai tempat memelihara ikan, kebutuhan cuci dan juga terdapat pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman yang berfungsi sebagai kebutuhan rumah tangga, bumbu masak, obat, maupun tanaman yang memiliki fungsi estetik. Aktifitas masyarakat yang mayoritas sebagai petani mempengaruhi pekarangan mereka. (Gambar 9)

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2011

Gambar 9 Kolam di Depan Rumah (a); Pekarangan Rumah (b)

b a 


(64)

35  

35

 

4.1.3. Aspek Sosial Budaya

Nagari Pandai Sikek yang terletak dibawah kaki Gunung Singgalang dengan luas Nagari 2.577 Ha, jumlah penduduk 5.523 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 2.598 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 2.925 jiwa yang tersebar ke dalam empat Jorong

Penduduk Nagari Pandai Sikek sangat taat beragama dan masih menjunjung tinggi Adat salingka Nagari, dengan Falsafah “ Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah “ bersendikan adat dan agama, serta senantiasa menaati hukum, musyawarah mufakat, yang berdasarkan alur dan patut. Ungkap ini berarti bahwa apapun yang digariskan oleh agama (Islam) secara konseptual akan dipatuhi dan dilaksanakan oleh adat secara operasional "Elok dek awak, katuju dek urang" serta konsekuen melaksanakan hasil mufakat menuju kebahagiaan hidup bersama yang adil dan makmur dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Pada Lanskap budaya pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek tidak mempunyai filosofi khusus, hanya filosofi yang umum dipakai dalam budidaya pertanian. Seperti “Alam takambang jadi guru” ini berarti sesuatu pelajaran dari pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek belajar dari Alam. Tanah pertanian yang digarap ada yang merupakan tanah dari turun temurun, dan ada juga tanah yang berasal dari adat berupa tanah ulayat.

Karakteristik masyarakat yang ada pada Nagari Pandai Sikek sama dengan daerah-daerah di lainnya, yaitu dengan bersifat gotong royang dan umumnya masyarakat di Nagari Pandai Sikek adalah petani dan industri tenun kain songket. Dapat dilihat dari data-data yang ada di Nagari Pandai Sikek, mata pencaharian penduduk Nagari Pandai Sikek 75% adalah petani, 10% bekerja diswasta, 10% pengerajin, 3% PNS, dan 2% lainnya. Dilihat dari mata pencaharian yang terbanyak adalah pertanian, pertanian ini tersebar di Jorong-Jorong di Nagari Pandai Sikek. Tata guna lahan di Nagari Pandai Sikek terdiri permukiman, pekarangan, kolam, sawah, tegalan, hutan rakyat, hutan Negara, ( Tabel 2).


(65)

36   

Tabel 2 Tata Guna Lahan di Nagari Pandai Sikek

No Jenis Tata Guna Lahan Luas

Ha %

1 Permukiman 39 1.5

2 Pekarangan 7.9 0.3

3 Kolam 3.9 0.2

4 Sawah 327 12.7

5 Tegalan 448 17

6 Hutan rakyat 288 11

7 Hutan Negara 1475 57

Luas Total 2577 100%

Sumber : Data Kecamatan X Koto, 2010

Melihat dari data di atas luas lahan pertanian yang diolah bahwa tegalan paling luas, pada tegalan ini ditanam tanaman pertanian hortikultura (Gambar 10) dan tanaman padi sawah, tanaman hortikultura merupakan tanaman utama yang ditanam, hasil dari tanaman hortikultura ini banyak dijual keluar dari Nagari Pandai Sikek, sedangkan tanaman padi sawah dilaksanakan setelah melihat hasil tanaman hortikultura yang ditanam memiliki produksi sedikit maka kemudian ditanaman padi sawah. Tanaman padi sawah tersebut tidak pernah dipupuk lagi, karena tanah yang diolah adalah lahan dari hasil tanaman hortikultura, begitu juga dengan pengendalian hama penyakit, tanaman padi sawah tidak pernah disemprot dengan pestisida. Nagari Pandai Sikek juga sebuah wisata yang sangat menarik, selain berlibur juga berolah raga yang menantang dan membantu petani dari hama babi. Berburu babi ini dilakukan hampir tiap minggu, tetapi untuk pesta berburu besar-besaran biasanya dilakukan satu kali setahun.


(66)

37  

37

 

Gambar 10 Peta Tata Guna Lahan Nagari Pandai Sikek

Dalam pengelolaan lanskap pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek ini masih menggunakan kearifan lokal yang ada, mereka menanam tanaman sesuai musim hujan dan musim kemarau juga melihat harga pasar, namun dalam

komoditi yang selalu ditanaman pada tanaman hortikultura kol (Brassica

oleracea), wortel (Daucus carota L), caisin (Brassica juncea L.), cabai (Capsicum sp), terung (Solanum melongena L.), seledri (Apium graveolens L.), dan bawang daun (Allium ampeloprasum), sehingga lanskap pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek umum berbentuk pertanian hortikultura. Untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di Nagari Pandai Sikek, terutama yang menyangkut dengan pertanian selalu diatasi dengan adat di Nagari.

Daerah Minangkabau terdiri atas banyak Nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. Tiap Nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di Nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN). Dari hasil musyawarah dan mufakat dalam dewan inilah sebuah


(1)

75

 

Lampiran 4. Contoh Kuisioner Responden

Lembar Kuisioner

Data Pribadi Responden:

Nama

:Ir. Benny Sakti, MM

Domisili

:Batusangkar, 15 Tahun

Pendidikan :S2

Pekerjaaan :PNS

Jabatan

:Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum

Nagari Pandai Sikek dapat dikembangkan sebagai agrowisata dengan

potensi daya tarik wisata budaya pertanian. Diantara kriteria-kriteria di bawah ini

manakah yang mempengaruhi keberadaan potensi lanskap budaya pertanian, baik

dari segi potensi daya tarik, potensi daya dukung, dan potensi kesiapan

masyarakat, sebagai tempat untuk pengembangan agrowisata lanskap pertanian

berdasarkan tingkat kepentingan dalam menilai suatu karakter lanskap budaya

pertanian di Pandai Sikek.

Contoh : Potensi Daya Tarik Wisata Pertanian Keterangan:

1. Jumlah lanskap alami 2. Landform pertanian 3. Sistem pertanian 4. Aktivitas pertanian

5. Organisasi masyarakat pertanian 6. Jenis permukiman penduduk 7. Aktivitas penduduk

8. Jenis-waktu kesenian

Urutan Penilaian :…1-…3-…7-…2-…4.-…8.-…6.-….5 KUISIONER .

A. Karekter Potensi Daya Tarik Wisata Pertanian sebagai berikut: 1. Jumlah lanskap alami

2. Landform pertanian 3. Sistem pertanian 4. Aktivitas pertanian

5. Organisasi masyarakat pertanian 6. Jenis pemukiman penduduk 7. Aktivitas penduduk

8.

Jenis-waktu kesenian


(2)

B, Karakter Potensi Daya Tarik Pendukung sebagai berikut : 1. Aksibilitas

2. Transportasi 3. Akomodasi

4. Kesedian rumah makan 5. Informasi wisata 6. Sarana interpertasi

7. Organisasi/pengelola wisata 8. Paket wisata yang ada

Urutan pilihan karakter =…1-…3-…2-…5-…4-…8-…7-…6 C. Karakter Potensi Kesiapan Masyarakat sebagai berikut : 1. Jumlah penduduk

2. Keinginan masyarakat 3. Keterlibatan masyarakat

4. Organisasi pengelola dari penduduk asli 5. Tingkat pendidikan

6. Keindahan, kebersihan,dan kenyamanan Urutan pilihan karakter =…1-…6-…2-…4-…5-…


(3)

77

 

Lampiran 5 Tabel Penilaian Bobot Potensi Daya Tarik

Kriteria Urutan Penilaian bobot Nilai

Bobot

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KA

LP SP AK

OM JP AP JW

Nilai

Keterangan:

1. KA : Keragaman lanskap alami 2. LP : Landform pertanian 3. SP : Sistem pertanian 4. AK : Aktivitas pertanian

5. OM : Organisasi masyarakat pertanian 6. JPP : Jenis pemukiman penduduk 7. AP : Aktivitas penduduk 8. WK : Jenis-waktu kesenian

Urutan Penilaian :…..-……-……-……-…….-…...-…….-……

Lampiran 6 Nilai Pembobotan Potensi Daya Tarik dengan MPE

Lokasi/

Jorong

KA LP SP AK OM JP AP WK Skor Ranking

Tanjung

Koto Tinggi Baruah

Pagu-pagu Bobot

Lampiran 7 Contoh Nilai Pembobotan Potensi Daya Tarik dengan MPE

Lokasi/

Jorong


(4)

Tanjung 4 3 3 4 3 2 4 2 Koto tinggi 4 4 3 4 3 2 4 2 Baruah 4 3 3 4 3 2 4 2 Pagu-pagu 4 4 3 4 3 3 4 2 Bobot

Nilai 5 = Sangat baik, Nilai 4 = baik, Nilai 3 = cukup baik, Nilai 2 = Kurang baik, Nilai 1 = Tidak Baik

Lampiran 8 Tabel Penilaian Bobot Potensi Pendukung Wisata

Kriteria Urutan Penilaian bobot Nilai Bobot

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 AK

TR AM RM IW SI OW PW Nilai Keterangan:

1. AK : Aksesibilitas 2. TR : Tranportasi 3. AM : Akomodasi 4. RM : Tersedia rumah makan 5. IW : Informasi wisata 6. S I : Sarana interpertasi

7. OW : Organisasi/pengelola wisata 8. PW : Paket wisata yang ada

Urutan Penilaian =……-……-……-……-……-……-……-……

Lampiran 9 Nilai Pembobotan Potensi Pendukung Wisata dengan MPE

Lokasi/

Jorong

AK TR AM RM IW SI OW PW Skor Ranking

Tanjung

Koto tinggi Baruah

Pagu-pagu

Bobot

Lampiran 10 Contoh Nilai Pembobotan Potensi Pendukung Wisata dengan MPE

Lokasi/

Jorong

AK TR AM RM IW SI OP PW skor Ranking

Tanjung 4 3 3 3 2 3 2 2 Koto tinggi 4 3 3 3 2 2 2 2


(5)

79

 

Baruah 4 3 2 2 2 2 2 2 Pagu-pagu 4 3 3 2 2 2 2 2 Bobot

Keterangan:

Nilai 5 = Sangat baik, Nilai 4 = baik, Nilai 3 = cukup baik, Nilai 2 = Kurang baik, Nilai 1 = Tidak Baik

Lampiran 11 Tabel Penilaian Bobot Potensi Masyarakat

Kriteria Urutan Penilaian bobot Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bobot

HP SM KM OP TP KK Nilai Keterangan:

1. HP : Hospitality (Keterbukaan,keramahan) 2. SM : Sumber daya manusia

3. KM : Keterlibatan masyarakat pada pekerja wisata 4. OP : Organisasi pengelola dari penduduk asli 5. TP : Tingkat pendidikan

6. KK : Keindahan, kebersihan,dan kenyamanan Urutan Penilaian =……-……-……-……-……-…..

Lampiran 12 Nilai Pembobotan Potensi Masyarakat dengan MPE

Lokasi/

Jorong

HP SM KM OP TP K3 skor Ranking

Tanjung

Koto tinggi

Baruah

Pagu-pagu

Bobot

Lampiran 13 Nilai Pembobotan Potensi Masyarakat dengan MPE

Lokasi/

Jorong

JP KM KMt OPp TP KKk skor Ranking

Tanjung 4 4 2 2 3 3 Koto tinggi 4 4 3 2 3 3


(6)

Baruah 4 4 2 2 3 3 Pagu-pagu 4 4 3 2 3 3 Bobot

Keterangan:

Nilai 5 = Sangat baik, Nilai 4 = baik, Nilai 3 = cukup baik, Nilai 2 = Kurang baik, Nilai 1 = Tidak Baik