35
4.1.3. Aspek Sosial Budaya
Nagari Pandai Sikek yang terletak dibawah kaki Gunung Singgalang dengan luas Nagari 2.577 Ha, jumlah penduduk 5.523 jiwa dengan komposisi
jumlah penduduk laki-laki 2.598 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 2.925 jiwa yang tersebar ke dalam empat Jorong
Penduduk Nagari Pandai Sikek sangat taat beragama dan masih menjunjung tinggi Adat salingka Nagari, dengan Falsafah “ Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah “ bersendikan adat dan agama, serta senantiasa menaati hukum, musyawarah mufakat, yang berdasarkan alur dan patut. Ungkap
ini berarti bahwa apapun yang digariskan oleh agama Islam secara konseptual akan dipatuhi dan dilaksanakan oleh adat secara operasional Elok dek awak,
katuju dek urang serta konsekuen melaksanakan hasil mufakat menuju kebahagiaan hidup bersama yang adil dan makmur dalam wadah negara kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Pada Lanskap budaya pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek tidak
mempunyai filosofi khusus, hanya filosofi yang umum dipakai dalam budidaya pertanian. Seperti “Alam takambang jadi guru” ini berarti sesuatu pelajaran dari
pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek belajar dari Alam. Tanah pertanian yang digarap ada yang merupakan tanah dari turun temurun, dan ada juga tanah
yang berasal dari adat berupa tanah ulayat. Karakteristik masyarakat yang ada pada Nagari Pandai Sikek sama dengan
daerah-daerah di lainnya, yaitu dengan bersifat gotong royang dan umumnya masyarakat di Nagari Pandai Sikek adalah petani dan industri tenun kain songket.
Dapat dilihat dari data-data yang ada di Nagari Pandai Sikek, mata pencaharian penduduk Nagari Pandai Sikek 75 adalah petani, 10 bekerja diswasta, 10
pengerajin, 3 PNS, dan 2 lainnya. Dilihat dari mata pencaharian yang terbanyak adalah pertanian, pertanian ini tersebar di Jorong-Jorong di Nagari
Pandai Sikek. Tata guna lahan di Nagari Pandai Sikek terdiri permukiman, pekarangan, kolam, sawah, tegalan, hutan rakyat, hutan Negara, Tabel 2.
Tabel 2 Tata Guna Lahan di Nagari Pandai Sikek No
Jenis Tata Guna Lahan Luas
Ha 1 Permukiman
39 1.5
2 Pekarangan 7.9
0.3 3 Kolam
3.9 0.2
4 Sawah 327
12.7 5 Tegalan
448 17
6 Hutan rakyat
288 11
7 Hutan Negara
1475 57
Luas Total 2577
100 Sumber : Data Kecamatan X Koto, 2010
Melihat dari data di atas luas lahan pertanian yang diolah bahwa tegalan paling luas, pada tegalan ini ditanam tanaman pertanian hortikultura Gambar 10
dan tanaman padi sawah, tanaman hortikultura merupakan tanaman utama yang ditanam, hasil dari tanaman hortikultura ini banyak dijual keluar dari Nagari
Pandai Sikek, sedangkan tanaman padi sawah dilaksanakan setelah melihat hasil tanaman hortikultura yang ditanam memiliki produksi sedikit maka kemudian
ditanaman padi sawah. Tanaman padi sawah tersebut tidak pernah dipupuk lagi, karena tanah yang diolah adalah lahan dari hasil tanaman hortikultura, begitu juga
dengan pengendalian hama penyakit, tanaman padi sawah tidak pernah disemprot dengan pestisida. Nagari Pandai Sikek juga sebuah wisata yang sangat menarik,
selain berlibur juga berolah raga yang menantang dan membantu petani dari hama babi. Berburu babi ini dilakukan hampir tiap minggu, tetapi untuk pesta berburu
besar-besaran biasanya dilakukan satu kali setahun.
37 Gambar 10 Peta Tata Guna Lahan Nagari Pandai Sikek
Dalam pengelolaan lanskap pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek ini masih menggunakan kearifan lokal yang ada, mereka menanam tanaman sesuai
musim hujan dan musim kemarau juga melihat harga pasar, namun dalam komoditi yang selalu ditanaman pada tanaman hortikultura kol Brassica
oleracea, wortel Daucus carota L, caisin Brassica juncea L., cabai Capsicum sp, terung Solanum melongena L., seledri Apium graveolens L., dan bawang
daun Allium ampeloprasum, sehingga lanskap pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek umum berbentuk pertanian hortikultura. Untuk mengatasi masalah-
masalah yang ada di Nagari Pandai Sikek, terutama yang menyangkut dengan pertanian selalu diatasi dengan adat di Nagari.
Daerah Minangkabau terdiri atas banyak Nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan
sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. Tiap
Nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di Nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan Kerapatan Adat
Nagari KAN. Dari hasil musyawarah dan mufakat dalam dewan inilah sebuah
KM