55 Tabel 9 Hasil Penilaian Potensi Kesiapan Masyarakat
No Unsursub unsur
Pagu-pagu Tanjung
Koto Tinggi Baruah
Skor 1 Tingkat
pendidikan 10
10 10
15 2 Keindahan,kebersihan
dan kenyamanan Jorong
25 25 15 10 3 Keinginan
masyarakat wisata
25 25 25 25 4 Keterlibatan
masyarakat saat ini
20 15 20 15 5 Organisasi
masyarakat Nagari
10 10 10 15 Jumlah 105
Sangat Potensial
100 Cukup Potensial
95 Cukup Potensial
95 Cukup Potensial
Keterangan Nilai 201-250
: Sangat Potensial Nilai 151-200
: Cukup Potensial Nilai 101-150
: Kurang Potensial Nilai 50-100
: Tidak Potensial
Keinginan masyarakat lokal untuk adanya wisata di Nagari Pandai Sikek ini sangat tinggi sekali ini dilihat dari dimulainya adanya sarana informasi wisata
dari PNPM yang berada di Jorong Baruah mewakili semua jorong. Berdasarkan wawancara dengan Wali nagari akan dibangun pasar tradisional, karena mereka
sudah mulai menyadari bahwa Nagari Pandai Sikek setiap hari dikunjungi wisatawan untuk melihat dan membeli tenun kain Pandai Sikek, begitu juga
dengan keadaan alam yang ada di Nagari Pandai Sikek. Semua keinginan masyarakat ini akan terlaksana bila telah disampaikan pada organisasi ada yang
ada tiap-tiap Jorong atau biasa disebut dengan KAN Kerapatan Adat Nagari, karena semua diputuskan berdasarkan adat, setelah itu baru disampaikan oleh
Wali Nagari.
Analisis Penilaian Potensi Kesiapan Masyarakat berdasarkan Metode Perbandingan Eksponensial MPE
Karakter dari hospitaliti keterbukaan dan keramahan menurut responden para ahli merupakan karakter yang mempunyai nilai tinggi 0.217 dibandingkan
dengan karakter yang lain, dan karakter organisasi pengelola dari penduduk asli memiliki nilai paling rendah 0.118 Tabel 10. Ini menunjukan bahwa karakter
hospitality menurut responden para ahli merupakan karakter yang memiliki peran
penting untuk pengembangan agrowisata dibandingkan dengan karakter-karakter yang lain.
Keramahan penduduk di suatu tempat menjadikan ciri utama dari keterbukaan penduduk terhadap sesuatu yang baru bahkan yang belum dikenal
sekalipun. Ciri dari masyarakat yang masih kental dengan sikap gotong royong, tolong menolong sesama adalah komponen untuk menjadikan suatu tempat
menjadi agrowisata. Karakter potensi masyarakat ini mendukung dalam pengembangan agrowisata di Nagari Pandai Sikek.
Tabel 10 Bobot Karakter Kesiapan Masyarakat Berdasarkan Responden Ahli
Karakter Bobot
Hospitaliti keterbukaan, keramahan
0.217
Sumber daya manusia 0.148
Keterlibatan masyarakat pada pekerja wisata 0.212
Organisasi pengelola dari penduduk asli 0.118
Tingkat pendidikan 0.121
Keindahan, kebersihan, dan kenyamanan 0.148
Hasil perhitungan dari nilai total MPE terhadap lokasi yang memungkinkan sebagai kesiapan masyarakat untuk agrowisata dari nilai tertinggi
sampai nilai terendah adalah Jorong Baruah, Jorong Koto Tinggi, Jorong Pagu- Pagu, dan Jorong Tanjung Tabel 11.
Tabel 11 Potensi Kesiapan Masyarakat berdasarkan MPE
LokasiJorong HP SM KM OP TP K3 Skor
Ranking MPE
Tanjung 3.9 4.0 3.1 2.9 3.0 3.7 3.4670
4 Koto
Tinggi 3.8 4.0 3.1 2.6 3.0 4.8 3.6155
2 Baruah
4.0 4.0 3.4 3.0 3.1 4.8 3.7100 1
Pagu-pagu 4.0 4.0 3.1 2.6 2.9 4.8 3.5669
3 Bobot
0.212 0.184 0.217 0.121 0.148 0.118
Jorong Baruah dan Jorong Koto Tinggi dekat dengan jalan raya utama, sehingga memudahkan dari transpotasi untuk menuju lokasi Nagari Pandai Sikek,
dengan demikian banyak di datangi oleh wisatawan-wisatawan baik dalam negeri
57 maupun dari luar negeri, baik yang khusus melihat kerajinan industri songket,
maupun yang singgah melewati Nagari Pandai Sikek. Wisatawan yang datang ada yang sudah berulang-ulang datang. Hal ini membuktikan bahwa keterbukaan dan
keramah-tamahan masyarakat mendukung dalam potensi wisata.
4.2.4 Analisis Spasial Berdasarkan Wilayah Jorong
Dari hasil total penilaian dari potensi daya tarik wisata, potensi pendukung wisata, dan kesiapan masyarakat, maka didapat bahwa, Jorong yang paling
berpotensi untuk dijadikan agrowisata sebagai Jorong Pagu-pagu Tabel 21 Gambar 12.
Tabel 12 Total Penilaian Potensi Wilayah Jorong sebagai Agrowisata
No Jorong Potensi DTW
Potensi PW Potensi KM
Nilai Katagori Skor Bobot
60 Skor Bobot
20 Skor Bobot
20 1 Tanjung
3.6713 2.8327
3.4670 3.46272 CP3
2 Koto Tinggi
3.5887 2.8610
3.5393 3.43328 CP4
3 Baruah 3.4575
3.3314 3.7100 3.48278
CP2 4 Pagu-pagu
3.7134 2.8633
3.5669 3.51408 SP1 Keterangan:
Nilai 3.50 : SP Sangat potensial
Nilai 3.00-3.50 : CP Cukup potensial
Nilai 2.50-3.00 : KP Kurang potensial
Nilai 2.50 : TP Tidak potensial
Secara spasial potensi tiap jorong dapat dilihat pada Gambar 20. Jorong Baruah dengan potensi daya tarik pendukung dan posisi strategis paling dekat
dengan jalan raya antara Padang dan Bukit Tinggi, sangat potensial sebagai “welcome area” dan pusat pelayanan. Jorong Pagu-pagu sangat potesial sebagai
daya tarik utama agrowisata. Jorong Tanjung, kemudian Jorong Koto Tinggi cukup berpotensi untuk pengembangan selanjutnya.
Gambar 20 Potensi Pengembangan Agrowisata Berdasarkan Nilai MPE
4.3. Konsep Pengembangan Agrowisata
Berdasarkan penilaian potensi secara umum Nagari Pandai Sikek, dilihat dari lanskap pertanian, adanya objek dan atraksi wisata yang unik dan menarik,
alam yang indah, aksesibilitas yang baik menuju ke tempat agrowisata Nagari Pandai Sikek, serta kesiapan dari masyarakatnya maka aktivitas agrowisata dapat
dikembangkan. Potensi yang ada pada tiap-tiap jorong beragam, Jorong Pagu- pagu yang paling berpotensi sebagai objek utama agrowisata pertanian dan Jorong
Baruah sebagai kawasan “welcome” dan pelayanan wisata dan kemudian Jorong Tanjung dan Jorong Koto Tinggi sebagai kawasan pendukung pariwisata,
sehingga perlu disusun suatu konsep pengembangan agrowisata yang menyeluruh mencakup wilayah Nagari Pandai Sikek. Konsep tersebut harus mencakup
hubungan timbal balik antar aspek daya tarik, pendukung wisata dan kesiapan
masyarakat. 4.3.1. Konsep Dasar
Berdasarkan potensi yang ada di Nagari Pandai Sikek yang berada dilereng Gunung Singgalang dengan iklim yang sesuai untuk pertanian
hortikultura dataran tinggi, dengan budaya pertanian yang masih tradisonal serta masih menjunjung falsafah budaya adat nagari yaitu adat basandi syarak, syarak
59 basandi kitabullah dengan kearifan lokal dalam budaya pertanian alam
takambang jadi guru, maka konsep dasar dalam pengembangan agrowisata adalah pengembangan agrowisata yang menarik dengan mengutamakan keindahan alam
dan keunikan budaya lanskap pertanian di Nagari Pandai Sikek, serta memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Gambar 21.
• Konsep yang
diusulkan untuk
pengembangan agrowisata adalah dengan keunggulan, keunikan lanskap
pertanian dan budaya Nagari pandai Sikek, serta untuk mensejahterakan masyarakat lokal.
1. Pengembangan agrowisata disesuaikan dengan potensi masing-masing Jorong, dimana Jorong Pagu-pagu
sebagai objek daya tarik utama, Jorong Baruah sebagai kawasan penerimaan dan pelayanan wisata, serta
Jorong Tanjung dan Jorong Koto Tinggi sebagai kawasan pendukung wisata.
Daya tarik
Masyarakat Pendukung
Wisata
Potensi Jorong Pagu‐Pagu
Potensi Jorong Baruah
Potensi Jorong Tanjung
Potensi Jorong Koto Tinggi
Kesejahteraan Masyarakat
Gambar 21 Konsep Dasar Pengembangan Agrowisata
4.3.2. Konsep Pengembangan Daya Tarik Wisata
Konsep pengembangan daya tarik wisata berdasarkan hasil penilaian secara spasial, skoring dan metode perbandingan eksponensial pada tiap – tiap
jorong yang ada yaitu melakukan penataan objek wisata baik yang utama maupun pendukung, pengemasan atraksi, serta perancangan sistem interpretasinya agar
dapat disusun paket, program wisata yang menarik. Pengembangan daya tarik wisata terutama di Jorong Pagu-pagu adalah menyusun perioritas objek wisata,
dan potensi atraksinya, menyusun penataan lanskap, serta mengemas dalam bentuk paket wisata. Pada Jorong Baruah pengembangan daya tarik wisata
diarahkan pada atraksi tenun dan ukiran, sedangkan pada Jorong Tanjung pengembangan daya tarik wisata ditekankan pada pembuatan gula tradisional, dan
pada Jorong Koto Tinggi pengembangan daya tarik wisatanya pada pusat pelatihan tenun kain Pandai Sikek.
4.3.3. Konsep Pengembangan Pendukung Wisata P
engembangan daya tarik objek wisata saja tidak akan berhasil tanpa didukung pengembangan wisata seperti informasi wisata, sarana interpretasi,
organisasi pengelola wisata, dan sarana pendukung lainnya. Saat ini pendukung wisata di Nagari Pandai Sikek masih kurang memadai. Perbaikan dan
pengembangan pendukung wisata akan memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam berwisata. Pengembangan pendukung wisata disesuaikan dengan potensi
masing-masing Jorong. Konsep pengembangan pendukung wisata berdasarkan hasil penilaian secara spasial, skoring dan metode perbandingan eksponensial
pada tiap-tiap Jorong, bahwa Jorong Pagu-pagu pengembangannya diarahkan pada fasilitas sirkulasi dan interpertasi, Jorong Tanjung dan Jorong Koto Tinggi
pengembangannya diarahkan pada fasilitas penginapan dan pusat pelatihan tenun, serta Jorong Baruah pengembangannya diarahkan sebagai fasilitas pelayanan.
4.3.4. Konsep Pengembangan Kesiapan Masyarakat
Pengembangan wisata untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perlu upaya peningkatan kapasitas dan kesiapan masyarakat sebagai
pelaku penting baik dalam pengelolaan maupun penyedia jasa wisata. Pengembangan yang sangat perlu sekali dilihat dari tiap-tiap Jorong seperti
organisasi pengelolaan dari masyarakat setempat dan keterlibatan masyarakat serta tingkat pendidikan, ini masih rendah sehingga perlu adanya pelatihan-
pelatihan dan pendidikan mengenai wisata. Pada Jorong Baruah sebagai welcome area untuk kesiapan masyarakat perlu disiapkan orang-orang yang mempunyai
pengetahuan, dan potensi terhadap wisata. Dari hasil penilaian, Jorong Baruah dengan skor kesiapan masyarakat
tertinggi, namun masih perlu perbaikan dengan upaya melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wisata. Jorong Koto Tinggi untuk pengembangan kesiapan
masyarakat perlu meningkatkan pada tingkat pendidikan dalam mendukung kegiatan agrowisata, Jorong Pagu-pagu sebagai objek utama pada agrowisata,
kesiapan masyarakat dalam organisasi pengelolaan dari penduduk asli perlu pengembangan dan Jorong Tanjung sebagai pendukung kegiatan agrowisata
selain dari tingkat pendidikan, juga keterlibatan masyarakat pada pekerja wisata perlu ada.
61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
1. Berdasarkan identifikasi dan kajian lanskap budaya pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek adalah daerah pertanian yang terletak di lereng Gunung
Singgalang, dengan aktivitas budaya pertanian yang masih bersifat tradisional dengan menjunjung tinggi filsafat adat nagari yang masih dipakai sampai
sekarang untuk budidaya pertanian terutama tanaman hortikultura dan padi sawah.
2. Jorong Pagu-pagu sangat berpotensi, khususnya pada potensi daya tarik dan kesiapan masyarakat, sedangkan Jorong Baruah cukup berpotensi khususnya
dalam tersedianya pendukung wisata dan kesiapan masyarakat, kemudian Jorong Tanjung cukup berpotensi dalam daya tarik dan Jorong Koto Tinggi
cukup berpotensi dalam daya tarik dan kesiapan masyarakat. 3. Konsep yang diusulkan adalah pengembangan agrowisata dengan keunggulan
keunikan lanskap pertanian dan budaya Nagari Pandai Sikek, serta untuk mensejahterakan masyarakat lokal. Pengembangan agrowisata disesuaikan
dengan potensi masing-masing jorong, dimana Jorong Pagu-pagu sebagai objek daya tarik utama, Jorong Baruah sebagai kawasan penerimaan dan
pelayanan wisata, serta Jorong Tanjung dan Jorong Koto Tinggi sebagai kawasan pendukung wisata.
1.2. SARAN
1. Perlu penataan pada objek-objek utama yang potensial dan pengemasan atraksi untuk kemudian dibuat suatu paket program agrowisata.
2. Pemerintah daerah perlu mendukung dengan kebijakan pengembangan agrowisata di Nagari Pandai Sikek, dan bersama masyarakat membangun
sarana dan prasaranafasilitas agrowisata. 3. Pemerintah daerah berkerjasama dengan Wali Nagari perlu membina
masyarakat agar dapat berperan serta secara aktif dalam pengembangan
agrowisata.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arifin HS. 1992. Beberapa Pemikiran Pengembangan Agrowisata pada Kawasan Cagar Budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata
Agro. Institut Pertanian Bogor. Arifin HS. 2001. Peran Arsitek Lanskap dalam Perencanaan dan Pengembangan
Wisata Agro di Indonesia. Makalah pada Rapat Kerja Nasional Wisata Agro. Bogor.
Arifin HS., Munandar A., Nurhayati., dan Kaswanto. 2009. Potensi Kegiatan Agrowisata di Perdesaan. Biro Perencanaan Depertemen Pertanian
bekerjasama dengan Depertemen Arsitektur Lanskap- Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor IPB.
Betrianis. 1996. Kajian Strategi Pengembangan Kawasan Agrowisata Nanggerang di Kabupaten Sukabumi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian [tesis].
Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar. 2008. Kabupaten Tanah
Datar Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik Tanah Datar. Batu Sangkar
Diarta IS. 2010. Dampak Pariwisata Terhadap Transformasi Struktur Tenaga Kerja Dan Pendapatan Rumah Tangga Di Desa Wisata Bali. Jurnal
Kepariwisataan Indonesia 5 :31-45. Direktorat Jendral Pertanian dan Tanaman Pangan. 1990. Petunjuk
Pengembangan Wisata Agro. Bogor. Departemen Pertanian. 2003. Direktori Profil Agrowisata. Agrowisata
meningkatkan pendapatan Petani terhubung berkala. http:www.
database.deptan.go.id. [5 juli 2010]. Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang terhubung berkala. httpwww.PU.go.id [7 juli 2010]. Djenen. 1980. Pola Permukiman Penduduk Pedesaan Daerah Sumatera Barat.
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi. Kebudayaan Daerah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Fahmuddin A, Husen E. 2005. Tinjauan Umum Multifungsi Pertanian. Prosiding Seminar Multi Pertanian. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Gunn CA. 1994. Tourism Planning. Basic, Consept, Cases. Washington DC. Tailor and Francis. 460 p
65 Isdaryono, Mappile R. 2010. Kunjungan Wisman Ke Indonesia Tahun 2009:
Pencapaian Target, Fluktuasi dan Distribusinya di Pintu Masuk. Jurnal Kepariwisataan Indonesia. 5:101-110.
Khairul. 1997. Perencanaan Lanskap Agrowisata Cilantung, Parung, Bogor, Jawa Barat. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor [Skripsi]. Bogor.
Keliwar S, Damanik J, dan Fandeli C. 2010. Pola Pengelolaan Ekowisata Berbasis Komunitas Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Jurnal
Kepariwisataan Indonesia. 4:241-262. Marsh WM. 1985. Landscape Planning, Environment Aplication. New York. John
WileySon. 341p. Ma
,
arif MS, Tanjung H. 2003. Teknik-Teknik Kuantitatif untuk Manajemen. PT Grasindo. Jakarta. 188 hal.
Melnick RZ. 1983. Protecting Rural Cultural Landscapes: Finding Value in the Countryside. Journal Landscape. 2:85-97
Nurisjah S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. 4: 20-23.
Nurisjah S. 2004. Perencanaan Lanskap Penuntun Pratikum. Program studi Arsitektur Lanskap Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB.
Bogor. Nurisjah S. dan Pramukanto Q. 1991. Perencanaan Lanskap Penuntun
Praktikum. Program Studi Arsitektur Lanskap Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB.
Rao NH, Roger PP. 2006. Assessment of Agricultural Sustainability. Journal Current Science. 91:439-448
Permanasari IK. 2010. Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Wisata. Jurnal Kepariwisataan Indonesia. 5:57-69
Porteous JG. 1996. Environmental Aesthetic: Idea, Politik, and Planning. Rutledge. London
Pregill P and Nancy V. 1993. Landscape in History. Van Nosstrand Reinhold. New York.
Sharpley R. 2002. Rural Tourism and the Challenge of Tourism Diversification: The Case of Cyprus. Tourism Management 233:233-244
Simonds JO, Starke BW. 2006. Landscape Architecture, a Manual of Environmental Planning and Design. McGraw-Hill Book Co Inc. New
York. Suer C. 2009. Carl Sauer on Culture and Landscape: Readings and Commentaries.
William M. Denevan and Kent Mathewson Eds. Louisiana State University Press.
Tishler W. H. 1992. Historical landspace: An International Preservation Perspective.
Journal Landscape Planning. 9: 91-108. Tirtawinata MR, Fachrudin L .1999. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata.
Penebar Swadaya. Bogor Von Droste B, Platcher H, Rossler M. 1995. Cultural Landscape of Universal
Value. Gustav Fisher Verlag Inc. New York www. Lanskap Budaya.com. Cultural landscape 1 Februari 2011
www. Nagari Pandai Sikek.com 2 Januari 2011 www. Nagari di Sumatera Barat. com 28 Juli 2011
www. Psikek. Wordpress. com 15 Februari 2012 www. Uhamka. ac.id 15 Februari 2012
www. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Tanah Datar. com 27 Februari
2012 Vanslembrouck. 2006. The Impact of Agrotourism on Agriculture Production.
Journal Central European Agriculture. 7: 559-563. Yoeti OA. 1985. Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah.
Depdikbud. Jakarta.
67
LAMPIRAN
69
Lampiran 1 Kriteria Penilaian Potensi Daya Tarik
A Lanskap alami
elemen mayor,elemen minor
Nilai Baik 25
Cukup 20 Sedang 15
Buruk 10 Ada
≥ 2 elemen
mayor dan keragaman
elemen minor
Ada 1 Elemen mayor
dan keragaman elemen minor
Ada keragaman
namun hanya
elemen minor
Hanya ada 1 jenis
homogen, dan datar
Gunung Sungai
Telaga B Lahan
pertanian Nilai
Baik 25 Cukup 20
Sedang 15 Buruk 10
≥ 60 Beragam
60 Kurang
beragam 60
Beragam ≤ 60
Kurang beragam
Terasbertingkat Datar
Bergelombang C Sistem
pertanian Nilai
25 15 10
5 Irigasi Dialiri
secara terus- menerus
saluran primer
Dialiri secara giliran
pada salur primer
Dialiri secara
Terus- menerus
Saluran sekunder
Dialiri secara
giliran pada Saluran
sekunder
Pola tanam Nilai
25 15 10 5 Campuran,
Tumpang sari tanaman
hortikultura, dengan padi
sawah Campuran
,Tumpang sari tanaman
Jagung Homogen,
Satu jenis tanaman
hortikultura Homogen
Satu jenis tanaman
D Aktivitas pertanian
Nilai 25
20 15
10 Dapat
dilihat sepanjang
tahun, mengguna-
kan alat tradisional
Dapat dilihat sepanjang
tahun dengan mengguna-
kan alat modern
Dapat dilihat hanya satu
musim tanam
mengguna- kan alat
tradsisional Dapat dilihat
hanya dengan satu
musim tanam
mengguna- kan alat
modern
Pengolahan tanah Tanam serempak
Pengendalian hama bersama
Panen bersama
71
E Organisasi masyarakat
Nilai 25
20 15 10 Organisasi
kerapatan adat
karang tarunan
Organisasi dari kerapatan
adat Organisasi
dari karang taruna
Organisasi pemerintah
F Pemukiman penduduk
Nilai Baik 25
Cukup 20 Sedang 15
Buruk 10 ≥ 80
Beragaman 80-60
Campuran 60-40
Kurang beragam
20 Tidak
Beragam Tradisional
Permanen Semi permanen
G Aktivitas penduduk
Nilai 25 20 15 10
Dominan bertani
Bertani,dan industri tenun
Bertenun Jasa
H Kesenian
Nilai Waktu 25
20 15
Setiap hari-hari besar, agama,adat,
nasional, Adanya
kunjungan Tidak ada waktu
Kerajinan Nilai 25 15 10
≥ 50 35
20 Kuliner Nilai
25 15 10 Tempat Makanan
khas daerahtradisional
alami Tempat
makanan khas daerah
tradisional tempat khusus
Tidak ada tempat makanan yang
tersedia
JUMLAH Lanjutan