Prinsip Penghormatan Terhadap Hak Atas Tanah

92 maupun masyarakat pada umumnya”. Sementara itu, dengan diaturnya CSR atau tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam pasal 74 UUPT menimbulkan ketidakkonsistenan dengan ketentuan sebelumnya yakni pasal 1 angka 3 UUPT. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan konsep dasar terhadap tanggung jawab sosial dari yang semula bersifat social responsibility moral obligation, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 3 UUPT, menjadi “kewajiban hukum” legal obligation seperti tertuang dalam pasal 74 UUPT dimana secara eksplisit menegaskan adanya kewajiban bagi perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan serta pengenaan sanksi bagi perseroan yang tidak melaksanakannya. Jadi dengan adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat setempat, setidaknya telah memberikan kualitas hidup masyarakat yang layak dan ini tentunya akan mempermudah bagi perusahaan pemegang hak guna usaha tersebut didalam proses permohonan perpanjangan hak guna usahanya karena adanya kerjasama yang baik antara perusahaan dan masyarakat setempat.

B. Prinsip Penghormatan Terhadap Hak Atas Tanah

Penghormatan terhadap hak perorangan pada umumnya diakui di dalam Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28 ayat 4 menyatakan bahwa setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada Universitas Sumatera Utara 93 pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. Demikian bunyi ketentuan Pasal 28 J ayat 2 UUD 1945. Dengan prinsip ini maka hak atas tanah yang dipunyai seseorang sesuai dengan hukum tanah nasional dilindungi dari gangguan pihak lain. Demikian juga hak atas tanah seseorang tidak boleh dirampas dengan sewenang-wenang dan secara melawan hukum, termasuk oleh penguasa. 107 Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia semakin nampak usaha untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Berkenaan dengan pengambil alihan hak atas tanah untuk kepentingan umum diatur dalam Pasal 37 ayat 1 dan 2. Bila dalam pasal 37 disebutkan “Pelaksanaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hal ini sekarang telah memperoleh penegasan, bahwa yang dimaksud sebagai wadah atau bentuk pengaturannya tidak lain adalah Undang-Undang. 108 Prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah sering dipertentangkan dengan prinsip hak atas tanah adalah “fungsi sosial”. Sebagaimana terdapat dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-Undang Dasar Sementara UUDS menyebutkan bahwa hak milik itu adalah suatu fungsi sosial. Prinsip ini jelas tidak adanya penghormatan terhadap hak 107 Maria S.W. Sumardjono, Op. Cit., hlm. 269. 108 Ibid. Universitas Sumatera Utara 94 atas tanah seseorang. Dalam prinsip hak atas tanah adalah fungsi sosial maka apabila bidang tanah dipergunakam untuk kepentingan umum maka penghormatan terhadap hak atas tanah yang dikuasai seseorang adalah sangat kurang, hal ini dikarenakan tanah adalah fungsi sosial. Sebagaimana dikemukakan oleh Boedi Harsono, andaikata dikatakan bahwa hak-hak atas tanah adalah fungsi sosial maka pernyataan yang demikian itu bukan berpangkal pada pengakuan terhadap hak-hak perorangan atas tanah melainkan sebaliknya, berarti mengingkarinya. 109 Dalam UUPA tidak dikenal hak atas tanah adalah “fungsi sosial”, akan tetapi setiap hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Dengan kata “mempunyai fungsi sosial” ini maka hak-hak atas tanah yang ada pada seseorang itu akan tetap dihormati. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 UUPA bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Dalam Penjelasan Umum II angka 4 UUPA disebutkan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial berarti bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan atau tidak dipergunakan semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah harus sesuai dengan keadaannya dan sifat dari pada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagian yang mempunyainya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara. Ketentuan tersebut tidak berarti bahwa kepentingan perorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum masyarakat. UUPA menghormati serta memperhatikan hak-hak dan kepentingan-kepentingan perorangan 109 Boedi Harsono, Op. Cit. hlm. 303-304. Universitas Sumatera Utara 95 atas bidang tanahnya. Selanjutnya kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan haruslah saling mengimbangi, hingga pada akhirnya akan tercapai tujuan pokok: kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya. Dengan memperhatikan ketentuan Penjelasan Umum II angka 4 UUPA maka pada hakekatnya menggambarkan karakteristik fungsi sosial yaitu: Tanah dengan hak apapun tidak dibenarkan dipergunakan atau tidak dipergunakan, semata- mata untuk kepentingan pribadi. Penggunaan tanah tidak boleh merugikan masyarakat. Dengan demikian maka tanah dengan hak apapun juga, jika digunakan atau tidak digunakan untuk kepentingan pribadi, harus pula melibatkan kepentingan atau kemanfaatan bagi masyarakat. Dalam pengertian itu, kepentingan dan kemanfaatan bagi masyarakat harus diutamakan. Hal demikian memberi petunjuk bahwa ketika tanah dipergunakan atau tidak dipergunakan, pada saat itu juga daya kerja dari dipergunakan atau tidak dipergunakannya tanah itu menjangkau kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat secara bersama-sama. Inilah arti dari pernyataan bahwa setiap penggunaan atau tidak dipergunakannya tanah, daya kerja kemasyarakatan dari tanah itu selalu diwujudkan. Jika dinyatakan fungsi sosial dari hukum maka yang dimaksudkan adalah adanya daya kerja kemasyarakatan dari hukum, atau daya kerja dari hukum terhadap masyarakat. Dengan kata lain, dapat dikatakan mendekati arti efektivitas hukum. 110 Definisi hak hukum sebagai kepentingan yang dilindungi oleh hukum, atau keinginan yang diakui hukum, diragukan dengan adanya kenyataan bahwa tidak akan 110 Ibid. Universitas Sumatera Utara 96 ada hak hukum sebelum adanya hukum. Sepanjang suatu hak belum dijamin oleh aturan hukum, maka belum menjadi hak hukum, maka hal ini berarti bahwa hukum mendahului, atau bersamaan dengan lahirnya hak. 111 Menurut Sudikno Mertokusumo membedakan hak menjadi dua yakni hak absolut dan hak relatif. Hak absolut adalah hubungan hukum antara subjek hukum dengan objek hukum yang menimbulkan kewajiban pada setiap orang untuk menghormati hubungan-hubungan hukum tersebut. Hak absolut memberi wewenang pada pemegangnya untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang pada dasarnya dapat dilaksanakan terhadap siapa saja dan melibatkan setiap orang. Isi hak absolut ini ditentukan oleh kewenangan pemegang hak. Kalau ada hak absolut pada seseorang maka ada kewajiban bagi setiap orang lain untuk menghormati dan tidak mengganggunya. Pada hak absolut pihak ketiga mempunyai kepentingan untuk mengetahui keberadaannya sehingga memerlukan publikasi. 112 Hak relatif adalah hubungan subjek hukum dengan subjek hukum tertentu lain dengan perantaraan benda yang menimbulkan kewajiban pada subjek hukum lain tersebut. Hak relatif adalah hak yang berisi wewenang untuk menuntut hak yang hanya dimiliki seseorang terhadap orang-orang tertentu kreditur tertentu dan debitur tertentu. Pada dasarnya tidak ada pihak ketiga yang terlibat. Hak relatif ini tidak berlaku bagi mereka yang tidak terlibat dalam perikatan tertentu, jadi hanya berlaku bagi mereka yang menjadi 111 Jimly Asshiddiqie dan Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta : Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006, hlm. 71. 112 Sudikno Mertoksumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta : Liberty, 1985, hlm. 46. Universitas Sumatera Utara 97 pihak dalam perjanjian. Hak relatif ini berhadapan dengan kewajiban seseorang tertentu. Pihak ketiga yang berada di luar perjanjian tidak mempunyai kewajiban. Antara para pihak yang melakukan perjanjian terjadi hubungan hukum yang menyebabkan pihak yang satu berhak atas suatu prestasi dan yang lain wajib memenuhi prestasi yang telah ditentukan dalam perjanjian. 113 Selanjutnya Sudikno Mertokusumo berpendapat bahwa hak absolut masih dibedakan antara hak absolut yang bersifat kebendaan dan hak absolut yang tidak bersifat kebendaan. Hak absolut yang bersifat kebendaan objeknya adalah benda seperti hak milik atas sebidang tanah, sedangkan hak absolut yang tidak bersifat kebendaan adalah hak-hak yang berhubungan dengan hak milik perindustrian dan hak milik intelektual. Yang menjadi objek di sini adalah hasil pemikiran manusia, suatu pendapat, tanda merek atau penemuan-penemuan tertentu. Yang dimaksud dengan hak milik intelektual itu lazimnya adalah hak cipta, sedangkan yang lain adalah hak paten dan hak merek termasuk dalam hak perindustrian. 114 Dengan uraian yang agak berbeda tapi maksudnya sama Mahadi sebagaimana dikutip oleh Djuhaendah Hasan mengemukakan bahwa hukum benda dalam sistem BW merupakan bagian dari hukum kekayaan, dan hukum kekayaan terdiri atas hak 113 Ibid 114 Ibid. Universitas Sumatera Utara 98 benda dan hak dalam perikatan. Benda mengandung hak kebendaan yang bersifat absolut dan hukum perikatan merupakan hukum kekayaan yang bersifat relatif. 115 Dalam kaitan hukum pertanahan dapat pula dibedakan antara hak absolut dan hak relatif. Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 1 dan 2 UUPA bahwa atas dasar hak menguasai dari negara ditentukan adanya macam-macam hak atas tanah, yang memberi wewenang kepada pemegangnya untuk menggunakan tanah yang bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut Undang-Undang Pokok Agraria dan peraturan-peraturan yang lebih tinggi. Macam-macam hak atas tanah tersebut dijabarkan dalam Pasal 16 UUPA yang meliputi hak milik, hak guna usaha HGU, hak guna bangunan HGB, hak pakai, hak sewa, serta hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang dan hak atas tanah yang bersifat sementara. Sedangkan hak membuka tanah dan memungut hasil hutan bukanlah hak atas tanah tetapi lebih tepat disebut hak keagrariaan yakni hak yang menyangkut tanah. 116 Dari hak-hak atas tanah diatas maka hak milik, HGU, HGB diklasifikasikan sebagai hak 115 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Azas Pemisahan Horisontal. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 94. 116 Sebagaimana disebutkan dalam pasal 46 ayat 2 bahwa dengan mempergunakan hak memungut hasil hutan secara sah tidak dengan sendirinya diperoleh hak milik atas tanah. Penjelasan Pasal 46 UUPA mengemukakan bahwa hak membuka tanah dan memungut hasil hutan adalah hak-hak dalam hukum adat yang menyangkut tanah. Universitas Sumatera Utara 99 absolut dan mengikat setiap orang, sedangkan hak pakai dan hak sewa merupakan hak relatif. 117 Dalam setiap hak terdapat empat unsur yaitu subjek hukum, objek hukum, hubungan hukum yang mengikat pihak lain dengan kewajiban dan perlindungan hukum. 118 Dalam hubungannya dengan pemegang hak atas tanah maka terdapat subjek dalam arti pemegang hak atas tanah yang bersangkutan yakni bisa perorangan atau badan hukum, objek hak tersebut adalah tanah. Dengan adanya hubungan hukum tersebut mengakibatkan pihak lain untuk menghormati hubungan itu. Kalau kewajiban itu tidak diindahkan akan terjadi pelanggaran hak, maka subjek atau pemegang hak dapat minta bantuan perlindungan hukum kepada pengadilan. 119

C. Peran Serta Masyarakat Dalam Perolehan Hak Atas Tanah