penurunan kekuatan otot quadriceps pada uji fungsi otot. Disability
saluran napas akibat penyakit paru menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan aktiviti normal. Pada keadaan
ini terjadi penurunan fungsi dinamis dan keterbatasan kerja fisis. Pada rehabilitasi paru keadaan disability ditentukan oleh uji lapangan seperti uji jalan dalam waktu yang ditentukan
dan kuesioner indeks sesak untuk mengukur derajat sesak. Handicap
saluran napas adalah suatu keadaan akibat impairment dan disability sehingga pasien tidak mampu berperan dalam
masyarakat seperti yang diharapkan, misalnya penurunan kinerja latihan saat uji jalan dalam waktu yang ditentukan merupakan disability tetapi kumpulan ketidakmampuan untuk
mempertahankan pekerjaan adalah handicap.
II.3.2. Edukasi dan Dukungan Psikososial
35
Edukasi pasien bertujuan agar setiap pasien PPOK memahami kondisi penyakitnya dan keterbatasan aktifitas yang disebabkan oleh progresifiti PPOK. Edukasi program
komponen haruslah mencakup review terapi yang telah digunakan selama ini, pemakaian oksigen, mekanisme penyakit, modifikasi gaya hidup. Pasien PPOK selayaknya memahami
penyakit yang diderita agar meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian. Pasien harus mengerti bagaimana memakai obat inhalasi secara tepat. Kebiasaan merokok harus
dihentikan karena dapat memperburuk kapasiti fungsional pasien dan juga karena pasien yang masih tetap merokok biasanya akan menolak program rehabilitasi dengan alasan yang
tidak jelas. Penderita PPOK cenderung untuk kehilangan berat badannya, terutama bagi penderita dengan derajat obstruksi yang berat. Kehilangan berat badan selalu dihubungkan
dengan tingkat kematian yang tinggi. Oleh karena itu, jika hal ini dapat diatasi maka akan meningkatkan survival rate. Dibutuhkan dukungan nutrisi pada penderita PPOK. Obesitas
pada penderita PPOK juga harus dikurangi untuk menghindari komplikasi pada kardiorespirasi sistem dengan jalan pengaturan diet.
35
Universita Sumatera Utara
Dukungan psikososial berguna untuk memberikan rasa percaya diri pasien PPOK dan mencegah depresi yang akan berakibat menurunkan efektifiti rehabilitasi paru. Pasien PPOK
harus dihindari dari keadaan depresi yang juga dapat menjadi alasan drop out program rehabilitasi.
II.3.3. Latihan Relaksasi
Prevalens serangan panik pada pasien PPOK sepuluh kali lebih besar daripada orang normal. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya partisipasi penderita dalam kegiatan-
kegiatan sosial termasuk dalam hal hubungan seksual. Bimbingan psikologis sebaiknya dilakukan terhadap pasien PPOK terutama mereka yang memiliki kecenderungan mengalami
serangan panik. Psikoterapi baik dalam bentuk penyuluhan atau edukasi maupun terapi relaksasi dan desentisasi sesak napas yang diintegrasikan dalam komponen rehabilitasi paru
lainnya diharapkan dapat mengurangi kecemasan, depresi, dan sesak napas, serta meningkatkan rasa percaya diri.
Tujuan latihan relaksasi adalah: a. Menurunkan tegangan otot pernapasan, terutama otot bantu pernapasan.
b. Menghilangkan rasa cemas karena sesak napas. c. Memberikan sense of well being
Penderita PPOK yang mengalami insufisiensi pernapasan selalu merasa tegang, cemas dan takut. Untuk mengatasi keadaan ini penderita berusaha membuat posisi yang
menguntungkan terutama bagi gerakan diafragmanya. Sikap ini dicapai dengan memutar bahu ke depan dan membungkukkan badan ke depan pula. Sikap ini selalu diambil setiap
akan memulai latihan pernapasan dan terapi fisik dada . Agar penderita memahami, latihan ini harus diperagakan. Latihan relaksasi hendaknya dilakukan di ruangan yang tenang dan
posisi yang nyaman.
II.3.4. Latihan Pernapasan