PPOK. Pada pengukuran spirometri penderita PPOK, didapat penurunan volume ekspirasi paksa 1 detik VEP
1
dan penurunan kapasitas vital paksa KVP. Nilai VEP
1
KVP selalu kurang dari 70 nilai normal. VEP
1
merupakan parameter yang paling umum dipakai unutk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
Panduan mengenai derajatklassifikasi PPOK telah dikeluarkan oleh beberapa institusi seperti American Thoracic Society ATS, European Respiratory Society ERS, British
Thoracic Society BTS dan terakhir adalah Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease GOLD. Keempat panduan tersebut hanya mempunyai perbedaan sedikit,
kesemuanya berdasarkan rasio VEP
1,2,19
1
KVP dan nilai VEP
1
Tabel II.1. Klassifikasi Derajat Keparahan PPOK dari Beberapa Panduan .
Derajat I
20,21
50 ≤ VEP1
Ringan 70
≤ VEP1 Ringan
60 ≤VEP180
Derajat 0 beresiko
Derajat I Ringan
80 ≥VEP1
Derajat I Ringan
80 ≥VEP1
Derajat II 35
≤ VEP150
Sedang 50
≤ VEP170
Sedang 40
≤ VEP160
Derajat IIa Sedang
50 ≤VEP180
Derajat IIb 30
≤VEP150 Derajat II
Sedang 50
≤VEP180 Derajat III
Berat 30
≤VEP150
Derajat III VEP1
35 Berat
VEP150 Berat
VEP140 Derajat III
Berat VEP1 50
gagal nagas atau gagal jantung
kanan atau VEP130
Derajat IV Sangat berat
VEP1 50 gagal nagas atau gagal
jantung kanan atau VEP130
ATS 1995 ERS 1995
BTS 1997 GOLD 2001
GOLD 2011
II.2. Mekanisme Pernapasan Dan Disfungsi Otot Skletal Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik
PPOK merupakan suatu penyakit progresif yang mengakibatkan kemunduran fungsi paru dan pertukaran gas secara bertahap. Manifestasi dini dari gejala PPOK adalah sesak napas
Universita Sumatera Utara
saat beraktivitas dan pengurangan aktivitas. PPOK merupakan penyakit yang progresif dengan kerusakan dan remodelling jaringan paru, kurangnya elastic recoil, perubahan
ventilasi dan perfusi, peningkatan frekuensi napas membuat sesak napas semakin menonjol ketika beraktivitas.
Kelainan saluran napas dan parenkim paru yang terjadi berpengaruh pada kerja otot-otot respirasi. Usaha inspirasi pasien PPOK meningkat lebih dari empat kali dibandingkan orang
normal. Kehilangan elastic recoil menyebabkan volume paru saat relaksasi meningkat dan terjadi penutupan saluran napas kecil pada awal ekspirasi hiperinflasi statis. Ventilasi
semenit saat istirahat meningkat 50 sebagai kompensasi terhadap gangguan pertukaran gas. Meningkatnya frekuensi napas menurunkan compliance paru dibawah nilai normal.
Keterbatasan aliran udara ekspirasi yang terjadi pada 60 pasien PPOK menghambat proses pengosongan paru sehingga inspirasi dimulai pada saat paru belum mencapai volume
relaksasinya hiperinflasi dinamik.
22
Penelitian terkini menyatakan bahwa PPOK bukan hanya sebagai penyakit saluran napas yang hanya memberikan gejala di saluran napas saja tetapi juga memiliki efek sistemik
diantaranya inflamasi sistemik, kehilangan berat badan, gangguan nutrisi, disfungsi otot rangka, penyakit kardiovaskular, gangguan sistem saraf dan efek pada tulang rangka.
Disfungsi otot didefinisikan sebagai keadaan berkurangnya kekuatan dan atau ketahanan otot. Kekuatan otot adalah kemampuan untuk menghasilkan tenaga maksimal dan ketahanan otot
adalah kemampuan otot mempertahankan kerja dengan beban tertentu selama beberapa waktu.
23
24
Disfungsi otot rangka menjadi penyebab utama keterbatasan aktiviti atau intolerans latihan pada pasien PPOK selain beberapa faktor lain yang diperkirakan dapat menjelaskan
terjadinya kemunduran otot rangka pada pasien PPOK. Kurangnya aktivitas, kurangnya penggunaan otot rangka menyebabkan atrophy otot rangka.
Hal lain yang juga berperan adalah inflamasi sistemik, ketidakseimbangan nutrisi, pemakaian kortikosteroid sistemik,
Universita Sumatera Utara
hipoksemia, dan juga gangguan elektrolit. lnflamasi sistemik PPOK berhubungan dengan perubahan biokimiawi tubuh dan fungsi organ secara bermakna. lnflamasi sistemik dianggap
menjadi dasar terjadinya kaheksia, kehilangan berat badan, osteoporosis, muscle wasting, gagal jantung, aterosklerosis, demensia, depresi dan kanker.
Perubahan otot rangka pasien PPOK terutama terjadi pada otot-otot tungkai seperti otot quadriseps. Otot ini mengalami kehilangan serat tipe I tipe aerobik, pengurangan enzim
oksidatif dan meningkatnya apoptosis.
25,26
27,28
Gosker dkk mendapatkan persentase serat otot tipe l sebanyak 16 pada pasien emfisema dibandingkan dengan kontrol 45.
28
Kelemahan otot juga berhubungan dengan level lnterleukin-8 dalam sirkulasi. Faktor lain yang
menyebabkan kelemahan otot adalah stres oksidatif. Tavilani H pada tahun 2012 telah membuktikan terjadinya penurunan kapasitas antioksidan plasma pada pasien PPOK dan juga
perokok serta terjadinya peningkatan stres oksidatif pada kedua kelompok ini.
29
Saat latihan terjadi peningkatan produksi radikal bebas oleh mitokondria dan jika mekanisme pertahanan
tidak mencukupi akan terjadi proses oksidasi lemak dan protein. Atrofi otot dapat dilihat pada otot secara keseluruhan atau pada tingkat miosit tetapi dapat juga dinilai dengan
memperkirakan kehilangan fat-free mass di tungkai. Perubahan otot rangka ini disebabkan oleh berubahnya gaya hidup pasien PPOK. Kemampuan oksidatif otot ini akan berkurang
dari keadaan asidosis laktat akan lebih mudah terjadi pada latihan yang bersifat incremental. Asidosis laktat menjadi alasan mengapa pasien akan lebih awal menyelesaikan latihannya
dan peningkatan ventilasi dibutuhkan untuk mengurangi kelebihan karbondioksida sebagai mekanisme kompensasi terhadap asidosis laktat.
Sindrom metabolik seperti hipertensi, diabetes dan hiperlipidemia serta penyakit jantung sering dilaporkan sebagai faktor penyerta pada PPOK. Gangguan atau penyakit
tersebut dapat memperburuk toleransi latihan pada pasien PPOK. Crisafulli dkk mendapatkan prevalens sindrom metabolik sebanyak 61 dan penyakit jantung 24 sebagai penyerta pada
18,30
Universita Sumatera Utara
2962 pasien PPOK yang diteliti. Seluruh penyakit penyerta dalam penelitian ini memperburuk toleransi dan mengurangi efektifiti rehabilitasi.
Gas dan partikel berbahaya
31
Karakteristik penyakit Gejala Keterbatasan ekspirasi, hiperinflasi Sesak, batuk , sputum
Perubahan vaskuler Lelah Disfungsi otot perifer Intolerans latihan
Depresi, cemas Gambar II.1. Penurunan kualitas hidup pasien PPOK
II.3. Rehabilitasi Paru Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik