Dukungan psikososial berguna untuk memberikan rasa percaya diri pasien PPOK dan mencegah depresi yang akan berakibat menurunkan efektifiti rehabilitasi paru. Pasien PPOK
harus dihindari dari keadaan depresi yang juga dapat menjadi alasan drop out program rehabilitasi.
II.3.3. Latihan Relaksasi
Prevalens serangan panik pada pasien PPOK sepuluh kali lebih besar daripada orang normal. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya partisipasi penderita dalam kegiatan-
kegiatan sosial termasuk dalam hal hubungan seksual. Bimbingan psikologis sebaiknya dilakukan terhadap pasien PPOK terutama mereka yang memiliki kecenderungan mengalami
serangan panik. Psikoterapi baik dalam bentuk penyuluhan atau edukasi maupun terapi relaksasi dan desentisasi sesak napas yang diintegrasikan dalam komponen rehabilitasi paru
lainnya diharapkan dapat mengurangi kecemasan, depresi, dan sesak napas, serta meningkatkan rasa percaya diri.
Tujuan latihan relaksasi adalah: a. Menurunkan tegangan otot pernapasan, terutama otot bantu pernapasan.
b. Menghilangkan rasa cemas karena sesak napas. c. Memberikan sense of well being
Penderita PPOK yang mengalami insufisiensi pernapasan selalu merasa tegang, cemas dan takut. Untuk mengatasi keadaan ini penderita berusaha membuat posisi yang
menguntungkan terutama bagi gerakan diafragmanya. Sikap ini dicapai dengan memutar bahu ke depan dan membungkukkan badan ke depan pula. Sikap ini selalu diambil setiap
akan memulai latihan pernapasan dan terapi fisik dada . Agar penderita memahami, latihan ini harus diperagakan. Latihan relaksasi hendaknya dilakukan di ruangan yang tenang dan
posisi yang nyaman.
II.3.4. Latihan Pernapasan
36
Latihan pernapasan dilakukan setelah latihan relaksasi dikuasai penderita.
Universita Sumatera Utara
Tujuan latihan pernapasan adalah untuk: a. Mengatur frekuensi dan pola napas sehingga mengurangi air trapping
b. Memperbaiki fungsi diafragma c. Memperbaiki mobilitas sangkar toraks
d. Memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran gas tanpa meningkatkan kerja pernapasan
e. Mengatur dan mengkoordinir kecepatan pernapasan sehingga bernapas lebih efektif dan mengurangi kerja pernapasan.
Diafragma dan otot interkostal merupakan otot-otot pernapasan yang paling penting. Pada orang normal dalam keadaan istirahat, pengaruh gerakan diafragma sebesar 65 dan
volume tidal. Bila ventilasi meningkat barulah digunakan otot-otot bantu pernapasan seperti skalenus, sternokleidomastoideus, otot penyangga tulang belakang ini terjadi bila ventilasi
melampaui 50 lmenit. Pada penderita PPOK terdapat hambatan aliran udara terutama pada waktu ekspirasi. Pada umumnya letak diafragma rendah dan posisi sangkar toraks sangat
tinggi sehingga secara mekanis otot-otot pernapasan bekerja kurang efektif. Fungsi diafragma penderita PPOK kurang dari 35 volume tidal, akibatnya penderita selalu menggunakan
otot-otot bantu pernapasan. Latihan otot-otot pernapasan akan meningkatkan kekuatan otot pernapasan, meningkatkan tekanan ekspirasi PE max sekitar 37. Latihan pernapasan
meliputi:
36
a.1. Latihan pernapasan diafragma Melatih kembali penderita untuk menggunakan diafragma dengan baik dan merelaksasi
otot-otot asesorius. Latihan ini dapat dilakukan dengan prosedur berikut: a.1.1.Sebelum melakukan latihan, bila terdapat obstruksi saluran napas yang reversibel
dapat diberi bronkodilator. Bila terdapat hipersekresi mukus dilakukan drainase
Universita Sumatera Utara
postural dan latihan batuk. Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah.
a.1.2. Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar .
a.1.3. Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan yang lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang
rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi. Saat gerakan dada minimal, dinding dada
dan otot bantu napas relaksasi. a.1.4.Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui
mulut pursed lips breathing, selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi pengembangan perut. Otot perut bagian depan dibuat
berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah.
a.1.5. Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,5-1 kg dapat diletakkan di
atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini. Latihan pernapasan pernapasan diafragma sebaiknya dilakukan bersamaan dengan latihan berjalan atau naik tangga
a.2. Pursed lips breathing
36
Tujuan program ini adalah mengurangi napas pendek dan aktiviti otot asesorius, mencegah kolaps saluran napas kecil selama ekspirasi, meningkatkan P02 dan menurunkan
PC02. Pursed lips breathing PLB dilakukan dengan cara menarik napas inspirasi secara biasa beberapa detik melalui hidung bukan menarik napas dalam dengan mulut tertutup,
kemudian mengeluarkan napas ekspirasi pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti
Universita Sumatera Utara
bersiul, lamanya ekspirasi 2-3 kali lamanya inspirasi, sekitar 4-6 detik. Penderita tidak diperkenankan mengeluarkan napas terlalu keras. PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi
otot abdomen selama ekspirasi. Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung, karena terjadi elevasi involunter dari palatum molle yang menutup lubang nasofaring.
Dengan pursed lips breathing PLB akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat
mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi. Hal ini akan menurunkan volume residu, kapasitas vital meningkat dan distribusi ventilasi merata pada
paru sehingga dapat memperbaiki pertukaran gas di alveol. Selain itu PLB dapat menurunkan ventilasi semenit, frekuensi napas, meningkatkan volume tidal, PaO2 saturasi oksigen darah,
menurunkan PaCO2 dan memberikan keuntungan subjektif karena mengurangi rasa sesak napas pada penderita. Pursed lips breathing akan menjadi lebih efektif bila dilakukan
bersama-sama dengan pernapasan diafragma. Ventilasi alveoler yang efektif terlihat setelah latihan berlangsung lebih dari 10 menit.
36
a.Menarik napas b. Bibir seolah-olah c. Buang napas perlahan-lahan akan meniup perlahan-lahan
melalui hidung melalui mulut
Gambar II.3. Tekhnik pursed lips breathing a.3. Latihan batuk
37
Batuk merupakan cara yang efektif untuk membersihkan benda asing atau sekret dan saluran pernapasan. Batuk yang efektif harus memenuhui kriteria: 1 Kapasitas vital yang
Universita Sumatera Utara
cukup untuk mendorong sekret. 2 Mampu menimbulkan tekanan intra abdominal dan intratorakal yang cukup untuk mendorong udara pada fase ekspulsi. Cara melakukan batuk
yang baik: Posisi badan membungkuk sedikit ke depan sehingga memberi kesempatan luas kepada otot dinding perut untuk berkontraksi, sehingga menimbulkan tekanan intratorak.
Tungkai bawah fleksi pada paha dan lutut, lengan menyilang di depan perut. Penderita diminta menarik napas melalui hidung, kemudian menahan napas sejenak, disusul batuk
dengan mengkontraksikan otot-otot dinding perut serta badan sedikit membungkuk ke depan. Cara ini diulangi dengan satu fase inspirasi dan dua tahap fase ekspulsi. Latihan diulang
sampai penderita menguasai. Penderita yang mengeluh sesak napas saat latihan batuk, diistirahatkan dengan melakukan Iatihan pernapasan diantara latihan batuk.
36
II.3.5. Terapi Fisik Dada