Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Fisiologi Kulit

Universitas Sumatera Utara obesitas adalah striae distensae, acanthosis nigricans, skin tags, hiperandrogenism, hiperkeratosis plantar, dan candidal intertrigo. Hahler, 2006 Obesitas sudah menjadi masalah yang kompleks yang jumlah kasusnya meningkat setiap tahun. Selain menimbulkan komplikasi penyakit seperti jantung ataupun diabetes melitus, ternyata obesitas menimbulkan komplikasi di kulit seperti pada uraian di atas. Komplikasi di kulit ini dapat menyebabkan masalah kosmetik bagi orang-orang yang memilikinya. Dari beberapa komplikasi tersebut peneliti tertarik pada striae distensaestretch mark yang merupakan masalah yang umum terjadi di sekitar lingkungan peneliti. Oleh karena itu, penulis ingin meniliti hubungan antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae. 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Mengetahui prevalensi obesitas berdasarkan tingkatannya 2. Mengetahui prevalensi penderita striae distensae 3. Mengetahui lokasi predileksi striae distensae berdasarkan jenis kelamin 4. Mengetahui hubungan tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Bagi dunia pendidikan Dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Bagi masyarakat Dapat menjadi masukan bagi pembaca bahwa obesitas juga membawa dampak ke kulit yang akan mempengaruhi estetika tubuhnya sehingga menjaga pola hidup yang sehat untuk menjauhi obesitas. 3. Bagi peneliti Sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menulis Karya Tulis Ilmiah serta meningkatan daya analisa peneliti. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Histologi Kulit

Kulit adalah organ tunggal yang terberat di tubuh, dengan berat sekitar 16 dari berat badan total dan pada orang dewasa, mempunyai luas permukaan sebesar 1,2-2,3 m 2 . Kulit terdiri atas epidermis, yaitu lapisan epitel yang berasal dari ektoderm, dan dermis, yaitu suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm. Batas dermis dan epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis yang disebut papila saling mengunci dengan tonjolan epidermis yang disebut epidermal ridges rabung epidermis. Dalam bentuk tiga dimensi, interdigitasi ini dapat berbentuk peg-and-socket. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Di bawah dermis, terdapat hipodermis, atau jaringan subkutan, yaitu jaringan ikat longgar yang dapat mengandung bantalan sel-sel lemak, yang disebut panikulus adiposus. Kulit bersifat elastis, kulit dapat mengembang dan menutupi daerah yang luas pada keadaan yang disertai pembengkakan seperti pada edema dan kehamilan. Junqueira, 2007 Gambar 2.1. Anatomi Kulit Sumber : www.newenglandent.com

2.1.1. Epidermis

Epidermis terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, tetapi juga mengandung empat jenis sel yang jumlahnya tidak sebanyak jumlah sel Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara epitel, yaitu sel Melanosit, sel Langerhans dan sel Granstein, serta sel Merkel. Sel epidermis tidak mempunyai pembuluh darah, sehingga pasokan nutrisinya sepenuhnya bergantung pada jaringan dermis dibawahnya melalui dermoepidermal junction. Amirlak, 2013 Dari dermis ke atas, epidermis terdiri atas lima lapisan sel penghasil keratin keratinosit: • Statum Basale Stratum Germinativum Stratum basale terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris basofilik yang terletak di atas lamina basalis pada perbatasan epidermis-dermis. Hemidesmosom membantu mengikat sel-sel epidermis itu pada lamina basalis. Stratum basale ditandai dengan tingginya aktivitas mitosis dan bertanggung jawab atas pembaruan sel-sel epidermis secara berkesinambungan. Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari, bergantung pada usia, bagian tubuh, dan faktor lain. Junqueira, 2007 • Stratum Spinosum Stratum spinosum terdiri atas sel-sel kuboid, atau agak gepeng dengan inti di tengah dan sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi berkas filamen. Semua mitosis hanya terbatas pada lapisan yang disebut stratum malpighi, yang terdiri atas strarum basal dan stratum spinosum. Hanya stratum malpighi yang mengandung sel-sel induk epidermis. Junqueira, 2007 • Stratum Granulosum Stratum granulosum terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin padat dan granula lamellosum terbungkus-membran. Granul keratohialin berikatan dengan tonofilamen keratin untuk membentuk keratin lunak dan granula lamellosum mengeluarkan material lemak di antara sel-sel dan menyebabkan kulit kedap air. Eroschenko, 2008 • Stratum Lusidum Tampak lebih jelas pada kulit tebal, stratum lusidum ini bersifat translusen dan terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sangat gepeng. Organel dan inti tidak tampak lagi, dan sitoplasma terutama terdiri atas filamen keratin padat yang berhimpitan dalam matriks padat-elektron Junqueira, 2007. Sel tidak memiliki nukleus atau orgnel dan dipenuhi oleh filamen keratin. Eroschenko, 2008 • Stratum Korneum Lapisan ini terdiri atas 15-20 lapis gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi skleroprotein filamentosa birefringen, yakni keratin. Setelah mengalami keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas protein amorf dan fibrilar dan membran plasma yang menebal; sel-sel ini disebut sel tanduk. Selama keratinisasi berlansung, enzim hidrolitik lisosom beperan pada penghancuran organel sitoplasma. Sel-sel secara terus menerus dilepaskan pada permukaan stratum korneum. Junqueira, 2007 Pada epidermis terdapat empat jenis sel, yaitu: a. Melanosit Melanosit berasal dari sel krista neural. Melanosit memiliki badan sel bulat, dan dari badan sel tersebut terjulur cabang-cabang yang tak teratur dan panjang ke dalam epidermis, yang berjalan di antara sel-sel stratum basale dan stratum spinosum. Bagian ujung juluran ini berakhir dalam invaginasi sel yang berada di kedua lapisan tersebut. Mikroskop elektron memperlihatkan sel pucat yang mengandung banyak mitokondria kecil, sebuah kompleks golgi yang berkembang baik, dan sisterna pendek di retikulum endoplasma kasar. Hemidesmosom mengikat melanosit ke lamina basalis. Junqueira, 2007 b. Sel Langerhans Sel berbentuk bintang ini terutama ditemukan di stratum spinosum epidermis, dan mewakili 2-8 sel-sel epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah, dan mempresentasikan antigen kepada limfosit T untuk memicu respon imun. Junqueira; Eroschenko Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara c. Sel Merkel Sel Merkel biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki, yang agak menyerupai sel epitel epidermis tetapi memiliki granula padat kecil di dalam sitoplasmanya Junqueira, 2007. Karena sel ini berhubungan erat dengan akson aferen sensorik tidak bermielin, sel ini diduga berfungsi sebagai meanoreseptor untuk mendeteksi tekanan. Eroschenko, 2008 d. Sel Granstein Sel Granstein baru-baru ini ditemukan dan berperan sebagai pengatur kerja sel langerhans di kulit menjadi tidak berlebihan. Sherwood, 2009

2.1.2. Dermis

Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan hipodermis. Dermis disusun atas dua lapisan, yaitu papilare dermis pada bagian superfisial dan retikular dermis pada bagian yang lebih dalam Amirlak, 2013. Papilare dermis lebih tipis, terdiri dari jaringan ikat yang mengandung kapiler, serat elastis, serat retikulare, dan kolagen. Retikulare dermis lebih tebal, yang terdiri atas jaringan ikat padat tak teratur terutama kolagen tipe I, dan oleh karena itu memiliki lebih banyak serat dan lebih sedikit sel daripada stratum papilare. Dermis mengandung jalinan serat elastin dan serat yang lebih tebal, yang secara khusus ditemukan dalam stratum retikulare. Dari daerah ini muncul serat-serat yang secara berangsur menipis dan berakhir dengan cara menyelip ke dalam lamina basalis. Sewaktu serat ini menuju ke arah lamina basalis, serat ini secara berangsur kehilangan komponen amorf dari elastin, dan hanya komponen mikrofibril yang menyelip ke dalam lamina basalis. Jalinan elastis ini berfungsi bagi kelenturan kulit. Junqueira, 2007

2.1.3. Jaringan subkutan

Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-organ dibawahnya, yang mengkinkan kulit bergeser di atasnya. Hipodermis sering mengandung se-sel lemak yang jumlahnya bervariasi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sesuai daerah tubuh dan ukuran yang bervariasi sesuai dengan status gizi yang bersangkutan. Lapisan ini sering disebut juga sebagai fasia superfisial dan, jika cukup tebal, disebut panikulus adiposus. Junqueira, 2007 Gambar 2.2. Histologi Kulit Sumber : www.embryology.med.unsw.edu.au

2.2. Fisiologi Kulit

Pada epidermis mengandung empat jenis sel yaitu melanosit, keratinosit, sel Langerhans, dan sel Ganstein yang mempunyai fungsinya masing-masing. Melanosit menghasilkan pigmen melanin, yang disebarkan ke sel-sel kulit sekitar. Jumlah melanin di dalam tubuh inilah yang menentukan warna kulit manusia. Jumlah pigmen melanin dapat meningkat sementara sebagai respons terhadap pajanan ke berkas sinar ultraviolet UV dari matahari. Melanin tambahah ini, melaksanakan fungsi protektif dengan menerap berkas UV yang berbahaya. Sherwood, 2009 Sel epidermis yang paling banyak adalah keratinosit yang khusus menghasilkan keratin. Sewaktu mati, keratinosit membentuk lapisan luar berkeratin yang protektif. Lapisan berkeratin bersifat kedap udara, cukup kedap air, dan tidak dapat ditembus oleh sebagian besar bahan. Lapisan ini menahan lewatnya segala sesuatu yang lewat dalam dua arah antara tubuh dan lingkungan eksternal. Sherwood, 2009 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dua jenis sel epidermis lain juga berperan dalam imunitas. Sel langerhans adalah sel dendritik yang berfungsi sabagai sel penyaji antigen. Sebaliknya sel Granstein berfungsi sebagai “rem” terhadap respon imun yang diaktifkan oleh kulit. Sherwood, 2009 Epitel berlapis dengan lapisan tanduk yang ada pada epidermis melindungi permukaan tubuh terhadap abrasi mekanik dan membentuk sawar fisik terhadap patogen atau mikroorganisme asing. Eroschenko, 2008 Epidermis juga membentuk vitamin D jika terdapat sinar matahari. Jenis sel yang menghasilkan vitamin ini belum diketahui dengan pasti. Biasanya diperlukan suplemen Vitamin D dalam makanan karena kulit umumnya tidak terpajan ke sinar matahari dalam jumlah memadai untuk menghasilkan jumlah zat esensial ini secara adekuat. Sherwood, 2009 Dermis mengandung banyak pembuluh darah dan ujung saraf khusus. Pembuluh dermis tidak saja memasok nutrisi ke dermis dan epidermis, tetapi juga berperan besar mengatur suhu tubuh. Diameter pembuluh-pembuluh ini dapat dikendalikan sehingga jumlah pertukaran panas antara pembuluh darah permukaan kulit dan lingkungan eksternal dapat diubah-ubah. Reseptor di ujung perifer serat saraf aferen di dermis mendeteksi tekanan, suhu, nyeri dan input somatosensorik lain. Ujung saraf eferen di dermis mengontrol diabetes pembuluh darah, ereksi rambut, dan sekresi kelenjar eksokrin kulit. Sherwood, 2009

2.3. Striae Distensae