Patogenesis Striae Distensae Gambaran Klinis Striae Distensae

Universitas Sumatera Utara menggunakan kortikostreoid topikal, pembentukan kulit yang abnormal, dan peregangan yang terus-menerus dari kulit. Hahler, 2006 Etiologi pasti dari striae ini masih kontroversional dan sebagian disebabkan dari klinis di mana striae muncul. Striae merupakan hasil akhir dari status fisiologis yang beragam, termasuk kehamilan, kelebihan adrenokortikoid dan perubahan pada kebiasaan tubuh, yang bisa dilihat pada perubahan berat badan yang cepat, dan diduga juga adanya kecenderungan faktor genetik. Singh, 2005 Terjadinya striae sangat dihubungkan dengan obesitas. Terdapat prevalensi yang tinggi pada orang dewasa obese dan anak-anak, tetapi pembentukan striae pada remaja tidak dihubungkan dengan obesitas, tetapi lebih ke tanda keremajaan, seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, dan menarche. Pada penelitian penyakit kulit pada anak-anak dengan transplantasi organ, striae yang dipicu steriod hanya ditemukan pada remaja dan tidak pada anak yang lebih muda. Striae terlihat pada 90 wanita hamil, akibat dari gabungan faktor hormonal hormon adrenokortikal, estrogen, dan relaksin seiring dengan meningkatnya tekanan pada jaringan ikat. Pemuda pengangkat beban juga mempunyai striae pada bahu mereka. Striae juga mucul pada pasien hypercortisolism pada Cushing’s syndromedan pada orang-orang yang menggunakan steroid topikal. Singh, 2005 Telah diteliti juga bahwa striae distensae terjadi pada keadaan cachetic, seperti pada tuberkulosis, typhoid, dan setelah diet pengurangan berat badan yang intens. Striae juga bisa terlihat pada pasien anorexia nervosa. Pada kasus yang jarang striae ditemukan pada patien positif human immunodeficiency virusyang menerima protease inhibitor indinavir, pasien penyakit hati kronik, dan striae yang idiopatik. Singh, 2005

2.3.2. Patogenesis Striae Distensae

Patogenesis pembentukan striae masih belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terjadi akibat peregangan kulit yang progresif yang merangsang perubahan matriks ekstraseluler kulit, termasuk fibrilin, elastin, dan kolagen Rongioletti, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2003. Arem dan Kisher meyatakan bahwa striae dibentuk dari perlukaan kulit di mana kolagen kulit ruptur. Pada penelitian, Sheu et al. menemukan terjadi perubahan elastolisis yang berurutan diikuti dengan degenerasi sel mast pada fase awal striae distensae. Perubahan inflamasi diduga terjadi pada fase awal, dengan edema kulit dan pembendungan perivaskular limfositik. Pada fase berikutnya, terjadi atrofi epidermal dan hilangnya rabung jaringan. Kemudian, folikel rambut dan turunan kulit di bagian kulit lainnya menjadi tidak ada. Area striae berbatas tegas dari kulit sekelilingnya oleh daerah padat yang tipis, eosinofilik, berkas kolagen, dan berbentuk horizontal terhadap permukaan kulit secara paralel. Terjadi peningkatan kadar glikosaminoglikan, dan serat elastin pada papilari dermis sangat berkurang bila dibandingkan dengan kulit yang normal. Singh, 2005

2.3.3. Gambaran Klinis Striae Distensae

Striae berbentuk skar linear dengan panjang beberapa sentimeter dan lebar antara 1-10 mm. Pada fase awal, striae berbentuk lesi yang timbul berwarna merah mudaungu tanpa ada penekanan, tetapi lambat laun striae menjadi lebih pucat, tertekan, dan berkeriput halus. Rongioletti, 2003 Striae pada umumnya terletak pada lengan atas, daerah paha, daerah perut dan lumbosakral, tetapi bisa juga mengenai daerah lain, termasuk wajah, daerah lekukan pada striae yang disebabkan oleh Cushing’s syndromeatau terapi steroid. Pada wanita hamil, striae terdapat pada daerah abdomen dan payudara. Pada obesitas, striae lebih ringan dengan atrofi yang lebih sedikit dari striae pada pasien Cushing’s syndrome. Singh, 2005 Pada penelitian yang dilakukan Bertin et al. pada tahun 2013, ditemukan bahwa terdapat penipisan papillare dermis pada kulit yang terkena striae distensae dibandingkan kulit normal. Penipisan dari papillare dermis ini tergantung dari tingkat keparahan striae distensae. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2.3.4. Diagnosa Striae Distensae Diagnosa stria distensae dilakukan dengan melihat apakah terdapat garis- garis yang berbentuk linear di bagian tubuh. Perlu dibedakan dengan linea focal elastolisis, dimana lesinya berwarna kuning dan dapat diraba. Rongioletti, 2003 Pada fase awal striae, dapat ditemukan garis skar berbentuk linear berwarna keunguan atau merah muda dengan panjang beberapa sentimeter di daerah predileksinya, yaitu seperti di perut, lengan, paha, dan di daerah bokong. Garis ini disebut striae rubra. Tetapi setelah beberapa lama, garis tersebut mengalami atrofi dan mengalami pengerutan. Garis ini akan berubah menjadi warna putih dan disebut sebagai striae alba.

2.3.5. Pengobatan Striae Distensae