Universitas Sumatera Utara BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Striae distensae atau stretch mark merupakan penyakit atrofi kulit yang disebabkan oleh peregangan dari kulit yang berlebihan. SD bukan penyakit yang
membahayakan, tapi dapat menyebabkan masalah kosmetik dan psikis pada orang yang memilikinya. Prevalensi dari SD kira-kira 80 dari kebanyakan populasi.
Pada saat onset, striae rubra dibentuk tegak lurus dari arah tegangan kulit, diikuti dengan fase kronik, striae alba. Bertin. C, 2013
Penyebab dari striae distensae tidak begitu jelas, dan sejumlah teori sudah dikemukakan. Kogoj menyatakan ada sebuah striatoxin yang akan merusak kulit.
Penelitian lain menunjukkan bahwa peregangan mekanik adalah penyebab utama yang akan menyebabkan pecahnya kerangka jaringan ikat. Beberapa peneliti lain
menolak teori tersebut, karena tidak menemukan hubungan antara pertumbuhan pada ukuran lingkar abdominal pada wanita hamil dengan pembentukan striae
distensae. Masa pertumbuhan telah disarankan sebagai penyebab yang lain, dengan tanda ini biasanya berkembang pada masa remaja dan dihubungkan
dengan peningkatan cepat pada ukuran di beberapa bagian tubuh. Demikian pula, timbulnya striae distensae juga menjadiciri dari tingginya kadar hormon steroid
dalam darah. Hal itu adalah tanda umum dari penyakit Cushing dan terapi steroid lokal ataupun sistemik yang dapat merangsangnya. Tingginya kadar hormon
steroid ini mempunyai efek katabolik pada aktivitas fibroblas dan mengurangi endapan kolagen di bahan matriks kulit. Penyebab striae distensae lainnya yang
jarang dilaporkan termasuk pada status cachetickeadaan kesehatan umum yang buruk dan malnutrisi, seperti tuberkulosis dan typhoid dan pada keadaan diet
untuk mengurangi berat badan yang berlebihan. Obesitas dan peningkatan berat badan yang cepat atau penurunan dari berat badan telah menunjukkan adanya
hubungan dengan pembentukan striae distensae. Elsaie, 2009
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Obesitas menurut kamus kedokteran Dorland Edisi 25 adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan rangka dan fisik, sebagai akibat akumulasi
lemak berlebihan dalam tubuh. Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini.
Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat
mengganggu kesehatan. Sugondo, 2009 Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada
energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang
rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012
Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2013 menunjukkan peningkatan jumlah obesitas penduduk Indonesia dari tahun ke tahun. Prevalensi
penduduk laki-laki dewasa 18 tahun obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7, lebih tinggi dari tahun 2007 13,9 dan tahun 2010 7,8. Pada tahun 2013,
prevslensi obesitas perempuan dewasa 18 tahun 32,9, naik 18,1 dari tahun 2007 13,9 dan tahun 2010 15,5.
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti dipakai body mass index BMI atau indeks masa tubuh IMT untuk
menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT merupakan indikator yang paling sering dipakai dan praktis untuk mengukur tingkat populasi
berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi digunakan IMT, yaitu berat badan dalam kilogram kg dibagi tinggi dalam meter
kuadrat m
2
. Saat ini, IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat badan berlebih atau obesitas. Sugondo, 2009
Obesitas meningkatkan risiko kesehatan lebih dari 30 penyakit, termasuk resiko pada kulit. Pada umumnya, penyakit pada kulit yang dijumpai akibat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
obesitas adalah striae distensae, acanthosis nigricans,
skin tags, hiperandrogenism, hiperkeratosis plantar, dan candidal intertrigo. Hahler, 2006
Obesitas sudah menjadi masalah yang kompleks yang jumlah kasusnya meningkat setiap tahun. Selain menimbulkan komplikasi penyakit seperti jantung
ataupun diabetes melitus, ternyata obesitas menimbulkan komplikasi di kulit seperti pada uraian di atas. Komplikasi di kulit ini dapat menyebabkan masalah
kosmetik bagi orang-orang yang memilikinya. Dari beberapa komplikasi tersebut peneliti tertarik pada striae distensaestretch mark yang merupakan masalah yang
umum terjadi di sekitar lingkungan peneliti. Oleh karena itu, penulis ingin meniliti hubungan antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae.
1.2. Rumusan Masalah