Jarak Estetik Tokoh dan Perannya

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS 8 4

B. MENGANALISIS PEMENTASAN DRAMA

Pada Bab II sudah dibicarakan pengidentifikasian peristiwa, perilaku perwatakan, dialog, dan konflik pada pementasan drama. Pada bagian ini, kita akan melanjutkan pembelajaran mengenai analisis pementasan drama dan ulasannya berdasarkan data-data atau bukti-bukti relevan yang terdapat di dalamnya.

1. Unsur Drama

a. Jarak Estetik

Anda dapat menikmati drama dengan sempurna apabila drama itu sudah ditampilkan dalam pementasan dan Anda tidak mendapatkan hambatan di dalam menontonnya. Dengan begitu Anda dapat menganalisis pementasan dengan tepat. Untuk itu, Anda membutuhkan jarak penikmatan yang sering disebut jarak estetik sehingga dapat dilihat secara total. Cara ini dapat Anda lihat pada gambar berikut,

b. Tokoh dan Perannya

Tokoh drama adalah orang yang menjadi pelaku di dalam drama, sedangkan peran merupakan watak dan perilaku yang dilakukannya. Untuk memerankan seorang tokoh dalam drama memang tidak mudah. Seorang tokoh harus memahami betul peran dalam lakon yang dimainkan. Selain itu ia harus memperhitungkan daya nalar secara umum. Ini menjadi tugas seorang sutradara dalam memilih atau menyeleksi pemeran tokoh casting. Pemeran yang baik seharusnya disesuaikan dengan perannya, misalnya tokoh seorang pengemis biasanya mempunyai ciri-ciri berbadan kurus, selalu merendah, berbahasa dengan kata-kata yang menimbulkan rasa iba, pakaian compang- camping dan sebagainya yang selaras dengan itu. Pemain Jarak Estetik Penonton Di unduh dari : Bukupaket.com Bab IV ~ Kegemaran 8 5 Jadi, seandainya penampilan tokoh tersebut menyimpang dan penyimpangan tersebut tidak beralasan, secara umum penonton akan memberikan penilaian yang kurang bagus. c. Menentukan Konflik dengan Menunjukkan Data yang Mendukung Sebuah cerita akan terasa hidup apabila terjadi ketegangan yang akhirnya mengarah pada klimaks penceritaan. Hal ini dimungkinkan apabila konflik-konflik yang membangunnya tersusun secara masuk akal. Artinya, rentetan yang dikembangkan harus mempunyai alasan yang jelas dan kuat. Contoh: Suatu ketika ada seorang direktur keluar dari ruang kerjanya, marah- marah, dan menendang-nendang kursi. Setelah itu, ia berteriak-teriak memanggil karyawan perawat tanaman dan mem-PHK-nya. Rupanya janggal sekali kalau peristiwa itu terjadi hanya gara-gara melihat pot bunga yang terbuat dari tanah pecah di depannya. Peristiwa itu sebaiknya dibangun dengan emosi-emosi yang teratur sampai pada kemarahan tersebut meledak sehingga dapat dinalar oleh penikmatnya.

2. Menanggapi Pementasan Drama