Bab II ~ Transportasi
2 9
Pada saat kita menghadapi karya sastra yang berbentuk drama, yang bisa dilihat hanyalah naskah yang berupa percakapan dan pengarahan-pengarahan
yang tidak perlu diucapkan. Pemahaman yang demikian itu masih jauh kesesuaiannya dengan apa yang diharapkan penulis.
Menikmati drama yang sempurna yaitu apabila drama itu sudah ditampilkan dalam pementasan dan penonton tidak mendapatkan hambatan di dalamnya.
Untuk memberikan penilaian drama diperlukan suatu jarak penikmatan yang sering disebut jarak estetik, sehingga dapat dilihat secara total. Cara ini
dapat kita lihat pada gambar berikut yang menunjukkan jarak penikmatan.
2. Perilaku dan Perwatakannya
Tokoh drama adalah orang yang menjadi pelaku di dalam drama, sedangkan peran merupakan watak dan perilaku yang dilakukannya. Untuk memerankan
seorang tokoh drama yang baik, seorang tokoh harus memahami betul peran dalam lakon yang dimainkan. Selain itu, ia harus memperhitungkan daya nalar
secara umum. Ini menjadi tugas seorang sutradara dalam memilih atau menyeleksi pemeran tokoh casting. Pemeran yang baik seharusnya disesuaikan dengan
karakter yang akan diperankan, misalnya tokoh seorang pengemis biasanya mempunyai ciri-ciri berbadan kurus, selalu merendah, berbahasa dengan kata-
kata yang menimbulkan rasa iba, pakaian compang-camping dan sebagainya yang selaras dengan itu. Jadi, seandainya penampilan tokoh tersebut menyimpang
dan penyimpangan tersebut tidak beralasan, secara umum penonton akan memberikan penilaian yang kurang bagus.
3. Dialog dan Konflik dalam Drama
Sebuah cerita akan terasa hidup apabila dialog-dialog yang terjadi mampu menimbulkan permasalahan, ketegangan-ketegangan dan akhirnya mengarah
pada klimaks penceritaan. Hal ini dimungkinkan apabila konflik-konflik yang membangunnya tersusun secara rapi dan masuk akal. Artinya, rentetan yang
dikembangkan harus mempunyai alasan yang jelas, kuat, dan dapat diterima dengan akal sehat.
Pemain Jarak Estetik
Penonton
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS
3 0
Contoh: Suatu ketika ada seorang direktur keluar dari ruang kerjanya, marah-
marah, dan menendang-nendang kursi. Setelah itu, ia berteriak-teriak memanggil karyawan perawat tanaman
dan mem-PHK-nya. Rupanya janggal sekali kalau peristiwa itu terjadi hanya gara-gara melihat pot bunga yang terbuat dari tanah pecah di depannya. Peristiwa
itu sebaiknya dibangun dengan emosi-emosi yang teratur sampai pada kemarahan tersebut meledak sehingga dapat dinalar oleh penikmatnya, misalnya peristiwa
itu sudah pernah terjadi berkali-kali dan pekerja itu sudah diperingatkan berkali- kali pula. Untuk selanjutnya, pekerja itu masih mengabaikan bahkan meremehkan
hal tersebut.
B. MEMBAWAKAN DIALOG DISERTAI GERAK-