dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan radikal bebas seperti H
2
O
2
, superoksida, dan radikal hidroksil Suleyman, Demircan, Karagoz, dan Ozta, 2004.
Zat yang dapat digunakan untuk memicu terbentuknya udema antara lain: mustard oil
5, dextran 1, egg white fresh undiluted, serotonin kreatinin sulfat, lamda karagenin
1 yang diinduksikan secara subplantar pada telapak kaki tikus. Karagenin ada beberapa tipe, yaitu lambda λ karagenin, iota i karagenin dan
kappa k karagenin. Lambda λ karagenin ini dibandingkan dengan jenis karagenin yang lain, lambda karagenin paling cepat menyebabkan inflamasi dan
memiliki bentuk gel yang baik dan tidak keras Rowe, Sheskey, dan Weller,2003.
E. Obat Anti Inflamasi Non Steroid
Obat antiinflamasi golongan non steroid OAINS berperan sebagai antiinflamasi dengan satu atau beberapa mekanisme, diantaranya dengan inhibisi
metabolisme asam arakidonat, inhibisi enzim siklooksigenase COX atau inhibisi sintesis prostaglandin, inhibisi lipooksigenase, inhibisi sitokin, pelepasan hormon
steroid, stabilisasi membran lisosom, dan pelepasan fosforilasi oksidatif Kohli, Ali, dan Raheman, 2005.
Hampir semua OAINS adalah menghambat sintesis prostaglandin dengan inhibisi COX-1 dan COX-2. Berdasarkan pada selektifitasnya terhadap COX,
OAINS dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan, yaitu: a. Inhibitor
COX nonselektif,
meliputi aspirin,
indometasin, diklofenak,
piroksikam, ibuprofen, naproxen, dan asam mefenamat;
b. Inhibitor selektif COX-2, meliputi nimesulid, meloksikam, nabumeton, dan aseklofenak. Golongan OAINS ini bekerja secara selektif preferential COX-2,
dimana penghambatan pada COX-2-nya tidak sekuat golongan rofecoxib sehingga tidak mengganggu fungsi fisiologis COX-2 yang berguna pada
kardiovaskular. Golongan OAINS ini disebut aman untuk kardiovaskular Ignatius, Zarraga, and Ernest, 2007;
c. Inhibitor sangat selektif COX-2, meliputi celecoxib, rofecoxib, valdecoxib, parecoxib, etoricoxib dan lumiracoxib Derle, Gujar, dan Sagar, 2006. OAINS
sangat selektif COX-2 memiliki efek samping pada kardiovaskular, yaitu dapat meningkatkan resiko terjadinya AMI Acute Myocardial Infarction karena
mempunyai penghambatan yang sangat kuat terhadap COX-2. COX-2 mempunyai fungsi fisiologis dalam mensintesis prostasiklin yang berfungsi
sebagai vasodilator pada pembuluh darah jantung Ignatius, dkk, 2007.
F. Cataflam
®
D-50 Kalium Diklofenak
Cataflam
®
D-50 gambar 3 yang berisi kalium diklofenak immediate- release
dengan kekuatan 50 mg setiap tabletnya. Kalium diklofenak merupakan turunan asam benzenasetat yang termasuk dalam golongan obat antiinflamasi non
steroid OAINS. Kalium diklofenak sendiri memiliki nama kimia 2-[2,6- dichlorophenyl
amino] benzeneacetic acid, monopotassium salt dengan bobot molekul sebesar 334,25 dan rumus molekul C
14
H
10
C
l2
NKO
2
Novartis, 2009.
Gambar 3. Struktur kalium diklofenak Novartis, 2009
Tablet Cataflam
®
D-50 merupakan sediaan tablet tanpa salut sehingga bersifat dispersible atau dapat digerus dan memungkinkan digunakan dalam
peracikan obat untuk resep. Selain kalium diklofenak, bahan inaktif yang terkandung dalam Cataflam
®
D-50 antara lain kalsium fosfat, silikon dioksida koloidal, besi oksida, magnesium stearat, mikrokristalin selulosa, polietilen glikol,
povidone, natrium glikolat, pati jagung, talk, serta titanium dioksida Novartis, 2009.
Derivat fenilasetat ini termasuk NSAID yang terkuat daya antiradangnya dengan efek samping yang kurang keras dibandingkan dengan obat kuat lainnya
indometasin dan piroxicam. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif dan kuat, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakidonat
Tjay dan Rahardja, 2002. Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap
yang terikat 99 pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal first-pass sebesar 40-50. Walaupun waktu paruh singkat yakni 1-3 jam, diklofenak
diakumulasi di cairan sinovilia yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih
panjang dari waktu paruh obat tersebut. Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari
terbagi dua atau 3 dosis Gunawan, 2008.
G. Landasan Teori