Ketenagakerjaan ISU DAN PERMASALAHAN EKONOMI

13

1.2 ISU DAN PERMASALAHAN EKONOMI

1.2.1 Ketenagakerjaan

Isu utama yang masih menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia adalah tingkat pengangguran. Dengan naiknya tingkat pengangguran terbuka sebesar 10,26 pada tahun 2006 dari angka 9.8 pada tahun 2005, kinerja pembangunan ekonomi selama dua tahun terakhir dengan adanya pertumbuhan ekonomi positif sebesar hampir 6 kembali menunjukkan fenomena paradoksial. Secara perhitungan resmi pemerintah memang dibutuhkan pertumbuhan minimal sebesar 7 pertahun untuk mengurangi tingkat pengangguran secara signifikan. Perhitungan lain juga memperkirakan bahwa setiap 1 pertumbuhan ekonomi diharapkan akan terjadi penyerapan sebanyak 400 ribu orang tenaga kerja. Perhitungan terbaru malahan lebih pesimis lagi dimana setiap 1 pertumbuhan, sebenarnya tenaga kerja yang dapat terserap hanyalah berkisar antara 200 sampai dengan 250 orang tenaga kerja saja. Makin tingginya Jumlah populasi angkatan kerja pada tahun 2005 tercatat sebanyak 105,8 juta orang dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 2 juta orang pertahunnya, namun pertumbuhan kesempatan kerja jauh lebih lambat lagi. Persoalan lain dalam hal ketenagakerjaan adalah tingginya pula tingkat pengangguran terselubung bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang pada tahun 2005 tercatat hampir mencapai 30. Ditenggarai pula bahwa angka setengah pengangguran ini relatif lebih tinggi untuk tingkat setengah pengangguran sukarela yang mencerminkan tingginya rasa ketidakberdayaan dan keputusasaan angkatan kerja dalam mencari pekerjaan tetap. Isu lain dalam hal ketenagakerjaan adalah makin tingginya tingkat kesempatan kerja di sektor-sektor informal sebagai konsekwensi dari terbatasnya kesempatan kerja di sektor-sektor formal. Analisa data yang tercatat menunjukkan bahwa fenomena ini diakibatkan oleh makin cenderung menurunnya tingkat produksi di sektor-sektor usaha formal selama kurun waktu 4 tahun terakhir. Fenomena ini dapat menjadi penghambat proses pembangunan ekonomi Indonesia karena disadari bahwa kegiatan- kegiatan sektor informal ini tingkat produktivitasnya lebih rendah dibandingkan sektor informal dimana secara kelembagaan dana yang berputar tidak dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi yang lebih luas, namun hanya dinikmati oleh sedikit pihak saja. Hubungan antara pihak pekerja dan pengusaha mengalami banyak friksi yang terjadi secara berulang-ulang selama dua tahun terakhir. Demonstrasi penolakan Revisi UU Tenaga Kerja No. 132003 yang sempat menghentikan kegiatan usaha industri di berbagai kota besar merupakan salah satu indikasi adanya ketidak-beresan dalam tata-cara penyelesaian berbagai kasus 14 dispute yang terjadi antara pekerja dan pengusaha. Hal ini diperparah pula oleh penolakan pihak wakil tenaga kerja terhadap kenaikan UMP dan UMK di berbagai daerah di Indonesia yang dianggap tidak sesuai dengan standar konsumsi layak hidup KLH. Sebaliknya, tidak sedikit pula keluhan dan ketidakpuasan pihak pengusaha dengan kenaikan UMK dan UMP yang menurut mereka semakin mempersulit ruang gerak usaha mereka dengan semakin tingginya biaya produksi, sementara pasar produksi mereka baik domestik maupun ekspor dianggap tidak menunjukkan perbaikan signifikan. Di tahun-tahun mendatang sepertinya masalah ketenagakerjaan nasional masih akan tetap menjadi topik yang harus dibenahi mengingat pentingnya isu ketenagakerjaan terhadap aspek-aspek yang lebih luas selain aspek ekonomi saja seperti aspek politik, keamanan dan ketertiban, serta sosial budaya.

1.2.2 Kemiskinan