Inflasi dan Kebijakan Moneter

6

1.1.2 Inflasi dan Kebijakan Moneter

Indikator makroekonomi Indonesia sampai dengan triwulan III-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga tercermin pada inflasi yang terus menurun dan nilai tukar rupiah yang stabil. Selain itu, perkembangan yang positif ini di dukung oleh menguatnya optimisme masyarakat terhadap perbaikan kondisi perekonomian yang tercermin dari membaiknya daya beli dan keyakinan konsumen terutama terhadap ekspektasi penghasilan. Nilai tukar rupiah sepanjang triwulan II-2006 bergerak relatif stabil meskipun sempat beberapa kali mengalami tekanan. Fluktuasi nilai tukar tersebut terkait dengan perkembangan ekspektasi suku bunga di pasar internasional dan kondisi politik eksternal. Stabilitas nilai tukar didukung oleh perkembangan neraca pembayaran yang membaik. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah triwulan III-2006 mencapai Rp 9.124 per dolar AS atau sedikit melemah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 9.115 per dolar. Secara point to point, rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,4 dari Rp 9.263 menjadi Rp 9.225. Perkembangan rupiah yang stabil ini juga tergambar pada volatilitas yang menurun signifikan dari 3,01 menjadi 0,85. Terjaganya perkembangan rupiah ditopang oleh membaiknya kondisi makroekonomi domestik. Beberapa indikator ekonomi yaitu ekspor, PDB, serta inflasi, terus membaik sehingga turut menopang stabilitas nilai tukar rupiah. Penurunan BI Rate, bersamaan dengan sentimen positif dari pelaku pasar, pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, nilai tukar yang stabil, kondusifnya sentimen global dan faktor eksternal telah mendorong investor untuk menambah portofolio investasinya di pasar saham yang mendorong maraknya perdagangan pasar modal. Hal ini tercermin dari meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan IHSG menjadi 1.535, menguat 17,1 dibanding triwulan sebelumnya. Dari sisi pemodal, perdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilaku investor domestik. Perkembangan kondisi global, yang ditandai oleh bertahannya suku bunga AS mendorong investor asing untuk menambah portofolio saham. Inflasi IHK sampai dengan oktober 2006 tetap terkendali dan tetap menunjukkan tren yang menurun. Tren penurunan inflasi ini didorong oleh kecilnya dampak inflasi dari administered prices yang hanya berasal dari penyesuaian tarif PDAM, kenaikan harga minyak tanah di tingkat eceran dan adanya penurunan harga BBM nonsubsidi. Perkembangan ini pada akhirnya menghasilkan tingkat inflasi IHK secara tahunan masih menunjukkan tren yang menurun. Laju inflasi IHK pada triwulan III-2006 mencapai 14,55 yoy lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,53 yoy. Sedangkan secara tahun kalender, laju inflasi sepanjang 2006 mencapai 4,06 ytd, lebih rendah dibandingkan laju inflasi kalender pada 2005 yang mencapai 6,39 ytd. 7

1.1.3 Keuangan Negara dan Fiskal