Timbang serbuk rimpang setelah pemanasan bobot B. Selisih bobot A dan B merupakan kadar air dari zat yang diteliti.
Rumus penentuan kadar air :
�−� �
� 100
3. Pembuatan ekstrak etanolik rimpang jahe emprit
Pembuatan ekstrak etanolik rimpang jahe emprit dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 50,0 g serbuk rimpang jahe emprit dimasukkan ke
dalam tabung erlenmeyer bertutup, lalu ditambahkan 250,0 ml pelarut etanol 96. Kemudian dilakukan ekstraksi selama 3x24 jam. Selanjutnya, dilakukan
penyaringan dengan menggunakan corong Buchner. Filtrat yang diperoleh, dikumpulkan dan diuapkan untuk menghilangkan etanol dengan menggunakan
rotary evaporator. Pelarut yang masih tersisa diuapkan menggunakan oven pada suhu 40
◦
C. Ekstrak kental yang diperoleh digunakan dalam pembuatan sediaan uji.
4. Tahap praperlakuan senyawa uji
Sebelum penelitian dilaksanakan, semua hewan uji ditimbang berat badannya, kemudian hewan uji dipelihara selama 1 minggu di Laboratorium
Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
5. Pembuatan suspensi sel darah merah domba SDMD 1
Darah domba segar yang telah diberi antikoagulan disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm untuk memisahkan plasma dari sel darah merah.
Lapisan atas yang berupa plasma dibuang dengan mikropipet dan pada lapisan
bawah yang berupa endapan sel darah merah, ditambahkan larutan PBS pH 7,2 sebanyak 3 kali volume SDMD yang tersisa. Tabung kemudian dibolak-balik
dengan perlahan-lahan sampai SDMD tersuspensi secara homogen, kemudian disentrifugasi lagi. Pencucian paling sedikit dilakukan tiga kali. Setelah
disentrifugasi, PBS dikeluarkan sehingga yang tertinggal adalah SDMD 100. Ambil 0,5 mL suspensi SDMD 100, tambahkan PBS dengan volume sama
sehingga didapat suspensi SDMD 50. Untuk mendapatkan suspensi SDMD
1, maka dari 1 mL suspensi SDMD 50 ditambahkan PBS ad 50 mL. 6. Tahap penentuan dosis campuran madu kelengkeng dan ekstrak etanolik
jahe emprit
Penentuan dosis campuran madu kelengkeng dan ekstrak etanolik rimpang jahe emprit didasarkan pada Suranto 2007 dan penelitian Mellawati
2008. Suranto menyatakan bahwa dosis madu yang dianjurkan pada manusia adalah 1-2 kalihari 1 sendok makan 15 mL. Konversi dosis pada manusia
yang berat badannya 70 kg ke tikus yang berat badannya 200 g adalah 0,018 Ngatidjan, 1991. Dosis madu untuk tikus 200 g adalah :
Faktor konversi x dosis penggunaan 2 kalihari = 0,018 x 30 mL = 0,54 mL ≈ 0,6 mL
Untuk dosis ekstrak etanolik jahe emprit didasarkan pada penelitian Mellawati 2008. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mellawati dosis 25
mgkgBB volume pemberian 0,2 mL20 g BB memberikan efek yang optimal dan sama dengan imunostimulator sintetik Levamisol hidroklorida dan
imunostimulator alami ekstrak echinacea.