Kerjasama Antar Negara .1 Belum optimalnya keterkaitan pengelolaan perbatasan

97 3.1.2.6 Kerjasama Antar Negara 3.1.2.6.1 Belum optimalnya keterkaitan pengelolaan perbatasan dengan kerjasama sub regional, maupun regional Kerjasama bilateral, sub regional, maupun regional memberikan suatu peluang besar bagi pengembangan kawasan perbatasan. Kerjasama regional dan sub-regional yang ada saat ini seperti ASEAN, Indonesia Malaysia Singapura–Growth Triangle IMS-GT, Indonesia Malaysia Thailand–Growth Triangle IMT-GT, Australia Indonesia Development Area AIDA, maupun Brunei, Indonesia, Malaysia, Phillipines – East Asian Growth Area pada umumnya meliputi provinsi- provinsi di wilayah perbatasan di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama perdagangan dan investasi. Namun demikian, tampaknya bentuk-bentuk kerjasama ini belum memiliki keterkaitan dengan pembangunan kawasaan perbatasan yang tertinggal dan terisolir 86 . Hal ini sebenarnya sangat penting, karena berkembangnya kawasan perbatasan 86 Kerjasama regional di bidang survei dan pengawasan batas wilayah darat antara Indonesia dengan Malaysia, pertamakali dilakukan pada tahun 1973. Namun sampai saat ini masih ada sejumlah gap segmen-segmen tersebar di sepanjang perbatasan negara yang belum bisa disepakati bersama, maupun di beberapa wilayah laut yang belum dirundingkan oleh kedua negara. Lihat Departemen Komunikasi dan Informatika, 2006, Menelusuri Batas…Op.Cit. hlm.16. 98 akan mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan secara keseluruhan. 3.1.2.6.2 Belum optimalnya kerjasama antarnegara dalam penanggulangan pelanggaran hukum di perbatasan Kerjasama antarnegara untuk menanggulangi pelanggaran hukum di kawasan perbatasan seperti illegal logging, illegal fishing, penyelundupan kayu, pelanggaran batas negara, dan berbagai jenis pelanggaran lainnya belum dilaksanakan secara optimal. Di beberapa daerah kepulauan, misalnya Kepulauan Riau, di Sangihe dan Talaud, perairan Kalimantan Timur, Papua dan NTB dan NTT, masih banyak nelayan asing terutama dari Thailand dan Filipina yang melakukan kegiatan penangkapan tanpa ijin karena ketidaktahuan batas laut antara kedua negara. Pembicaraan bilateral untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan negara tetangga perlu dilakukan, mengingat sumberdaya yang telah dicuri selama ini merugikan negara dalam jumlah besar 87 . Pada dasarnya permasalahan pengelolaan perbatasan merupakan permasalahan yang bersifat universal dan hampir seluruh negara di dunia 87 Ibid 99 menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perbatasan negaranya. Berdasarkan penjabaran mengenai isu dan permasalahan pengelolaan kawasan perbatasan di atas, maka setelah menganalisa 6 enam aspek yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa isu dan permasalahan pengelolaan kawasan perbatasan dapat dibagi menjadi dua, yakni: 1 permasalahan berkaitan dengan penegasan batas negara secara fisik; 2 pengelolaan daerah perbatasan. Kebijakan pengelolaan perbatasan Indonesia sampai saat ini dinilai masih belum komprehensif kendatipun telah dibentuk BNPP. Untuk itu, perubahan paradigma yang menjadikan daerah perbatasan sebagai “beranda depan” negara perlu didukung oleh sejumlah kebijakan lain agar pengelolaan perbatasan menjadi lebih optimal sekaligus memperkuat kelembagaan BNPP. 100

BAB IV ANALISIS APLIKATIF TERHADAP PARADIGMA OUTWARD LOOKING

DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN Studi Kasus Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara Pada Bab sebelumnya penulis telah memaparkan gambaran secara umum mengenai pengelolaan kawasaan perbatasan Republik Indonesia dan transisi perubahannya, kemudian ditambah dengan berberapa kasus mengenai pengelolaan kawasan perbatasan yang pada dasarnya tidak lepas dari persoalan konsep dan strategi pengelolaan kawasan perbatasan yang sebelumnya tidak menjadi prioritas dalam rancangan maupun pelaksanaan pembangunan nasional Republik Indonesia. Untuk itu dalam pembahasan bab ini, penulis mencoba untuk menggambarkan situasi maupun kondisi dalam pengelolaan kawasan perbatasan Republik Indonesia yang saat ini masih dapat dikatakan sedang berada dalam masa – masa transisi perubahan pradigma dari Inward Looking menjadi Outward Looking.

4.1 GRAND DESIGN PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN

KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 – 2025 Grand Design Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011 - 2025, ditetapkan dengan maksud untuk menyediakan acuan bagi penyusunan rencana induk maupun rencana aksi pengelolaan perbatasan mengenai bagaimana mencapai visi dan misi jangka panjang pengelolaan perbatasan sebagaimana diamanahkann dalam RPJP 1 . Grand 1 Grand Design Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Di Indonesia Tahun 2011-2025. BNPP Republik Indonesia, RPJP Tahun 2011