GRAND DESIGN PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN

100

BAB IV ANALISIS APLIKATIF TERHADAP PARADIGMA OUTWARD LOOKING

DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN Studi Kasus Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara Pada Bab sebelumnya penulis telah memaparkan gambaran secara umum mengenai pengelolaan kawasaan perbatasan Republik Indonesia dan transisi perubahannya, kemudian ditambah dengan berberapa kasus mengenai pengelolaan kawasan perbatasan yang pada dasarnya tidak lepas dari persoalan konsep dan strategi pengelolaan kawasan perbatasan yang sebelumnya tidak menjadi prioritas dalam rancangan maupun pelaksanaan pembangunan nasional Republik Indonesia. Untuk itu dalam pembahasan bab ini, penulis mencoba untuk menggambarkan situasi maupun kondisi dalam pengelolaan kawasan perbatasan Republik Indonesia yang saat ini masih dapat dikatakan sedang berada dalam masa – masa transisi perubahan pradigma dari Inward Looking menjadi Outward Looking.

4.1 GRAND DESIGN PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN

KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 – 2025 Grand Design Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011 - 2025, ditetapkan dengan maksud untuk menyediakan acuan bagi penyusunan rencana induk maupun rencana aksi pengelolaan perbatasan mengenai bagaimana mencapai visi dan misi jangka panjang pengelolaan perbatasan sebagaimana diamanahkann dalam RPJP 1 . Grand 1 Grand Design Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Di Indonesia Tahun 2011-2025. BNPP Republik Indonesia, RPJP Tahun 2011 101 design yang dalam hal ini diposisikan dan berperan menjembatani antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJPM, bertujuan untuk memberikan arah bagi penyusunan Rencana Induk dan Rencana aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan secara bertahap, sistematis, terarah, terukur, dan komprehensif sebagai acuan pengelolaan perbatasan di Pusat maupun di Daerah. 2 Pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan, memerlukan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Simplifikasi KISS. Untuk ini semua, terkait dengan beberapa dokumen peraturan perundangan nasional, yang antara lain: Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN Tahun 2004-2025, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Yangka Menengah Nasional RPJMN Tahun 2010-2014, Undang-undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara, Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil, Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar, dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan. 3 2 ibid 3 WILAYAH PERBATASASN. COM ; “Pengelolaan Wilayah Perbatasan Nasional” http:www.wilayahperbatasan.compengelolaan-wilayah-perbatasan-nasional3. Diakses pada 15 Juni 2013 102 Perundang-undangan sebagaimana yang telah disebutkan tersebut, memiliki keterkaitan erat dengan upaya percepatan penyelesaian dan pengelolaan batas wilayah negara, serta mencerminkan adanya pergeseran paradigma dan arah kebijakan pembangunan kawasan perbatasan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking, menjadi outwardlooking sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Di samping itu, pendekatan pengelolaan perbatasan Negara pun, terefleksi nampak adanya pergeseran dengan mengedepankan kombinasi pendekatan kesejahteraan prosperity approach yang dilaksanakan secara serasi dengan pendekatan keamanan security approach 4 . Sebagai perwujudan dari pergeseran paradigma tersebut, dari sisi penataan spasial nasional, kawasan perbatasan telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional PKSN dari sudut pandang pertahanan dan keamanan serta peningkatan pertumbuhan ekonomi, karena memiliki nilai strategis dalam menjaga integritas wilayah Negara dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Selain itu, menjadikan kawasan perbatasan sebagai kawasan yang aman, tertib, menjadi pintu gerbang negara dan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya dan tetap menjamin keutuhan NKRI. Namun sejauh ini persoalan yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan perbatasa masih 4 Grand Design Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Di Indonesia Tahun 2011-2025. BNPP Republik Indonesia, RPJP Tahun 2011 103 menjadi isu yang relevan dan sangat layak untuk di perdebatkan, yaitu mengenai pembangunan kawasan perbatasan yang masih tertinggal bila dibandingkan dengan pembangunan di wilayah lain. Jika dibandingkan dengan negara tetangga khusunya Malaysia, kesenjangan terlihat dengan jelas pada berbagai aspek, baik aspek infratruktur, sosial, maupun ekonomi. 5 Ditinjau dari aspek keamanan security kondisi ini sangatlah rawan, karena wilayah perbatasan merupakan wilayah strategis yang mudah terinflitrasi secara langsung maupun tidak langsung oleh negara lain, baik secara politik, ekonomi, sosial, maupun kultural. Kompleksitas permasalahan dan implikasi batas wilayah Negara. Sedemikian luasnya wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan yang berbatasan dengan sejumlah negara, baik di wilayah darat dan laut, maka diperlukan pengelolaan perbatasan yang komprehensif dan efektif. Pengelolaan batas-batas wilayah negara diperlukan dan sangat penting untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah negara, kewenangan pengelolaan wilayah negara, dan hak-hak berdaulat. Oleh karena itu, berdasarkan undang – undang Nomor 43 Tahun 2008 6 , Pemerintah kemudian berkewajiban untuk menetapkan biaya pembangunan kawasan perbatasan dan 5 Website : Universitas Gajah Mada. Posisi Kelembagaan, Kendala Dalam Mengelola Perbatasan Negara.http:www.ugm.ac.ididberita7880posisi.kelembagaan.kendala.dalam.mengelola.perbatasan. negara diakses pada, 15 Juli 2013 6 Indonesia, Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara disebutkan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan wilayah negara yang meliputi wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut, dan tanah dibawahnya, serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.” 104 dapat menugasi pemerintah daerah untuk menjalankan kewenangannya dalam rangka tugas pembantuan untuk mengelola batas wilayah negara dan mengelola kawasan perbatasan pada tingkat pusat dan daerah, Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah membentuk Badan Pengelola, baik di tingkat nasional mau pun daerah, yang sifat hubungannya koordinatif. Amanat ini kemudian ditindaklanjuti dengan lahirnya Badan Nasional Pengelola Perbatasan BNPP melalui Peraturat Presiden Nomor 12 Tahun 2010. Badan ini, dipimpin oleh seorang kepala badan yang bertanggung jawab kepada Presiden atau kepala daerah sesuai dengan kewenangannya dengan keanggotaan berasal dari unsur Pemerintah dan pemerintah daerah yang terkait dengan perbatasan Wilayah Negara. Badan Pengelola bertugas menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan, menetapkan rencana kebutuhan anggaran, mengoordinasikan pelaksanaan, serta melaksanakan evaluasi dan pengawasan. Pelaksana teknis pembangunan dilakukan oleh instansi teknis sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 7

4.2 KONSEP DASAR PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN NKRI