2.2 Pengertian Tentang UMKM dan Pengaturanya di Indonesia
2.2.1 Pengertian UMKM
Pada pokoknya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM merupakan bentuk usaha yang dalam skala kecil dan tidak dalam sifat industri besar dan berat. Ada
dua tujuan mengenai pendefinisian yang jelas mengenai UMKM, yaitu tujuan administratif dan pengaturan; serta tujuan yang berkaitan dengan pembinaan.
12
Tujuan pertama berkaitan dengan ketentuan yang mengharuskan suatu perusahaan memenuhi
kewajibannya, seperti membayar pajak, melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan, serta mematuhi ketentuan ketenagakerjaan seperti keamanan dan hak
pekerja lainnya. Sedangkan tujuan yang berkaitan dengan pembinaan, lebih pada pembuatan kebijakan yang terarah seperti upaya pembinaan, peningkatan kemampuan
teknis, serta kebijakan pembiayaan untuk UMKM.
13
Pada tanggal 26 Desember telah disahkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil yang membedakan usaha kecil dengan usaha menengah.
Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan yang antara lain:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- dua ratus juta
rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
12
Bank Indonesia, “Kajian UMKM-BI”, ttp:www.bi.go.idNRrdonlyres4662D18E-B190- 431F-B4B6C93D5BF8F3123554BukuKajianAkademikKelayakanPendirianLembagaPemerin.pdf
diakses tanggal 14 Januari 2016
13
Ibid.
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- satu
milyar rupiah; c.
milik Warga Negara Indonesia; d.
berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; e.
berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi.
Sedangkan, definisi usaha menengah dan usaha besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan lebih besar daripada
kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil. Undang Undang Tentang Usaha Kecil tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai kriteria apa saja yang termasuk
dalam usaha menengah dan usaha besar, hanya menyebutkan bahwa usaha menengah dan besar memiliki kekayaan dan hasil penjualan bersih lebih besar dari usaha kecil
yang sudah ditentukan kriterianya. Namun pada tanggal 4 Juli 2008 telah disahkan undang-undang baru yang
mengganti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, yakni Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Adanya undang-undang baru
ini karena adanya pertimbangan adanya pemberdayaan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur
perekonomian nasional. UndangUndang Tentang Usaha Mikro, Menengah, dan Besar telah membedakan besaran usaha menjadi, usaha mikro, kecil, dan menengah.
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagai berikut: a.
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau;
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
tiga ratus juta rupiah. 2.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagai berikut: a.
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus
juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b.
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
dua miliar lima ratus juta rupiah 3.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih dari Rp 500.000.000,00 lima ratus juta
rupiah sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 dua
miliar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah.
2.2.2 Dasar Hukum UMKM