2.1.3 Komunikasi Sebagai Salah Satu Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata pesan verbal, perilaku non verbal, dan objek yang maknanya
disepakati bersama. Simbol adalah segala sesuatu benda, nama, warna, konsep yang memiliki
arti penting lainnya makna budaya yang diinginkan. Keberadaan simbol menjadi peenting dalam menjelaskan fenomena komunikasi. Simbol merupakan produk
budaya suatu masyarakat untuk menangkap ide-ide, makna dan nilai-nilai yang ada pada diri mereka Sumarwan, 2002:181.
Penggunaan lambang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, dan sangat penting dalam kehidupan komunikasi. Apa saja bias dijadikan
lambang, tergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata lisan atau tulisan, isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan dan sebagainya, semua itu bias
menjadi lambang karena lambang ada dimana-mana baik melalui majalah yang dibaca, lagu lewat radio, berita tv, spanduk dipinggir jalan, maupun gambar yang
dilihat disurat kabar Mulyana, 2004:98.
2.1.4 Konsep Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Dalam dunia iklan tidak dapat dipisahkan antara komunikasi verbal dan non verbal karena antara komunikasi verbal dan non verbal tersebut saling bekerja
sama dalam proses komunikasi, atau dengan kata lain komunikasi non verbal disini memepunyai fungsi tertentu dalam komunikasi verbal.
Pengertian komunikasi verbal disini adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik yang dinyatakan secara oral atau
lisan maupun secara tulisan. Dalam komunikasi verbal kata-kata disampaikan secara eksplisit. Kata-kata dapat menjadikan individu menyatakan ide yang
lengkap secara komprehensif dan tepat. Muhammad, 2001:95.
Sementar pengertian komunikasi non verbal disini adalah komunikasi dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan
gerakan tubuh, sikap tubuh, ekspresi muka, kedekatan jarak atau sentuhan, atau sama kejadian disekeliling komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata
yang diucapkan atau dituliskan. Muhammad, 2001:130. Menurut Ray L. Birdwhistell, 65 dari komunikasi tatap muka adalah
non verbal; semenhtara menurut Albert Menhrabian, 93 dari semua makna social dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat non verbal. Kita
dapat mengklasifikasi pesan-pesan non verbal ini dengan berbagai cara. Urgen Ruesch menklasifikasi isyarat non verbal menjadi tiga bagian. Pertama, bahasa
tanda sign language acungan jempol untuk numpang mobil secara gratis ; bahasa isyarat tuna rungu ; Kedua bahasa tindakan action language semua
gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan ; dan Ketiga, bahasa objek object language pertunjukkan
benda, pakaian dan lambang non verbal bersifat public lainnya seperti ukuran
ruangan, gambar lukisan, musik misalnya marching band dan sebagainya, baik secara sengaja maupun tidak.
Menurut Dedy Mulyana adapun berbagai jenis pesan non verbal yang dianggap penting, misalnya sebagai berikut :
1 Bahasa tubuh, bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika
cinesics. Suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa non verbal, Ray L. Birdwhistell. Setiap anggota tubuh seperti wajah termasuk
senyuman dan pandangan mata, tangan kepala, kaki, dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat dijadikan isyarat simbolik. Bahas tubuh ini
meliputi : a.
Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna dalam suatu
budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda atau isyarat fisiknya berbeda,
namun maksudnya sama. Misalnya banyak orang dari berbagai bangasa mengguanakan tanda “v” itu sebenarnya mulai digunakan
oleh Winston Churchill sebagai tanda kemenangan victory pada masa Perang Dunia II Mulyana, 2003:317-318.
b. Gerakan kepala, di berbagai Negara anggukkan kepala marah
berarti “tidak”, seperti di Bulgaria, sementara isyarat “ya” di Negara itu adalah menggelengkan kepala. Orang Inggris, orang
Indonesia, menganggukkan kepala untuk menyatakan bahwa mereka mendengar dan berarti tidak menyetujui. Di berbagai
wilayah di India, “ya” dapat dikomunikasikan dengan melemparkan kepala kebawah kanan atau memutar kepala secara
cepat dalam suatu gerakan melingkar Mulyana, 2003:324. c.
Postur tubuh dan posisi kaki, postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa
penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan fisik dan karakter atau temperamen. Ia menghubungkan tubuh yang gemuk
dengan sifat malas dan tenang, tubuh yang atletis dengan sifat asertif dan kepercayaan diri dan tubuh yang kurus dengan sifat
introvert yang lebih menyenangi aktifitas mental daripada aktifitas fisik. Contoh lain, di Filipina dan Indonesia, bertolak pinggang
juga dianggap tidak sopan karena hal itu menunjukkan keangkuhan, tantangan atau kemarahan Mulyana, 2000:324.
d. Ekspresi wajah dan tatapan mata, perilaku non verbal yang paling
banyak “bebicara” adalah ekspresi wajah khususnya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata-kata. Menurut Albert
Mehrabian, andil wajah bagi pengaruh pesan adalah 55 sementara verbal hanya 7 . Kontak mata punya dua fungsi dalam
komunikasi antar pribadi, pertama fungsi pengatur untuk memberitahu orang lain apakah anda melakukan hubungan dengan
orang itu atau menghindarinya. Kedua, fungsi ekspresif memberitahu orang lain bagaimana perasaan anda. Ekspresi wajah
merupakan keadaan emosional seseorang. Sebagian pakar
dikomunikasikan oleh ekspresi wajah yang tampaknya dipahami secara universal : kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan,
kemarahan, kejijikan, dan minat Mulyana, 2000:330-334.
2. Penampilan fisik, setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik
seseorang , baik itu busananya model, kualitas bahan, warna dan juga ornamen lain yang dipakainya, seperti kacamata, sepatu, tas, jam tangan,
kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan sebagainya. Seringkali orang juga memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang yang
bersangkutan , seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut dan sebagainya. Adapun penampilan fisik ini meliputi :
a. Busana, sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas
pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia seseorang yang konservatif, religius, modern atau berjiwa muda. Tidak dapat pula di
bantah bahwa pakaian, seperti juga rumah, kendaraan dan perhiasan digunakan untuk memproyeksikan citra tertentu yang diinginkan oleh
pemakaiannya. Pakaian busana itu mengharapkan bahwa kita mempunyai citra terhadapnya sebagaimana yang diinginkannya Mulyana, 2000 :
346-347. b.
Karakteristik fisik, seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, janggut dan lipstick, jelas dapat mengkomunikasikan sesuatu. Suatu studi
menunjukkan bahwa daya tarik fisik merupakan suatu ciri penting dan banyak teori kepribadian, meskipun bersifat implisit. Orang yang
menarik secara fisik secara ajeg dinilai lebih pandai bergaul, luwes, tenang, menarik, hangat secara seksual, responsif, persuasif, dan berhasil
dalam karir daripada orang yang tidak menarik Mulyana, 2000 : 349- 350.
3. Warna, kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana
emosional, cita rasa, afiliasi politik dan bahkan mungkin keyakinan agama kita. Misalnya saja di Indonesia, warna merah muda adalah warna
feminin, konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian yang layak dipakai atau tidak. Kaum wanita umumnya lebih bebas memilih warna
pakaian. Mereka juga lazim mengenakan pakaian warna yang menyala seperti merah atau ungu daripada pria. Norma ini rupanya berlaku pula
dalam banyak budaya, termasuk di barat. Bila anda sebagai pria berwarna merah menyala atau ungu, hampir banyak dipastikan banyak orang yang
akan melirik anda dan menganggap anda orang yang aneh feminin Mulyana, 2000 : 376 - 378.
Arti dari suatu komunikasi verbal diatas dapat diperoleh melalui hubungan komunikasi verbal dan non verbal, atau dengan kata lain komunikasi verbal akan
lebih muda diinterprestasikan maksudnya dengan melihat tanda-tanda nonverbal yang mengiringi komunikasi verbal tersebut. Komunikasi non verbal dapat
memperkuat dan menyangkal pesan verbal karena bila ada ketidak sejajaran antara komunikasi verbal dengan nonverbal orang khususnya lebih percaya pada
komunikasi non verbal yang menyertainya Muhammad, 2001 : 131.
Hal lain yang membuat komunikasi non verbal dan verbal tidak dapat dipisahkan adalah karena komunikasi non verbal digunakan untuk menonjolkan
atau menekan beberapa bagian dari peran serta, komunikasi nonverbal digunakan untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan
verbal, selain itu komunikasi non verbal dapat juga digunakan untuk menggantikan pesan verbal, misalnya : anda dapat mengatakan “Oke” dengan
tangan tanpa harus berkata apa-apa Devito, 1997 : 177.
Pemahaman Simbol Warna
Penggunaan simbol-simbol perlu digunakan untuk memberi nama kepada suatu benda yang tidak bisa dijangkau lebih jauh lagi oleh pikiran. Komunikasi
manusia tergantung pada simbolisme. Simbol-simbol juga digunakan untuk menyampaikan ide, makna, dan untuk membentuk ungkapan-ungkapan baru.
Simbolisme-simbolisme kuno dalam bentuk gambarlah yang pada akhirnya melahirkan tulisan-tulisan abjad. Simbolisme adalah sesuatu yang hidup.
Simbolisme kuno dalam bentuk baru dengan penggunaan yang baru pula. Dari awal munculnya peradaban hingga masa kontemporer ini simbol merupakan
bagian hakiki kehidupan sehari-hari. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan
atau mewakili sesuatu atau yang lainnya berdasarkan kesepakatan bersama. Tetapi, lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna. Kitalah yang memberi
makna pada suatu lambang. Tidak ada hubungan alami atau pasti antara lambang dengan apa yang dilambangkan, jadi hubungan lambang dengan apa yang
dilambangkan bersifat sembarang atau mana suka. Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga dipresentasikan
oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Mulyana, 2001 : 84.
Berbagai penelitian telah mendokumentasikan peran penting bahwa warna berperan dalam mempengaruhi panca indera kita. Warna memiliki kemampuan
untuk mengkomunikasikan banyak hal pada pembeli prospektif, termasuk kualitas, rasa, serta kemampuan produk untuk memuaskan beragam kebutuhan
psikologis. Selain itu biasanya seseorang menggunakan warna untuk menunjukkan emosional, citra rasa, bahkan bisa memiliki suatu kepercayaan.
Warna memiliki nilai komunikasi visual yang penting dalam pembentukan memori. Nilai warna untuk berkomunikasi visual didemonstrasikan oleh Patty dan
Viedenburg dalam Puspitawati 2003 : 11 yang menyatakan bahwa warna merupakan faktor signifikan dan menambah ingatan melebihi waktu meskipun
saat itu juga ditemukan banyak warna. Warna adalah jiwa desain. Warna menciptakan pesan mendalam dan
mudah tertangkap mata. Warna bisa mempengaruhi suasana hati amnesia dan menciptakan suasana ruang, apakah tenang atau menggugah aktif atau pasif, ceria
atau sedih, maskulin atau feminin. Warna pun dapat dimanfaatkan untuk menipu mata, apakah luas atau sempit, tinggi atau rendah, dekat atau jauh. Warna juga
dapat digunakan untuk menutupi proporsi yang kurang bagus Artikel griya dari suarakarya-oneline dalam http:yalinware.blogsome.com080711.00.
Dalam mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya namun juga melalui perilaku nonverbalnya. Lewat perilaku non verbal kita dapat
mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Menurut Larry A. Samovar dan Ricaharde Porter, komunikasi non
verbal menvangkup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalm sustu setting komunikasi secara keseluruhan kita mengirim banyak pesan menyertai
tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain Mulyana, 2000:308.
Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku non verbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Perilaku non verbal dapat menghilangkan perilaku non verbal b. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku non verbal
c. perilaku non verbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri d. perilaku non verbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal
Jurgen Ruesch mengklasifikasikan bahasa non verbal menjadi tiga bagian 1 bahasa tanda sign language missal, acungan jepol untuk menumpang mobil
secara gratis, 2 bahasa tindakan action language meliputi semua tindakan gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal
missal, berjalan, 3Ruesch mengklasifikasikan bahasa non verbal menjadi tiga bagian 1 bahasa tanda sign language missal, acungan jepol untuk menumpang
mobil secara gratis, 2 bahasa tindakan action language meliputi semua tindakan gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan
sinyal missal, berjalan, 3 bahasa objek objek language missal, pertunjukan benda, pakaian, dan lambang nonverbal. Mulyana, 2005:317.
2.1.5 Konsep Makna