12
meliputi aktivitas belajar study activity, kemampuan intelektual intellectual skill tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar
mahasiswa akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur Dengan demikiaan di antara faktor aktivitas belajar study activity,
kemampuan dan usaha ability and effort, dan kemampuan itelektual intellectual skill, tidak ada yang berpengaruh dominan
terhadap prestasi belajar mahasiswa.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Akuntansi perilaku
Awal perkembangan akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen, khususnya pada pembuatan anggaran. Tetapi
domain dalam hal ini terus berkembang dan bergeser kearah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit. Perkembangan yang pesat
dari akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan pada ilmu-ilmu sosial menyeluruh mengenai
bagaimana perilaku manusia mempengarui data akuntansi dan keputusan bisnis, serta bagaimana akuntansi mempengarui keputusan bisnis dan
perilaku manusia Iksan dan Ishak, 2005: 16.
2.2.1.1. Pengertian Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses
pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk
13
mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun pemilihan dan penetapan suatu keputusan bisnis juga
melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari pada pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku
manusia serta kebutuhan orgnisasi akan informasi yang dapat dihasilkan oleh akuntansi Iksan dan Ishak, 2005: 1.
Menurut Siegel dan Marconi 1989, ilmu keperilakuan mencakup bidang riset manapun yang mempelajari, baik melalui metode
eksperimentasi maupun observasi, perilaku dari manusia dalam lingkungan fisik maupun sosial. Tujuan dari ilmu perilakuan adalah untuk
memahami, menjelaskan, dan memprediksikan perilaku manusia sampai pada generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang
didukung oleh bukti empiris yang dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka untuk peninjauan maupun replikasi dan dapat
diverifikasi oleh ilmuwan lainnya yang tertarik Iksan dan Ikshan, 2005: 25.
Ilmu keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan manusia. Akuntansi keperilakuan menghubungkan
antara keperilakuan manusia dengan akuntansi. Akuntansi keperilakuan diterapkan dengan praktis menggunakan riset ilmu perilakuan untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia Iksan dan Ishak, 2005: 27.
Riset akuntansi keperilakuan menurut Iksan dan Ishak 2005: 9 merupakan bidang baru yang secara luas berhubungan dengan perilaku
14
individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan proses informasi akuntansi dan audit. Riset akuntansi keperilakuan
meliputi masalah yang berhubungan dengan: 1.
Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor. 2.
Pengaruh dari fungsi akuntansi, seperti paartisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik sistem informasi, fungsi audit terhadap
perilaku, baik karyawan, manajer, investor, maupun wajib pajak. 3.
Pengaruh hasil dari fungi tersebut, seperti informasi akuntansi dan penggunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi keperilakuan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
mengenai perilaku manusia dalam yang berhubungan dengan proses informasi akuntansi.
2.2.1.2. Dimensi Akuntansi Keperilakuan
Dimensi akuntansi keperilakuan dengan perilaku manusia dan juga desain, konstruksi, serta penggunaan suatu sistem informasi
akuntansi yang efisien. Akuntansi keperilakuan, serta penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi keperilakuan, dengan
mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu
organisasi Iksan dan Ishak, 2005: 23. Ruang lingkup akuntansi keperilakuan menurut Iksak dan
Ishak2005: 24, yang meliputi antara lain: 1.
Aplikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap desain dan
konstruksi sistem akuntansi.
15
2. Studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi.
3. Cara dengan mana informasi diproses untuk membantu dalam
pengambilan keputusan.
4. Pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengkomunikasikan
perilaku para pemakai data.
5. Pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengarui perilaku,
cita-cita, serta tujuan dari orang-orang yang menjalani organisasi.
Secara umum ruang lingkup dari akuntansi keperilakuan menurut Iksan dan Ishak 2005: 24 dapat dibagi menjadi tiga bidang besar, yaitu
sebagai berikut : 1.
Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan penggunaan sistem akuntansi.
Bidang dari akuntansi keperilakuan ini memppunyai kaitan dengan sistem dan filosofi manajemen yang mempengarui sifat dasar
pengendalian akuntansi yang berfungsi dalam organisasi. 2.
Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang dari akuntansi keperilakuan ini berkenaan dengan
bagaimana sistem akuntansi mempengarui motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja, serta kerja sama.
3. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku
manusia. Bidang ketiga dari akuntansi ini mempunyai hubungan dengan
cara sistem akuntansi digunakan sehingga akan mempengaruhi perilaku.
16
2.2.2. Belajar
Suwarjono 2004: 11 menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual
seseorang. Semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat dipengarui oleh kesadaran akan adanya tujuan individual dan tujuan
lembaga pendidikan yang jelas. Keselarasan tujuan akan menjadikan belajar di perguruan tinggi merupakan kegiatan yang menyenangkan tanpa
meninggalkan scientific vigor perguruan tinggi.
2.2.2.1. Pengertian Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa perilaku belajar adalah tanggapan atau reaksi individu dan gerakan atau sikap, tidak saja
badan atau ucapan Aditya, 2003: 327. Perilaku manusia adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, prestasi, persuasi, dan atau genetika Wikipedia, 2010.
Iksan dan Ishak 2005: 29 mengatakan bahwa perilaku menekankan pada interaksi antara orang-orang dan bukan pada
rangsangan fiisik serta diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial, dan ilmu dinamika sosial.
Konsep atau pengertian belajar sangat beragam dan tergantung dari sisi pandang setiap orang yang mengamatinya. Belajar merupakan
salah satu konsep menarik dalam teori-teori psikologi dan pendidikan, sehingga para ahli member bermacam-macam penertian mengenai belajar.
17
Definisi belajar diantaranya adalah: 1.
Belajar merupakan kegiatan individual, kegiatan yang sengaja dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu
Suwarjono, 2004: 12. 2.
Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu Irwanto,
1997: 105. 3.
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sebagainya Mudzakir, 1997: 34.
4. Belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat Wikipedia, 2010.
5. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya Wikipedia, 2010. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang komplek yang dilakukan oleh seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik secara keseluruhan akibat interaksi dengan lingkungan. Sedangkan perilaku belajar menurut
Rampengan 1997 dalam Afifah 2004: 15 sering disebut juga kebiasaan belajar yang merupakan dimensi belajar yang dilakukan individu secara
berulang-ulang sehingga menjadi otomatis dan spontan.
18
2.2.2.2. Aspek Belajar
Apapun tujuan yang ingin dicapai melalui belajar di perguruan tinggi, akhirnya tujuan tersebut harus dicapai dalam bentuk unit kegiatan
belajar mengajar yang disebut kuliah. Kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan pengetahuan ketrampilan. Pemahaman
dan persepsi mengenai hubungan ketiga faktor tersebut sangat menentukan keberhasilan proses belajar Suwarjono, 2004: 1
Beberapa aspek yang berkaitan dengan kegiatan konkret belajar menurut Suwarjono 2004: 2 antara lain:
1. Makna Kuliah
Arti kuliah pada umumnya diperoleh mahasiswa bukan karena kesadaranya tentang arti kuliah yang sebenarnya tetapi karena
pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kuliah. Mahasiswa dan dosen mempunyai kedudukan yang sama dalam akses terhadap
pengetahuan seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.1. Dosen berbeda dengan mahasiswa karena wawasan dan pengalaman
pengalaman berharga yang dimiliknya yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, kuliah harus diartikan
sebagai forum untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa terhadap pengetahuan yang bebas tersebut
Gambar 2.1. Proses Belajar Mengajar
Sumber : Suwarjono 2004: 3
Mahasiswa Dosen
Pengetahuan keterampilan
19
2. Fungsi Temu Kelas
Proses belajar merupakan kegiatan yang terencana dan kuliah merupakan kegiatan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa
terhadap materi pengetahuan sebelum hasil kegiatan belajar mandiri. Bila ada awal temu kelas mahasiswa telah menyiapkan diri
sebelumnya maka mahasiswa telah mempunyai pengetahuan awal yang cukup memadai. Kesepakatan antara dosen dan mahasiswa
dalam bentuk rencanaprogram belajar dan silabus merupakan keharuan dalam penyelenggaraan pendidikan. Sehingga, kuliah atau
temu kelas akan diartikan sebagai ajang untuk berbagi pegetahuan dan pengalaman antara dosen dan mahasiswa.
3. Pengalaman Belajar atau Nilai
Nilai yang diperoleh peserta didik mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai ukuran keberhasilan peserta didik dalam mempelajari
mata kuliah dan sekaligus sebagai alat evaluasi keberhasilan mata kuliah itu sendiri. Dalam hal tertentu, nilai yang diperoleh mahasiswa
memang merupakan indikator kesuksesan mahasiswa dalam menempuh kuliah, tetapi mungkin bukan merupakan ukuran
keberhasilan pencapaian tujuan atau sasaran pengajaran mata kuliah dalam mengubah pengetahuan, perilaku, atau kepribadian mahasiswa
termasuk penalarannya. Bagi mahasiswa yang mempunyai tujuan individual yang jelas, nilai buku merupakan tujuan tetapi lebih
merupakan konsekuensi logis dari apa yang dilakukannya selama mengikuti proses belajar. Bila penyelenggaraan kuliah
20
memungkinkan seseorang mahasiswa dapat memperoleh nilai tinggi tanpa mahasiswa tersebut mengalami proses belajar yang semestinya
maka mata kuliah dan proses belajarnya sebenarnya belum mengajarkan apapun kepada mahasiswa. Hubungan antara nilai dan
proses belajar dapat ditunjukkan dalam gambar 2.2.
Gambar 2.2. Hubungan Proses Belajar dan Nilai
Alat evaluasi Tanpa proses belajar
Sumber : Suwarjono 2004: 5
Gambar 2.2. menunjukkan bahwa apabila penyelenggaraan kuliah memungkinkan seorang mahasiswa dapat memperoleh nilai
tinggi tanpa mahasiswa tersebut menjalani proses balajar yang semestinya, maka matakuliah dan proses belajarnya sebenarnya
belum mengajarkan apa-apa kepada mahasiswa. Apabila proses belajar dianggap hal yang penting daripada sekedar nilai ujian, maka
pengendalian proses belajar harus menjadi perhatian utama. Persepsi mahasiswa yang keliru mengenai hal ini akan menyebabkan
mahasiswa merasa frustasi menjalankan proses belajar. 4.
Konsepsi tentang Dosen Dalam proses belajar-mengajar yang efektif, dosen semestinya
harus dipandang sebagai seorang manajer kelas. Sumber pengetahuan utama adalah buku, perpustakaan, artikel dalam majalah, hasil
penelitian, dan media cetak atau audio visual lainnya. Dalam teknologi pendidikan, dikatakan bahwa dosen bertindak sebagai
director, facilitator, motivator, dan evaluator proses belajar. Nilai
Ujian Proses belajar
21
5. Kemandirian Dalam Belajar
Kemandirian belajar adalah hasil suatu proses dan pengalaman belajar itu sendiri. Kemandirian belajar harus dimulai
sejak pertama kali mahasiswa memasuki perguruan tinggi. Hal ini dimungkinkan jika terdapat buku pegangan yang dimemadai yang
dapat dijadikan pegangan bersama antara dosen dan mahasiswa. Agar kemandirian dapat terbentuk, tugas dosen adalah mengarahkan,
memotivasi, memperlancar, dan mengevaluasi proses belajar mandiri mahasiswa, sehingga temu kelas akan diisi dengan hal-hal yang
bersifat konseptual dan temu kelas akan merupakan ajang konfirmasi pemahaman mahasiswa terhadap materi dan tugas yang harus
dikerjakan di luar jam temu kelas. 6.
Konsep Memiliki Buku Buku merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
balajar. Buku adalah sumber pengetahuan yang harus dibaca, ditulisi, dicoret-coret, ditempeli artikel, dan “diajak berdialog”, sehingga buku
tersebut akan menjadi bagian dari pada seseoran. Jika buku yang dibeli tetap bersih dan tidak pernah diajak bedialog, maka seseorang
sebenarnya hanya memiliki kertas bergambar garis dan huruf dan seandainya buku tersebut hilang, maka tidak ada rasa lain kehilangan
apapun karena buku yang sama dapat segera dibeli di beli toko buku. Lain halnya jika buku tersebut telah dibaca dan dipahami serta diberi
tanda-tanda khusus pada bagian-bagian yang dianggap penting dan menarik maka apabila buku tersebut hilang, seseorang akan merasa
22
seperti kehilangan kekasih. Sementara itu ada juga yang membeli buku kemudian memberinya sampul dan membuka serta
membacanya secara hati-hati agar buku tersebut tidak rusak dengan harapan setelah selesai digunakan untuk menempuh suatu kuliah,
buku tersebut dapat dijual kembali. 7.
Kemampuan Berbahasa Kemampuan berbahasa dan menggunakan bahasa sebagai alat
ekspresi buah pikiran bukan merupakan ketrampilan suatu yang gifted, tetapi merupakan ketrampilan yang harus dipelajari dengan
penuh kesadaran. Namun banyak mahasiswa yang merasa dapat berbahasa bahasa Indonesia khususnya bukan karena
mempelajarinya secara sadar akan tetapi memperolehnya secara ilmiah. Jika seseorang ingin mencapai dan menikmati pikiran-pikiran
dan gagasan-gagasan ilmiah, maka bahasa yang dikuasai secara alamiah harus ditingkatkan manjadi bahasa ilmiah.
2.2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengarui Proses Dan Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengarui proses dan hasil belajar adalah Bahri, Syaiful, 2000: 142-147
1. Faktor Luar
a. Lingkungan
1 Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara,
akan berpengaruh terhadap proses dan hassil belajar. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya
daripada keadaan udara yang panas dan pengap.
23
2 Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan
representasinya wakilnya, maupun yang berwujud hal-hal lain yang langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar. Seseorang langsung berpaengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Misalnya seseorang yang sedang belajar
memecahkan soal akan terganggu, bila ada orang lain yang mondar-mandir didekatnya, keluar masuk kamarnya atau
bercakap-cakap didekat tempat belajar itu, sehingga kurang konsentrasi.
3 Lingkungan sosial yang lain seperti suara mesin pabrik,
hiruk pikuk lalu lintas juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Oleh sebab itu, gedung sekolah didirikan
ditempat yang jauh daru keramaian agar tidak terganggu proses belajar mengajar.
b. Instrumental
Faktor - faktor instrumental adalah faktor yang penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor ini berfungsi sebagai saran untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.
1 Kurikulum
Suatu rangkaian garis besar kuliah 2
Program
Meliputi pengaturan mata pelajaran dan kuliah, serta pengaturan waktu.
24
3 Sarana dan fasilitas
Gedung perlengkepan belajar 4
Guru tenaga kerja
Seseorang menyampaikan pengetahuannya kepada siswa agar mudah dipahami.
2. Faktor Dalam
a. Kondisi fisiologi
Kondisi fisiologis secara umumnya sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam keadaan kelelahan. Disamping kondisi
fisiologi umum itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra, terutama penglihatan dan pendengaran.
Sebagian besar yang dipelajari manusia, dipelajarinya dengan mempergunakan penglihatan dan pendengaran. Orang
belajar dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan
keterangan guru, mendengarakan ceramah, dan sebagainya. Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran,
maka dalam lingkungan pendidikan formal orang melakukan berbagai penelitian untuk menemukan bentuk dan cara
penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar. b.
Kondisi psikologi 1
Minat Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari
sesuatu, tidak dapat diharapkan bahwa seseorang itu akan
25
berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan
minat, maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan jauh lebih baik. Karena itu persoalan yang biasa timbul adalah
bagaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai pengalaman belajar tersebut dapat menarik minat para siswa.
2 Kecerdasan
Kecedasan besar peranannya dalam berhasil dan tidaknya seseorang dalam mempelajari sesuatu atau
mengikuti program pendidikan. 3
Bakat Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat seseorang, memperbesar kemungkinan
berhasilnya usaha tersebut. 4
Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi adalah dorongan mahasiswa untuk belajar agar tujuannya dapat
tercapai. 5
Kemampuan kognitif Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi,
dalam mengingat dan berfikir, besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar.
26
2.2.3. Prestasi Akademik
2.2.3.1. Pengertian Prestasi Akademik
Dalam kamus besar bahasa Indonesia prestasi akademik adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat
kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian Anton, 1989: 700
Prestasi akademik adalah salah satu ukuran yang dipakai untuk menilai proses belajar atau merupakan nilai hasil studi dari seluruh mata
kuliah yang telah ditempuh atas prestasi belajarnya Hanifah,Abdullah dalam Afifah, 2004: 20.
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam mengikuti kegiatan atas belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu
atau setelah menyelesaikan suatu program tertentu. Prestasi belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai yang tercantum dalam buku
kemajuan belajar atau Kartu Hasil Studi KHS.
2.2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengarui Prestasi Akademik
Faktor-faktor yang mempengarui prestasi belajar mahasiswa Hamalik, 1990: 117-125.
1. Faktor Yang Bersumber Dari Diri Sendiri
Yaitu faktor yang bersumber dari diri mahasiswa sendiri, seperti tidak mempunyai tujuan yang jelas, kurangnya minat terhadap
bahan pelajara, kesehatan yang sering terganggu, kecakapan mengikuti pelajaran, kebiasaan belajar dan kurangnya penguasaan
bahan.
27
2. Faktor Yang Bersumber Dari Lingkungan Belajar
Faktor yang bersumber dari lingkungan belajar, seperti cara member pelajaran, kurangnya bahan pelajaran, kurangnya alat-alat
sebagai penunjang balajar, pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan, dan penyelenggaraan perkuliahan terlalu padat.
3. Faktor Yang Bersumber Dari Lingkungan Keluarga
Yaitu masalah kemampuan ekonomi, masalah broken home dan kurangnya control dari orang tua.
4. Faktor Yang Bersumber Dari Masyarakat
Faktor yang bersumber dari masyarakat yaitu seperti gangguan dari jenis kelamin lain, yaitu hubungan antara laki-laki
dengan perempuan, bekerja disamping kuliah, aktif berorganisasi, dan tidak dapat mengatur rekreasi dan waktu istirahat.
2.2.4. Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa
Akuntansi
Keberhasilan mahasiswa dalam belajar atau dalam prestasi akademik, dapat dilihat dari kebiasaan-kebiasaan mahasiswa, seperti
mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan kebiasaan menghadapi ujian. Kebiasaan-kebiasaan seperti itu tidak
dapat dipisahkan dari mahasiswa. Dimana keberhasilan mahasiswa dipengarui oleh kebiasaan atau perilaku mahaasiswa itu sendiri dalam
belajar. Semakin baik perilaku belajar mahasiswa, maka semakin baik atau tinggi prestasi akademiknya. Hal ini dikarenakan mahasiswa tersebut lebih
28
mengerti dan menguasai materi yang dipelajari sehingga lebih siap dalam ujian dan prestasi akademiknya meningkat. Dengan tingginya prestasi dan
wawasan akademik, mahasiswa yang bbelajar akuntasi benar-benar dapat menjadi professional Suwarjono, 2004: 40.
2.2.5. Pengaruh Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat
2.2.5.1. Pengaruh Kebiasaan Mengikuti Kuliah Dengan Prestasi Akademik
Dalam hal ini, teori yang mendukung adalah teori generalisasi dan teori bahaviorisme. Teori generalisasi menekankan kompleksitas dari apa
yang dipelajari dan menekankan kepada pembentukan pengertian concept formation yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman
lain Hamalik, 2001: 34. Sedangkan teori behavioralisme adalah studi tentang kekuatan manusia yang menjelaskan secara seksama dan
memberikan program pendidikan yang memuaskan. Maka dari itu, mengikuti tidaknya dalam pelajaran akan berpengaruh terhadap prestasi
akademik mahasiswa. Seorang mahasiswa yang tidak terbiasa mengikuti pelajaran akan kesulitan dalam memahami pelajaran pada waktu ujian.
Mahasiswa tidak bisa mengerjakan soal ujian karena belum mengerti betul materi yang akan diujikan, sehingga keadaan tersebut akan
berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa.
2.2.5.2. Pengaruh Kebiasaan Membaca Buku Teks Dengan Prestasi
Akademik
Membaca merupakan suatu kegiatan belajar mahasiswa yang banyak memakan waktu dan memerlukan pemikiran sepenuhnya. Dengan
membaca buku, setiap mahasiwa akan dapat memasuki dunia keilmuan
29
yang penuh pesona, memahami khasanah kearifan yang banyak nikmat, dan mengembangkan berbagai kepandaian lainya yang amat berguna
untuk kelak mencapai sukses dalam kehidupan. Teori gestalt mengatakan bahwa individu berada dalam
keseimbangan akan mendorong terjadinya tingkah laku. Selain itu Teori ini juga menyebutkan bahwa belajar mengutamakan aspek pemahaman
terhadap situasi problematik dan belajar menitikberatkan pada situasi sekarang Hamalik, 2001: 41, yang berarti biasa dan tidaknya mahasiswa
membaca buku akan berpengaruh terhadap mahasiswa itu sendiri. Seorang mahasiswa yang sering membaca buku, akan lebih menguasai
dan memahami isi dari buku tersebut dan akan lebih mudah mengerjakan ujian, dan ini akan berpengaruh terhadap prestasi akademiknya.
2.2.5.3. Pengaruh Kunjungan Ke Perpustakaan Dengan Prestasi Akademik
Perpustakaan adalah salah satu lingkungan belajar yang sangat baik dikampus. Pertama, suasana di situ adalah suasana belajar, keadaan
yang tenang, dan orang datang kesana untuk belajar. Orang-orang lain yang datang kesana turut mendorong kita untuk giat belajar. Kedua,
sumber informasi yang diperlukan terdapat di sana pengunjung perpustakaan mahasiswa dengan mudah dapat memperoleh buku yang
diperlukan. Ketiga, dengan mudah kita dapat memperoleh bantuan dari petugas perpustakaan yang tugasnya antara lain membantu mahasiswa
untuk mendapatkan tugas yang diperlukan. Adapun teori yang mendukung adalah teori behaviorisme
Hamalik, 2001: 39 yang menjelaskan bahwa konsepsi behaviorisme
30
tingkah laku manusia besar pengaruhnya terhadap masalah belajar. Belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan hubungan antara stimulus dan
respon yang akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan dalam belajar dan dalam hal ini adalah kebiasaan-kebiasaan dalam belajar dan dalam hal ini
adalah kebiasaan berkunjung ke perpustakaan. Semakin sering mahasiswa berkunjung ke perpustakaan maka mahasiswa tersebut akan
terdorong untuk sering membaca dan belajar, lebih menguasai dan lebih siap menghadapi ujian sehingga berpengaruh terhadap prestasi akademik.
2.2.5.4. Pengaruh Kebiasaan Menghadapi Ujian Dengan Prestasi Akademik
Teori disiplin formal The formal discipline teory mengatakan, bahwa ingatan, sikap, pertimbangan, imajinasi dapat diperkuat melalui
latihan-latihan akademis Hamalik, 2001: 34. Teori mental state yang dikembangkan oleh J. Herbat juga mengatakan bahwa manusia terdiri dari
kesan-kesan atau tanggapan-tanggapan yang masuk melalui pengindaran yang bersosiasi satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaran
manusia. Kesan-kesan materi pelajaran akan mudah diungkapkan kembali apabila kesan-kesan itu akan tertanam dengan kuat dalam ruang
kesadaran. Dan sebaliknya apabila kesan-kesan itu lemah maka lebih mudah lupa Hamalik, 2001: 37.
Hubungan kebiasaan menghadapi ujian terhadap prestasi akademik mahasiswa yaitu, semakin baik persiapan belajar dalam
mengahadapi ujian maka semakin mampu menguasai dan mendalami pelajaran, mampu mengerjakan soal ujian dengan baik dalam ruang
kesedaran pikiran, sehingga nilai ujianpun akan baik pula.
31
2.3. Kerangka Pikir