Analisis Common size dan Trend Pada Laporan Laba Rugi.

23 komparatif oleh PT.Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh IAI. Bentuk laporan laba rugi PT.Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan adalah multiple stepincome statement bertahap yaitu dengan memisahkan antara pendapatan usaha dan pendapatan diluar usaha, beban usaha dan beban diluar usaha sehingga mencerminkan tingkat profitabilitas yang berbeda. Ikatan Akuntan Indonesia lebih cenderung menyarankan penggunaan bentuk bertahap multiple step, karena dalam laporan bentuk bertahap memisahkan transaksi operasi normal perusahaan dan transaksi sampingan perusahaan. Bentuk laporan laba rugi PT.Persero Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan tersebut telah sesuai dengan yang disarankan oleh Standar Akuntansi keuangan yang ditetapkan IAI.

5. Analisis Common size dan Trend Pada Laporan Laba Rugi.

Analisis Common size Pada Laporan Laba Rugi Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa persentase biaya usaha mengalami kenaikan hampir disetiap tahunnya yaitu pada tahun 2002 biaya usaha sebesar 55,7 kemudian naik menjadi 61,28 atau naik sekitar 5,57 pada tahun 2003, hal ini disebabkan oleh kenaikan yang mencolok terhadap biaya umum. Untuk tahun 2004 biaya usaha justru mengalami penurunan dibandingkan tahun 2003 yaitu turun sebesar 9,48 dari 61,28 ditahun 2003 turun menjadi 51,8 pada tahun 2004, hal ini dikarenakan menurunnya biaya pegawai dan biaya umum, namun hal ini tidak dapat dipertahankan pada tahun 2005, ini terlihat dari naiknya biaya usaha sekitar 6,1 yaitu dari 51,8 tahun 2004 naik menjadi 57,9 pada tahun 2005. Hal ini disebabkan kenaikan terhadap biaya pemeliharaan, biaya umum, dan biaya piutang ragu-ragu. Tahun 2006 biaya usaha 24 juga mengalami kenaikan, bahkan cukup besar bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 57,9 tahun 2005 naik menjadi 68,34 tahun 2006 atau naik sekitar 10,45.Hal ini disebabkan besarnya kenaikan pegawai. Kenaikan biaya usaha otomatis akan mempengaruhi besarkecilnya laba usaha yang diperoleh perusahaan. Pada tahun 2002 laba usaha tercatat sebesar 44,3 kemudian turun menjadi 38,72 ditahun 2003 atau turun sekitar 5,57, kemudian tahun 2004 laba usaha meningkat cukup besar yaitu naik sekitar 9,48, dari 38,72 tahun 2003 naik menjadi 48,2 ditahun 2004. Lalu tahun 2005 laba usaha kembali mengalami penurunan dari 48,2 tahun 2004 turun menjadi 42,1 pada tahun 2005 atau turun sekitar 6,1, selanjutnya tahun 2006 juga mengalami penurunan yang cukup drastis dari tahun-tahun sebelumnya yaitu dari 42,1 tahun 2005 turun menjadi 31,66 ditahun 2006 atau turun sekitar 10,43. Selain pendapatan usaha dan biaya usaha, perusahaan juga memiliki pendapatan dan biaya diluar usaha. Pendapatan diluar usaha pada tahun 2002 persentasenya sekitar 5,19 kemudian naik menjadi 8, 62 pada tahun 2003 atau naik sekitar 4,46. Begitu pula pada tahun 2004, pendapatan diluar usaha juga mengalami kenaikan meskipun sedikit yaitu naik menjadi 13,47 atau naik sekitar 0,38 dari tahun sebelumnya. Tahun 2005 pendapatan diluar usaha mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu dari 13,47 ditahun 2004 turun menjadi 1,83 pada tahun 2005 atau turun sebesar 11,64 dari tahun sebelumnya, kemudian pada tahun 2006 pendapatan diluar usaha kembali naik menjadi 7,02 atau naik sekitar 5,19 dari tahun lalu, namun bila dibandingkan dengan tahun 2003, 2004 dan 2005 justru ditahun 2006 ini pendapatan diluar usaha mengalami penurunan. 25 Peningkatan pendapatan diluar usaha diikuti dengan meningkatnya juga biaya diluar usaha bahkan bisa melebihi jumlah pendapatan diluar usaha yang dihasilkan. Hal ini dapata dilihat dari biaya diluar usaha pada tahun 2002 persentasenya sekitar 20,94 hal ini menyebabakn perusahaan mengakibatkan kerugian diluar usaha yang akhirnya laba bersih yang dihasilkan menjadi kurang maksimal. Tahun 2003 biaya diluar usaha mengalami penurunan sebesar 7,1 dari 20,94 tahun 2002 turun menjadi 13,83 ditahun 2003, namun bila ditandingkan dengan pendapatan diluar usaha pada tahun 2003 perusahaan masih menderita kerugian diluar usaha. Tahun 2004 biaya diluar usaha mengalami penurunan yang cukup drastis persentase sekitar 6,64 yaitu dari 13,83 tahun 2003 turun menjadi 7,73 pada tahun 2004, jika ditandingkan dengan pendapatan diluar usaha yang diperoleh ditahun yang sama perusahaan memperoleh keuntungan yang cukup besar. Demikian pula pada tahun 2005 biaya diluar usaha persentasenya juga lebih kecil dari pendapatan diluar usaha ditahun yang sama, persentase biaya diluar usaha yang dikeluarkan sekitar 1,09 sehinggga perusahaan masih mendapatkan keuntungan diluar usaha. Namun untuk tahun 2006 biaya diluar usaha persentasenya melebihi persentase pendapatan diluar usaha ditahun yang sama, biaya diluar usaha pada tahun 2006 sekitar 9,84 sehingga perusahaan menderita kerugian diluar usaha sebesar 2,81. Laba bersih perusahaan hampir disetiap tahunnya mengalami kenaikan hanya pada tahun 2006 mengalami penurunan. Pada tahun 2002 laba bersih tercatat sebesar 31,98 naik menjadi 37,98 pada tahun 2003 atau naik sekitar 6, kemudian pada tahun 2004 laba bersih mengalami kenaikan yang sangat besar yaitu dari 37,98 tahun 2003 naik menjadi 53,94 tahun 2004 atau naik sekitar 15,97. Tahun 2005 laba bersih mengalami penurunan dari 53,94 ditahun 2004 menjadi 42,84 pada tahun 2005 atau 26 turun sekitar 6,49. Begitu pula ditahun 2006 laba bersih jugas mengalami penurunan yang cukup drastis dari 42,84 pada tahun 2005 turun menjadi 28,85 pada tahun 2006. Bila dibandingkan selama kurun waktu lima tahun terakhir maka persentase laba bersih yang paling kecil terjadi pada tahun 2006 dan persentase laba bersih tertinggi terjadi pada tahun 2004. Dilihat dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola biaya perusahaan masih belum maksimal, sehingga kenaikan pendapatan selalu diikuti kenaikan biaya yang cukup tinggi juga. Analisis Trend Pada Laporan Laba Rugi Dilihat dari tabel 4.8, pendapatan usaha cenderung mengalami kenaikan yang cukup baik setiap tahunnya, hanya pada tahun 2006 pendapatan usaha mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2002 perusahaan memperoleh pendapatan usaha sebesar Rp. 107.271.761.080,09 kemudian naik menjadi Rp. 108.248.201.449,72 atau naik sebesar 0.91 di tahun 2003. Selanjutnya di tahun 2004 pendapatan usaha juga mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu Rp. 141.982.158.277 atau naik sebesar 32,36 dari tahun dasarnya. Begitu pula yang terjadi pada tahun 2005 pendapatan usaha juga mengalami kenaikan sebesar Rp. 148.454.780.853 atau naik sebesar 38,39 dari tahun 2002. Pada tahun 2006 pendapatan usaha mencapai Rp.147.541.634.089,15. jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 37,39 dari tahun dasarnya, namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2005, pendapatan usaha di tahun 2006 mengalami penurunan sebesar Rp. 913.146.763, 85 atau turun sebesar 0.85. Kenaikan pendapatan usaha ini juga diikuti oleh kenaikan biaya usaha yang sangat tinggi yaitu dari Rp. 59.754.192.379,44 di tahun 2002 naik menjadi Rp. 66.330.984.503,28 atau naik sebesar 11,01 pada tahun 2003. Untuk tahun 2004 biay 27 usaha juga mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 73.544.690.536 atau naik sebesar 23,08 dari tahun dasarnya, begitu pula pada tahun 2005 kenaikan biaya usaha terus meningkat sebesar Rp. 85.959.928.956 atau naik sebesar 43, 86 dari tahun dasarnya. Pada tahun 2006 biaya usaha mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu Rp. 100.822.965.603,89 atau naik sebesar 68,73 dari tahun dasarnya. Jika dilihat selama kurun waktu lima tahun terakhir maka biaya usaha terbesar terjadi pada tahun 2006. Kenaikan dari pendapatan usaha dan biaya usaha ini ternyata mengakibatkan laba usaha yang naik turun atau tidak stabil, yaitu pada tahun 2002 laba usaha tercatat sebesar Rp. 47.517.568.700,65 kemudian pada tahun 2003 laba usaha menagalami penurunan menjadi Rp. 41.917.216.946,44 atau turun sebesar 11,79. Pendapatan usaha yang meningkat di tahun 2003 ternyata tidak membantu perusahaan untuk menaikkan laba usaha pada tahun 2003, dikarenakan biaya usaha yang juga naik. Namun pada tahun 2004 laba usaha mengalami peningkatan menjadi Rp. 68.437.467.741 atau naik sebesar 44,03 dari tahun dasarnya, begitu pula pada tahun 2005 laba usaha juga mengalami kenaikan menjadi Rp. 62.494.851.897 atau naik sekitar 31,52 dari tahun dasarnya, namun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2004, laba usaha ditahun 2005 justru mengalami penurunan sebesar Rp. 5.942.615.844 atau turun sekitar 12,51. Sedangkan pada tahun 2006 bila dibandingkan dengan tahun dasarnya maka laba usaha ditahun tersebut mengalami penurunan, yaitu jumlah laba usaha tercatat sebesar Rp. 46.718.668.485,26 atau turun sebesar 11,68 .Jika kita lihat selama kurun waktu lima tahun terakhir ini laba usaha terbesar terjadi pada tahun 2004, dan laba usaha terkecil terjadi pada tahun 2003. 28 Laba bersih juga mengalami peningkatan dari tahun dasarnya yaitu pada tahun 2002 laba bersih tercatat sebesar Rp. 34.305.769.424,48 yang kemudian naik menjadi Rp. 41.107.745.219,75 atau naik sekitar 19,83 ditahun 2003. Pada tahun 2004 laba bersih perusahaan mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu mencapai Rp. 76.591.865.355 atau naik sebesar 123,26. Kemudian ditahun 2005, laba besih perusahaan juga mengalami kenaikan yaitu laba bersih menjadi Rp. 63.598.544.297 atau naik sekitar 85,39 dari tahun dasarnya, namun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2004 maka laba bersih ditahun 2005 justru mengalami penurunan sebesar Rp.12.993.321.058 atau turun sekitar 37,87. Untuk tahun 2006 laba bersih juga mengalami kenaikan yaitu laba bersih tercatat sebesar Rp. 42.567.905.577,36 atau naik sebesar 24,08 dari tahun dasarnya. Namun bila dibandingkan dengan laba bersih tahun sebelumnya maka laba bersih ditahun 2006 mengalami penurunan yang drastis yaitu turun sebesar Rp. 21.030.638.719,64 atau turun sekitar 61,31. Dari analisis diatas dapat diketahui bahwa hasil yang dicapai perusahaan ini menunjukkan tendensi yang cukup baik, ini terlihat dari laba bersih yang terus meningkat meskipun ditahun 2006 laba bersih mengalami penurunan yang disebabkan perusahaan belum maksimal dalam menekan biaya-biaya yang dikeluarkan. Untuk itu perusahaan sebaiknya memberikan perhatian khusus terhadap pos-pos biaya. Sehingga kenaikan pendapatan usaha tidak diiringi dengan kenaikan biaya yang lebih besar, yang berakibat laba yang dihasilkan tidak maksimal. 29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan