Analisis kesulitan siswa dalam pembelajaran IPS terpadu pokok bahasan pajak penghasilan di SMP Fatahillah Pondok Pinang

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Disusun oleh :

Tarra Anggun Cantika NIM. 109015000123

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Pembelajaran IPS Terpadu Pokok Bahasan Pajak Penghasilan di SMP Fatahillah Pondok Pinang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan apa saja dalam mengerjakan soal perhitungan pajak penghasilan serta untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa secara internal maupun eksternal yang dialami siswa dalam mempelajari materi pajak penghasilan di SMP Fatahillah Pondok Pinang khususnya kelas VIII. Penelitian ini termasuk jenis penelitian campuran antara kuantitatif dan kualitatif dimana peneliti menjabarkan temuan-temuan yang didapat di lapangan. Untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan peneliti memberikan tes uraian, tes diberikan kepada 20 siswa Selanjutnya peneliti melakukan observasi terhadap siswa dan guru serta wawancara mendalam, terakhir peneliti menyebarkan angket yang berisi 20 item pertanyaan yang mengacu pada penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa, penyebaran angket ini bertujuan untuk triangulasi data. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam materi pajak penghasilan yang didukung dengan nilai rata-rata yang rendah pada tes yang diberikan. Penyebab yang siswa mengalami kesulitan adalah sebagai berikut: (1). Kesulitan dari dalam diri sendiri atau internal antara lain: konsentrasi yang rendah, minat belajar rendah, persepsi bahwa materi pajak penghasilan sulit. (2). Kesulitan dari luar atau eksternal antara lain: fasilitas buku yang tidak memadai, ruangan yang kurang memadai.


(6)

ii

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Analysis of Student Difficulties In intergrated Sosial Science Learning about Income Taxes material at SMP Fatahillah Pondok Pinang.

This research was aims to know the difficulties of students in answering the

question about the accounting of income taxes and to know the causer of students’

learning difficulties internally or externally which was felt by the students in learning income taxes material at SMP Fatahillah Pondok Pinang, exactly students in the 8th grade. This research was mixing between kuantitative and kualitative research which the writer elaborated the findings in the field. To know the difficulties of students in accounting income taxes. The writer gave an essay test. The test was given to 20 students. Then the writer did an observation to ward student and the teachers, did interview deeply, next, the writer distributed the questionnaires to make triangulation of data. The result of this research showed that the students had the difficulties in income taxes material which was supported by the low score of the test given. The causes of the difficulties stated as follows: 1) they had difficulties from themselves or internal factors such as; low concentration, low motivation in learning and negative perception that income taxes material was difficult. 2) they had a difficulties from the outside or external factors, such as; the lack of facilities like Books and rooms.

Keywords: Analysis of Learning Difficulties, Income Tax,kuantitative and kualitative research.


(7)

iii

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Pokok Bahasan Pajak Penghasilan di SMP Fatahillah Pondok Pinang” ini merupakan salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan baik moral maupun material kepada penulis. Untuk hal itu maka perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Nurlena Rifa’i MA. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan dukungan secara akademik.

4. Drs. Banadjid, selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa sabar dalam membimbing dan memberikan arahan.

5. M. Noviadi Nugroho, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang selalu setia dan sangat sabar dalam memberikan arahan juga bimbingan.

6. Kepala Sekolah, Dewan Guru, staf TU serta Siswa-Siswi SMP Fatahillah 7. Kepada Ayahanda OK. Helmy Aziz dan Ibunda Sumarni Sukaman yang


(8)

iv

dan suasana yang menyenangkan Athaya dan Ziyad.

10.Keluarga Besar OK.H Abdul Aziz dan Keluarga Besar H. Sukaman yang memberikan penulis semangat untuk masa kuliah selama 4 tahun yang berharga.

11.Teman-teman yang senantiasa memberi dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan isi skripsi ini.

Akhir kata penulis hanya bisa berharap semoga penyusunan ini dapat bermanfaat dan mempunyai nilai guna bagi yang memerlukannya.

Jakarta, 1 Januari 2014


(9)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II Kajian Teoritis dan Kerangka Berpikir A. Kajian Teoritis……….…..8

1. Pengertian Pendidikan --- 8

2. Pengetian Belajar. ... 9

3. Definisi Proses belajar ... 10

4. Tahap-Tahap Proses Belajar ... 10

5. Karakteristik Perilaku Belajar ... 11

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 11

7. Faktor pendekatan belajar ... 16

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar mengajar . 16 9. Pengertian kesulitan belajar ... 17

10.Pengertian Materi Pembelajaran ... 17


(10)

vi

15.Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 25

B. Kerangka Berpikir ... 29

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

C. Variabel Penelitian ... 35

D. Metode Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Instrumen Penelitian... 38

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

A. Profil Sekolah ... 45

B. Hasil Observasi Terhadap Siswa ... 48

C. Hasil Observasi Terhadap Guru ... 54

D. Hasil Nilai Siswa pada Materi Pajak Penghasilan ... 55

E. Analisis Kesulitan Siswa dalam menjawab Setiap Pertanyaan ... 57

F. Hasil Angket ... 65

G. Hasil wawancara guru ... 79

BAB V PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran-saran ... 82


(11)

vii

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 11

Tabel 2.2 Tabel Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 22

Tabel 2.3 Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Pribadi Dalam Negeri ... 24

Tabel 2.4 Perbedaan dan Persamaan dengan Hasil Penelitian relevan ... 32

Tabel 3.1 Tabel Klasifikasi Nilai ... 40

Tabel 3.2 Kategori Penilaian Angket ... 42

Tabel 4.1 Profil Guru SMP Fatahillah ... 46

Tabel 4.2 Fasilitas SMP Fatahillah ... 48

Tabel 4.3 Hasil Observasi Terhadap Siswa ... 49

Tabel 4.4 Hasil Observasi Terhadap Guru ... 54

Tabel 4.5 Hasil Nilai Siswa ... 55

Tabel 4.6 Siswa Merasa Intelegensi Yang Dimiliki Tinggi ... 66

Tabel 4.7 Siswa Merasa Sulit Menangkap Penjelasan Dari Guru Tentang Pajak Penghasilan ... 66

Tabel 4.8 Siswa Sulit Berkonsentrasi Dalam Materi Pajak Penghasilan ... 68

Tabel 4.9 Siswa Tidak Menyukai Materi Pajak Penghasilan Sehingga Malas Untuk Memperhatikan ... 67

Tabel 4.10 Siswa Merasa Kurang Berbakat Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Khususnya Materi Pajak Penghasilan ... 68

Tabel 4.11 Motivasi Siswa Rendah Dalam Mempelajari Materi Pajak Penghasilan ... 69


(12)

viii

Terganggu ... 70

Tabel 4.14 Banyak Teori Dan Ketentuan Dalam Menghitung Pajak

Penghasilan Membuat Siswa Sulit Mengerjakannya ... 71

Tabel 4.15 Guru Terlalu Cepat Dalam Menjelaskan Materi Pajak

Penghasilan Sehingga Siswa Tidak Mengerti ... 71

Tabel 4.16 Kemampuan Berhitung Siswa Rendah ... 72

Tabel 4.17 Minat Belajar Siswa Rendah ... 73

Tabel 4.18 Kesulitan Siswa Dalam Menangkap Materi Pajak Penghasilan

Karena Masalah Keluarga ... 74

Tabel 4.19 Kesulitan Belajar Pajak Penghasilan Karena Teman Sekelas

Gaduh ... 74

Tabel 4.20 Kesulitan Siswa Dalam Belajar Pajak Penghasilan Karena

Lingkungan Yang Tidak Kondusif Dan Nyaman ... 75

Tabel 4.21 Siswa Mengobrol Pada Saat Belajar Materi Pajak Penghasilan ... 76

Tabel 4.22 Siswa Kehilangan Konsentrasi Saat Materi Belajar Pajak

Penghasilan ... 76

Tabel 4.23 Cuaca Yang Tidak Menentu Membuat Berkurangnya Semangat Belajar Pajak Penghasilan ... 77

Tabel 4.24 Kesulitan Belajar Pajak Penghasilan Karena Buku Yang Kurang Lengkap ... 78

Tabel 4.25 Siswa Mencontek Tugas Yang Diberikan Guru Karena Soal


(13)

ix

Gambar 1 Poto-Poto kegiatan Siswa Memperhatikan Guru Menjelaskan Materi

Tentang Pajak Penghasilan ... 112

Gambar 2 Poto-Poto kegiatan Siswa Sedang Mencatat Materi Tentang Pajak Penghasilan ... 112

Gambar 3 Poto-Poto kegiatan Siswa Sedang Mencatat Materi Tentang Pajak Penghasilan ... 112

Gambar 4 Poto-Poto kegiatan Mengerjakan Soal Materi Pajak Penghasilan ... 113

Gambar 5 Poto-Poto kegiatan Mengerjakan Soal Materi Pajak Penghasilan ... 113


(14)

x

Lampiran 2 Pedoman Kriteria Penilaian Observasi Terhadap Guru... ... 86

Lampiran 3 Hasil Observasi Terhadap Pengajar... ... 91

Lampiran 4 Kisi Kisi Test Essay Pajak Penghasilan ... ... 92

Lampiran 5 Soal Test Essay Pajak Penghasilan ... ... 93

Lampiran 6 Kunci Jawaban Test Essay Pajak Penghasilan ... ... 94

Lampiran 7 Hasil Test Essay Pajak Penghasilan ... ... 97

Lampiran 8 Kisi-Kisi Angket Instrumen Penelitian Tentang Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Siswa Dalam Perhitungan Pajak Penghasilan ... ... 98

Lampiran 9 Lembar Angket Kesulitan Siswa Dalam Perhitungan Pajak Penghasilan ... ... 99

Lampiran 10 Hasil Angket ... ... 102

Lampiran 11 Kisi-Kisi Wawancara Siswa dan Guru ... ... 103

Lampiran 12 Pedoman Wawancara Siswa dan Guru ... ... 104

Lampiran 13 Hasil Wawancara Siswa ... ... 106

Lampiran 14 Hasil Wawancara Guru ... ... 108

Lampiran 15 Hasil Dokumentasi ... ... 112

Lampiran 16 Biodata Penulis ... ... 113


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadian manusia sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan juga hal yang penting bagi umat islam karena orang-orang yang berilmu memiliki derajat yang lebih tinggi seperti yang di jelaskan pada hadist dibawah ini :

لا جرد نم س لا رقا :ملس يلع ها ىلص ها ل سر ل ق :ل ق ع ها يضر م ما نع ا د جف د جلا ل ا ما ل سرلا ب ء ج م ىلع س لا عل دف ملعلا ل ا ما ،د جلا ملعلا ل ا

)نطقرد ا ر( لسرلا ب ء ج م ىلع م ف يس ب Artinya: “Dari Umamah RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: orang paling dekat derajatnya dari para Nabi ialah ahkul ilmi (yang berilmu) dan pejuang, jika orang yang berilmu memberi petunjuk pada manusia melalui apa yang datang dari Rasul (ilmu), dan kalau pejuang berjuanglah dengan pedangnya, seperti yang ditunjukkan Rasul”. (H.R. Daruqutni).1

“Sedangkan menurut UU. No. 20 th 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.2

1http://pkbmdaruttaklim.wordpress.com/2012/10/31/kumpulan-hadits-tentang-pendidikan/

diakses pada 2 februari 2013.


(16)

Maka dari itu pendidikan merupakan hal yang harus diperhatikan karena pendidikan termasuk kepada kebutuhan primer dan di dalam pendidikan terdapat proses belajar.

Menurut Deporter Bobbi, Reardon Mark, & Singer-Nourie Sarah “Pada hakekatnya proses belajar atau mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana guru dapat mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar itu berlangsung”.3 Maka di dalam proses belajar yang merupakan fenomena kompleks ini dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan tersendiri yang dialami oleh siswa.

Definisi kesulitan belajar secara umum dipandang sebagai siswa dengan prestasi yang rendah. M. Alisuf Sabri mengartikan kesulitan belajar siswa sebagai kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran disekolah. Jadi kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh seorang guru.2

“Menurut Koestoer Partowisastro kesulitan belajar itu dapat disebabkan oleh beberapa alasan yaitu : (1) masalah intelegensi, (2) masalah penglihatan dan/atau pendengaran, (3) masalah perceptual, (4) masalah gizi, (5) masalah minuman keras dan narkotik, (6) Masalah kelelahan (7) masalah harapan Orang Tua, (8) masalah disharmoni dalam keluarga, (9) masalah penguasaan materi pelajaran, (10) masalah minat”.4

Dari masalah kesulitan belajar yang sudah dikelompokan oleh Koestoer, menyatakan bahwa “di dalam proses belajar tidak lepas dari hambatan-hambatan yang dialami siswa itu sendiri”.5

Di dalam kehidupan pendidikan adalah hal wajar apabila kita menemukan kesulitan-kesulitan dalam belajar yang dialami oleh peserta didik karena belajar

3Deporter Bobbi, Reardon Mark, & Singer-Nourie Sarah, “Quantum Learning”, (Bandung : Kaifa 2000), Cet ke-1, h. 3

4 M. Alisuf Sabri. Psikologi pedidikan. ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya). Cet. Ke-I. h.88.

5 Partowisastro Koestoer, Diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar, (Jakarta : Erlangga 1986), jilid-2, h. 19-34


(17)

itu sendiri merupakan proses dari tidak bisa menjadi bisa, di dalam proses belajar tersebut kesulitan memang merupakan hal biasa tetapi bukan seterusnya harus dibiarkan begitu saja melainkan harus diketahui akar permasalahan sebenarnya apa yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan tersebut agar kegiatan belajar-mengajar ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Seperti yang dijelaskan oleh hadist Nabi bahwa seseorang yang berilmu ialah seseorang yang terus belajar maka dari itu lebih baik jika guru terus mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan karena peran guru sebagai mediator dalam menyampaikan materi merupakan hal yang utama dalam kegiatan belajar-mengajar dan tugas guru tersebut sebagai mediator juga harus memastikan bahwa materi yang beliau sampaikan dapat dimengerti dengan baik oleh peserta didik. Hal ini, sangat mempengaruhi keseluruhan proses belajar dan mengajar di sekolah dan dalam hal ini khususnya pokok bahasan pajak penghasilan merupakan perpaduan antara menghitung dan membaca keterangan dengan baik, apabila ditengah pembelajaran peserta didik tidak mengerti apa yang di jelaskan oleh mediator itu merupakan permasalahan yang harus kita temukan apa solusi yang baik sebenarnya.

Siswa Di SMP Fatahillah Pondok Pinang pasti juga memiliki kesulitan-kesulitan belajar tertentu dalam proses belajar, khususnya untuk siswa yang duduk di kelas VIII dalam mempelajari IPS terpadu juga terdapat kesulitan siswa dalam menyelesaikan perhitungan pajak penghasilan dengan ketentuan-ketentuan dalam menghitung pajak itu sendiri yang membuat siswa sulit untuk mengerjakannya. Pokok bahasan pajak penghasilan merupakan pokok materi yang menurut siswa dan siswi SMP Fatahillah adalah materi yang sulit sehingga dengan pemikiran yang demikian maka kebanyakkan siswa malas untuk memulai mengerjakannya dan terkadang karena mereka menganggap materi tersebut materi sukar sehingga mereka tak ingin memulai untuk mempelajarinya.

Pajak penghasilan merupkan materi yang sulit apabila siswa dan siswi tidak memperhatikan dengan seksama. Kendala yang peneliti temukan adalah hilangnya konsentrasi di saat mempelajari materi ini, apabila terlewat sedikit apa yang guru


(18)

sampaikan maka akan terjadi kebingungan yang mengakibatkan siswa tidak dapat mengerti apa yang di bicarakan oleh guru.

Di dalam materi tersebut terjadi kesukaran siswa dalam mengerjakan soal-soal pajak penghasilan, kesulitan dalam belajar merupakan hal yang selalu terkait dengan dunia pendidikan, untuk mengatasi kesulitan dalam belajar materi tersebut guru harus mendiagnosa dimanakah kesulitan itu terjadi agar masalah ini dapat diselesaikan dengan solusi yang baik dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Sesuai dengan masalah yang sudah dijabarkan diatas maka peneliti mengajukan judul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Pokok Bahasan Pajak Penghasilan di SMP Fatahillah Pondok Pinang”

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pajak penghasilan rendah pada siswa dan siswi SMP Fatahillah Pondok Pinang.

2. Siswa mengalami kesulitan saat mengerjakan perhitungan pajak penghasilan pada siswa dan siswi SMP Fatahillah Pondok Pinang.

3. Nilai siswa kelas VIII rendah pada hasil pembelajaran materi pajak penghasilan.

C. Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini peniliti membatasi pada siswa dan siswi SMP Fatahillah Pondok Pinang Kelas VIII SMP yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan karena dianggap sukar. Peneliti ingin mencari kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan serta penyebabnya.


(19)

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diangkat peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja kesulitan yang dialami siswa dan siswi SMP Fatahillah Pondok Pinang Kelas VIII SMP Fatahillah dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan?

2. Apakah penyebab siswa dan siswi SMP Fatahillah Pondok Pinang Kelas VIII SMP banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan perhitungan pajak penghasilan?

E. Tujuan dan Manfaaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan dari latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah di jelaskan sebelumnya, adalah:

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui Apa saja kesulitan yang dialami tentang pemahaman materi pajak penghasilan pada siswa dan siswi SMP Fatahillah Pondok Pinang Kelas VIII.

b. Untuk mengetahui apa penyebab kesulitan yang banyak dialami siswa dan siswi SMP Fatahillah Pondok Pinang Kelas VIII dalam menyelesaikan perhitungan pajak penghasilan.

2. Manfaat Penelitian :

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya suatu kontribusi hasil penelitian baik secara teoritis ataupun secara praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut sebagai berikut :

A. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, peneliti mengharapkan melalui penelitian ini dapat mengembangkan serta memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama


(20)

pada bidang pendidikan, khususnya tentang kesulitan perhitungan pajak penghasilan.

B. Manfaat Praktis

Secara praktis, peneliti mengharapkan melalui penelitian ini dapat membawa manfaat bagi para pelaku pendidikan, diantaranya:

1. Bagi Siswa

Dengan guru yang cekatan dalam menanggapi permasalahan kesulitan belajar siswa maka masalah tersebut tidak berlarut-larut dan dapat dengan cepat membantu siswa menyelesaikan permasalahannya dan meningkatnya hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru

Dapat mengidentifikasi faktor apa saja kesulitan belajar yang dialami siswa dengan cermat dan guru dapat dengan cepat mencari solusi yang tepat untuk menangulangi masalah kesulitan yang siswa alami agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah sekolah dapat meningkatkan prestasi akademik siswa dan dapat mengevaluasi kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa dalam proses belajar-mengajar agar dengan baik menyelesaikan masalah tersebut serta dapat juga memfasilitasi apa yang kurang dalam proses belajar-mengajar tersebut.

4. Bagi Pembaca

Dengan penelitian yang disusun oleh peneliti ini bermanfaat bagi pembaca untuk memahami kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mengerjakan soal perhitungan pajak penghasilan. Sehingga pembaca lebih


(21)

mengerti bahwa sesungguhnya siswa mengalami kesulitan belajar yang terkadang orang dewasa tidak mengerti masalah sebenarnya.

5. Bagi Peneliti

Penelitian ini dilakukan agar peneliti mengetahui penyabab kesulitan belajar dan menjadikan peneliti lebih berpengalaman dan apabila menemui hal yang sama dapat dengan cekatan menanggulanginya karena peneliti adalah calon guru profesional. Selain itu peneliti juga dapat berkontribusi dalam dunia pendidikan untuk menjadi lebih maju di masa depan.

6. Bagi peneliti lain

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain untuk referensi dalam penelitian berikutnya agar dapat dijadikan pedoman dan juga dikembangkan agar ilmu ini dapat diketahui oleh masyarakat luas.

7. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini bermanfaat untuk kampus tercinta peneliti UIN Syarif Hidayatullah sebagai perluasan ilmu pengetahuan baru bagi dunia kependidikan dan juga sebagai referensi bagi junior yang ingin mengembangkan hasil penelitian ini agar dapat terus berkembang sampai akhir masa.


(22)

8 BAB II

Kajian Teoritis dan Kerangka Berpikir

A. Kajian Teoritis

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha manusia untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik ke kedewasaan.1 Di dalam dunia pendidikan akan terjadi dimana adanya kontak antara siswa dan guru dalam proses belajar dan mengajar.

Adapun pengertian pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau

paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.2

Pendidikan masa kini penting untuk masa depan anak bangsa agar dapat menunjang taraf hidup yang lebih baik serta berpengaruh pada pembangunan Indonesia yang telah dicita-citakan.

2. Pengertian Belajar

Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology menyatakan bahwa

1 Sumadi Suryabrata, Psikologi pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2005), Cet 13, h. 293

2 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2008), Cet 6, h.1


(23)

“Learningis shown by a change in behavior as a result of experience”:3

Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya. Sesuai dengan pendapat ini adalah pendapatnya Harold Spears. Spears menyatakan, bahwa :

“learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.4

Senada dengan apa yang dikemukakan Cronbach di atas itu ialah pendapat McGeoh yang menyatakan bahwa:5

“Learning is a change in performance as a result of practice”

Definisi-definisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh ahli-ahli yang berbeda-beda pendiriannya, berlainan-lainan titik tolaknya. Kalau kita simpulkan definisi-definisi tersebut dan juga definisi-definisi yang lain maka kita dapatkan hal-hal pokok sebagai berikut :

a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral change, aktual maupun potensial).

b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru (dalam arti Kenntnis dan Fertingkeit).

c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

3. Definisi Proses belajar

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang “berarti

berjalan kedepan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan

yang mengarah pada sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin, proses adalah: Any changes in any objector organism, particularly a behavioural psychological change (proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan).6

3 Suryabrata, op.cit., h. 231 4Ibid, h. 231

5ibid., h. 232


(24)

4. Tahap-tahap dalam proses belajar

Tahap belajar menurut Jerome S. Bruner adalah karena belajar itu merupakan aktivitas berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan yang lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut bruner, salah seorang teori S-R Bond yang terbilang vokal, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode/ tahap, yaitu :

a. Tahap informasi (tahap penerimaan)

Dalam tahap informasi, seorang siswa sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Dalam tahap ini dapat dikatakan bahwa siswa baru pertama kali mempelajari perhitungan pajak penghasilan karena sebelumnya tidak pernah mempelajarinya selain di kelas VIII SMP, sehingga siswa akan merasa asing dengan pembahasan materi ini.

b. Tahap tranformasi (tahap pengubah materi)

Dalam tahap tranformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditranformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagis siswa pemula, tahap ini akan berlangsung mudah apabila disertai dengan bimbingan guru dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi pajak penghasilan.

c. Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)

Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.7


(25)

5. Karakteristik Perilaku Belajar

Ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar, diantaranya:

a) Bahwa perubahan intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya bukan secara kebetulan; dengan demikian, perubahan karena kemantapan dan kematangan atau keletihan atau karena penyakit tidak dapat dipandang sebagai perubahan hasil belajar;

b) Bahwa perubahan itu postif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan

(normatif) atau kriteria keberhasilan (criteria of success) baik dipandang dari segi siswa (tingkat abilititas dan bakat khususnya, tugas perkembangan, dan sebagainya) maupun dari segi guru (tuntutan masyarakat orang dewasa sesuai dengan tindakan kulturalnya);

c) Bahwa perubahan itu efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas waktu tertentu) relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (problem solving), baik dalam ujian, ulangan, dan sebagainya maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup.8

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Tabel 2.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Ragam Faktor dan Unsur-unsurnya

Internal Siswa Ekternal Siswa Pendekatan

8 Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). Cet. Ket-10 h. 158


(26)

1. Aspek Fisiologis: -tonus jasmani -mata dan telinga 2. Aspek Psikologis:

- Inteligensi - Sikap - Minat - Bakat - Motivasi

1. Lingkungan sosial: -Keluarga

-guru dan staf - masyarakat - teman 2. Lingkungan

Nonsosial: - rumah - sekolah - peralatan - alam

1. Pendekatan Tinggi: - speculative - achieving

2. Pendekatan menengah:

- Analytical

- Deep

3. Pendekatan Rendah: - Reproductive

- surface

Belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali macamnya terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu. Untuk memudahkan pembicaraan dapat dilakukan klasifikasi demikian:9

a) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan bahwa overlapping tetap ada, yaitu:

1) Faktor-faktor non sosial

Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergudangannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran).

Semua faktor yang telah disebutkan di atas itu, dan juga faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses atau perbuatan belajar secara

9.Suryabrata Sumadi, Psikologi pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2005), Cet 13, h. 233-234.


(27)

maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-syarat seperti ditempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat didaktis, psikologis dan pedagogis.10

2) Faktor-faktor sosial,

Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang belajar, banyak kali mengganggu belajar; misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap disamping kelas atau seseorang sedang belajar dikamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu, dan sebagainya. Kecuali kehadiran yang berlangsung seperti yang telah dikemukakan di atas itu, mungkin juga orang lain itu hadir tidak langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan representasi dari seseorang; suara nyanyian yang sedang dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial yang seperti telah dikemukakan diatas itu pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar. Biasanya faktor-faktor tersebut mengganggu kosentrasi sehingga perhatian dapat ditujukan kepada hal yang dipelajari atau aktifitas belajar semata-semata. Dengan berbagi cara faktor-faktor tersebut dapat berlangsung dengan baik.

b) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar dan ini pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

1) Faktor-faktor fisiologis,


(28)

Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (a) Tonus jasmani pada umumnya, dan keadaan tonus jasmani pada

umumnya ini dapat melatarbelakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang kurang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar; keadaaan jasmani yang lelah lain berpengaruhnya daripada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan yaitu:

(b) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kekurangan tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. (c) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu.

Penyakit-penyakit seperti pilek, influenza, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar.

(d) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh kedalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan pancaindera. Baiknya pancaindera merupakan syarat dapat belajar itu berlangsung dengan baik.11

(e) Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.12

2) Faktor-faktor psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa namun, diantara

11 Suryabrata, op.cit.,h. 236


(29)

faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang esensial itu adalah sebagai berikut:

a) Inteligensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya memperoleh sukses.

b) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif dan negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda, apalagi jika di iringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran anda, dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

c) Bakat Siswa

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

d) Minat Siswa

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.


(30)

e) Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organism baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.13

7. Faktor pendekatan belajar

“Meurut Ballard & Clanchy, pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu: 1) sikap melestarikan apa yang sudah ada (conserving); dan 2) sikap memperluas

(extending).”14

Menurut Biggs pendekatan belajar siswa dapat di kelompokkan kedalam tiga prototipe (bentuk dasar), yakni :

a. Pendekatan surface (pendekatan/bersifat lahiriah)

Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu.

b. Pendekatan deep (mendalam)

Siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik).

c. Pendekatan Achieving (pencapaian prestasi tinggi)

Siswa yang menggunakan pendekatan Achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut “ego-enhancement”

yaitu ambisi pribadi bisa dalam meningkatkan prestasi kekuatan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya.15

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar mengajar

Secara fundamental Dollar dan Miller menegaskan bahwa keefektivan perilaku belajar dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:

(a) Adanya motivasi (drives), siswa harus menghendaki sesuatu (the learner must want something);

(b) Adanya perhatian dan mengetahui sasaran (cue), siswa harus memperhatikan sesuatu (the learner must notice something);

(c) Adanya usaha (response), siswa harus melakukan sesuatu (the learner must do something);

13 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu). Cet. Ke-1 h. 132-137

14 Ibid., h. 123


(31)

(d) Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) siswa harus memperoleh sesuatu (the learner must get something).16

9. Pengertian kesulitan belajar

Definisi kesulitan belajar secara umum dipandang sebagai siswa dengan prestasi yang rendah. M. Alisuf Sabri mengartikan kesulitan belajar siswa sebagai kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran disekolah. Jadi kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh seorang guru.17

Kesulitan belajar bukan hal yang tidak normal karena didalam proses pembelajaran tentu ada kesulitan disaat guru menyampaikan ilmu yang beliau miliki kepada muridnya karena siswa juga memiliki kapasitasnya masing-masing disaat menyerap informasi yang disampaikan oleh gurunya dikelas.

10. Pengertian Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran atau materi ajar (instructional materials) adalah pengetahuan sikap, dan keterampilan, yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan18

11. Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh burton sebagai berikut:

a. Siswa dikatan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pekerjaan tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion refrenced). Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan kedalam lower group .

b. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya berdasarkan ukuran tingkat

16 Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). Cet. Ke-10 h. 164

17 M. Alisuf Sabri. Psikologi pedidikan.( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya). Cet. Ke-I. h.88. 18 Lukman Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima) hal. 105. 2009


(32)

kemampuan: inteligensi, bakat. Diramalkan (predicted) akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan kedalam under archievers.

c. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk pnyesuian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced). Kasus siswa yang bersangkutan dapat dikategorikan kedalam

slow learners.

d. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat

(prerequisite) bagi kelanjutan ini dapat digolongkan kedalam slow learners

atau belum matang (immature) sehingga mungkin harus menjadi pengulang

(repeaters) pelajaran.19

12. Diagnosis Kesulitan Belajar

Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya

seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni

jenis kesulitan belajar siswa.

Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur atau langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis

tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik”

kesulitan belajar.

Banyak langkah-langkah diagnostik yang ditempuh guru antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf sebagai berikut:

a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran;

b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar;

c. Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar;

19 Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). Cet. Ke-10 h. 307-308


(33)

d. Memberika tes diagnotik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa;

e. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.20

13. Pengertian pajak

Berikut merupakan definisi pajak menurut beberapa tokoh:21 a. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro:

Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat balas jasa timbal balik (kontraprestasi) yang berlangsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Definisi tersebut kemudian di sempurnakan, menjadi:

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk

membiayai pegeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving

yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

b. Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I Djajadiningrat:

Menurut Djajadiningrat pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian besar dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menuurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbale balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

c. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Feldman:

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kotraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

14. Jenis-jenis pajak

Terdapat berbagai jenis pajak, yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu, pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.

a. Menurut Golongan

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Pajak langsung : pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang

20 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu). Cet. Ke-1 h. 169 21 Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan kasus , (Jakarta: Salemba Empat, 2011). h. 1


(34)

lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan.

Contoh: pajak penghasilan (PPh). PPh harus dibayar oleh pihak-pihak tertentu memperoleh penghasilan tersebut.

2. Pajak tidak langsung pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

b. Menurut sifatnya

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Pajak subjektif; pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan subjeknya.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).dalam PPh terdapat subjek pajak (wajib pajak) orang pribadi. Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan lainnya).Keadaan pribadi wajib pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk menetukan besarnya penghasilan tidak kena pajak.

2. Pajak objekitif: pajak yang pengenaannya memperhatikan objek pajaknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal.

c. Menurut Lembaga Pemungut

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu;

1. Pajak Negara (pajak pusat) pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya. Contoh; PPh, PPN dan PPnBM, PBB, serta Bea Perolehan Hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).PPB dan BPHTB menjadi pajak daerah mulai tahun 2011.

2. Pajak dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing Contoh: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan, pajak reklame.22


(35)

d. Pajak Penghasilan

1) Definisi pajak penghasilan

Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.23

2) Dasar hukum pajak penghasilan.

Peraturan perundangan yang mengatur pajak penghasilan di Indonesia adalah UU.No.7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU. NO 7 tahun 1991. UU No.10 tahun 1994. UU No. 17 tahun 2000, UU No. 36 tahun 2008, peraturan pemerintah, keputusan Presiden, keputusan menteri keuangan, keputusan Direktur Jendral Pajak maupun surat edaran Direktur Jendral Pajak.24

3) Subjek Pajak Penghasilan

Subjek pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan.25

4) Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak merupakan segala sesuatu (barang, jasa, kegiatan, atau keadaan) yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun diluar Indonesia, yang dapat dipakai untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.26

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :

23

Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan kasus , (Jakarta: Salemba Empat, 2011). h. 78

24

Ibid., h.74

25

Ibid., h.75

26


(36)

(a) Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara dan sebagainya;

(b) Penghasilan dari usaha dan kegiatan (c) Penghasilan dari modal

(d) Hadiah

e. Penghasilan Tidak kena Pajak

Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) merupakan jumlah penghasilan tertentu yang dikenakan pajak.untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak orang pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah penghasilan tidak kena pajak. PTKP yang ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) undang-undang nomor 17 tahun 2003 mengalami beberapa perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok setiap tahunnya. Sampai dengan diberlakukannya undang-undang nomor 36 tahun 2008 perubahan PTKP dapat dilihat pada tabel berikut:27

Tabel 2.2

Tabel Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak Keterangan Pasal 7

UU No. 17 tahun 2000 (mulai berlaku 1 januari 2001) PMK No. 564/Kmk03 /2004 (mulai berlaku 1 januari 2005) PMK No. 137/ PMK.03/2 005 (mulai berlaku 1 januari 2006)

Pasal 7 UU No. 36 tahun 2008 (mulai berlaku 1 januari 2008) Peraturan Menteri Keuangan Pasal 7. PMK No. 162. (mulai berlaku 1 januari 2013) 1. Diri wajib

2.880.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000 24.300.000


(37)

pajak 2. Tambah an untuk pajak yang sudah kawin

1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000 2.025.000

3. Tambah an untuk seorang istri yang meneri ma penghas ilan yang digabun g dengan penghas ilan suami

1.440.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000 24.300.000

4. Tambah an untuk setiap anggota keluarg a sedarah semend a dalam garis keturun an lurus yang menjadi tanggun gannya (maksi


(38)

mal 3)

f. Tarif pajak

Tarif pajak merupakan persentase tertentu yang digunakan untuk menghitung besarnya tarif yang berlaku di Indonesia di kelompokkan menjadi dua tarif umum sesuai dengan pasal 17 UU No.7 Tahun 1983 (sebagaimana telah diubah beberapa kali dan yang terakhir adalah dalam UU No.36 Tahun 2008) dan tarif lainnya. Sistem penerapan tarif pajak penghasilan sesuai dengan pasal 17 UU PPh dibagi menjadi dua, yaitu wajib pajak orang pribadi dalam negeri, dan wajb pajak dalam negeri badan dan bentuk usaha tetap.28

Tabel 2.3

Tarif pajak untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000 5%

Rp 50.000.000 – Rp.250.000.000 15%

Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 25%

Di atas Rp 500.000.000 30%

g. Menghitung pajak penghasilan

Secara umum, Pajak penghasilan yang terutang dihitung dengan formula sebagai berikut :

PPh terutang = tarif pajak penghasilan Kena Pajak

PKP = Penghasilan Netto PTKP

Contoh:

Sesorang pengusaha memiliki penghasilan Rp. 5.000.000 per bulan. Jika pengusaha tersebut memiliki istri dan seorang anak, maka tentukan besar pajak yang ditanggung per bulan!

Penghasilan setahun = Rp. 5.000.000 12 = Rp. 60.000.000

28


(39)

PTKP

-Wajib pajak sendiri = Rp. 12.000.000 -Tambahan istri = Rp. 1.200.000 -Tambahan Anak = Rp. 1.200.000

Jumlah PTKP = Rp. 14.400.000

PKP RP. 45.600.000

PPh dalam setahun:

5% 25.000.000 = Rp. 1.250.000.

10% (45.600.000-25.000.000) = Rp. 2.060.000 Rp. 3.310.000 PPh per bulan:

3.310.000 12 = Rp. 275833.33

Dalam perhitugan tersebut dijelaskan seorang pengusaha yang berpenghasilan Rp. 5.000.000 harus membayar Rp. 3.310.000 selama satu tahun dan Rp. 275833.33 per bulanya, inilah perhitungan pajak penghasilan yang ada di kelas VIII yang siswa harus kerjakan dengan berbagai kesulitannya. Secara garis besar peneliti juga menitik beratkan pada afektif siswa dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan di atas.

15. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a.Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah Pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan terapan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pda tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Social Studies yang mengembangkan kurikulum di AS.29

Kurikulum Pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana dikatakan oleh Hamid hasan, merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu. Sedangkan ilmu pengetahuan sosial dan sistem pendidikan di Indonesia baru dikenal sejak lahirnya kurikulum

29 Trianto, Model pembelajaran Terpadu; Konsep, Strategi Implementasinya dalam KTSP, (Jakarta:bumi Aksara, 2010), h.172.


(40)

1975.Sebelumnya pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat persekolahan menggunakan istilah yang berubah-rubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Ilmu yang membahas hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam semesta merupakan bahasan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS sebagai mata pelajaran di persekolahan pertama kali digunakan di kurikulum 1975. Pada kurikulum 1975 memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan di sekolah dasar dan menengah.30 Sebagaimana sekarang IPS menjadi mata pelajaran yang sudah seharusnya ada disetiap sekolah dan disetiap jenjang pendidikan tetapi dengan bobot materi yang berbeda-beda dan juga disesuaikan dengan umur siswa agar dapat menerima pelajarannya dengan baik

“Somantri mengemukakan bahwa pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan

pendidikan.”31

Ilmu pengetahuan sosial merupakan intelegensi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: Ekonomi, Sosiologi, Sejarah, Geografi, Politik, Hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdispliner dari aspek dan cabang-cabang sosial.

Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhan. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan kejiwaannya pemanfaatan sumber budaya yang ada di permukaan bumi, mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.

Melalui pembelajaran pengetahuan sosial, peserta didik di arahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga Negara Indonesia warga dunia yang efektif

30 Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2009), Cet. Ke-I, h.11. 31Ibid, h.11.


(41)

merupakan tantangan berat, karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang membahas tentang kehidupan sosial manusia yang erat kaitannya dengan hubungan manusia dengan manusia beserta dinamikanya maupun hubungan manusia dengan alam, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

b. Karakteristik Pembelajaran IPS

Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Ketiga aspek yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan) merupakan karakteristik IPS sendiri.

Nu’man Somantri, yang dikutip oleh Daljoeni menyatakan bahwa pembaharuan pembelajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Bahan pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para peserta didik, masalah sosial, keterampilan berfikir serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.

2. Program IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia

3. Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang

intergreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang

separated (terpisah).

4. Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewarganegaraan, fungsional, humanitis sampai strutural.


(42)

6. Evaluasinya tidak hanya, mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor saja tetapi juga mencoba mengembangkan apa yang disebut democratic quotient dan citizenship quotient.

7. Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya melengkapi program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science,

teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajaran.32

Dari ciri-ciri diatas terbukti jelas bahwa IPS merupakan ilmu yang melingkupi berbagai aspek yang ada diberbagai bidang.

c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangankan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala masalah yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya. Kemudian dalam berbagai buku sosial, seiring dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan mengaitkan pada usaha mempersiapkan pesera didik menjadi warga yang baik.

Selain itu ilmu pengetahuan sosial juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala masalah yang terjadi, dan terampil menatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang terjadi pada dirinya sendiri maupun masyarakat umum.

32 Panitia Pendidikan dan Latihan Guru, Modul Program Pendidikan dan latihan Profesi Guru (Guru Kelas), (Bogor, Universitas Pakuan, 2012), h 254-257


(43)

“Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya dimasyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society”. Artinya, tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya”.33

Seperti yang dinyatakan oleh Gross bahwa pedidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memang merupakan ilmu yang mendasari tentang cara manusia untuk saling berinteraksi antara manusia dengan manusia lainnya. Sehingga manusia dapat berinteraksi dengan baik dan selaras dengan kehidupan alam

B. Kerangka Berpikir

Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang penting untuk dipahami oleh siswa sehingga kesulitan yang dialami dalam proses belajar ini harus segera ditangani sedini mungkin agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk tercapainya prestasi belajar siswa yang baik kita harus mengenal terlebih dahulu hambatan yang apa yang dialami siswa agar dapat segera diselesaikan dengan baik dan tidak mengganggu siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan kepadanya. Khususnya peneliti disini meneliti tentang kendala yang dialami siswa dalam belajar mengkajinya dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan. Faktor nternal meliputi: intelegensi, minat, bakat, sikap dan motivasi. Faktor eksternal dibagi dua yaitu: faktor sosial dan faktor non-sosial, faktor lingkungan sosial meliputi: keluarga, guru dan staf, masyarakat dan teman sedangkan faktor lingkungan nonsosial meliputi: rumah, sekolah, peralatan, alam. Peneliti dalam hal ini ingin mengetahui tentang kendala apa saja yang dialami siswa dalam mengerjakan soal pajak penghasilan yang ada dalam materi IPS terpadu. Pajak penghasilan memiliki ketentuan-ketentuan tertentu dalam menghitung jumlah setiap pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak. Siswa kelas VIII yang mempelajari tentang pajak

33 Etin Solihatin, dkk, Cooperativelearning: Analisis Model pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Ed. 1, Cet. 5, h.14


(44)

penghasilan seringkali mengalami kesulitan dalam menghitung pajak penghasilan, hal ini yang ingin diuraikan oleh peneliti.


(45)

C.Hasil Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Feldmen, William yang terjemahkan Sudarmaji dengan judul Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak, Feldmen mejelaskan sebab-sebab gangguan belajar pada anak yang cenderung mengurangi prestasi siswa.34 Feldmen mengungkapkan bagaimana cara seorang guru dapat mengetahui gangguan-gangguan belajar yang dialami oleh siswa sejak dini agar sang guru dapat menyelesaikan masalah gangguan belajar tersebut sesuai dengan kelompok gangguan belajar yang dialami siswa itu sendiri.

2. Skripsi yang berjudul “Analisis Kesulitan materi Statistika kelas II

Madrasah Aliyah darul”. Di dalam penelitian ini menjelaskan tentang

kesulitan-kesulitan siswa yang dialami pada saat mempelajari materi statistika, menurut peneliti mansyur, beliau berpendapat bahwa statistika yang merupakan cabang ilmu matematika yang sampai saat ini masih dirasakan sulit oleh mayoritas siswa dalam memahaminya, hal ini Karena statistika bagian dari matematika yang harus diterima setiap jurusan ketika siswa melanjutkan hingga ke perguruan (PT), selain itu juga karena banyaknya rumus yang harus diingat. 35

3. Skripsi yang berjudul “Analisis Kesulitan Pembelajaran Matematika pada

Materi Lingkaran”. Di dalam penelitian ini menjelaskan tentang kesulitan-kesulitan siswa pada saat mempelajari materi lingkaran, menurut peneliti Rahmat Hidayat bahwa materi lingkaran sulit karena siswa tidak memahami rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung lingkaran, sehingga siswa tidak dapat menjawab dengan benar setiap pertanyaan dengan benar.36

34 Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. “Pada Mengatasi Gangguan Belajar Anak”. (Jakarta : Prestasi Putra.2002).

35 Mansyur. “Analisis Kesulitan materi Statistika kelas II Madrasah Aliyah daru” (Jakarta:2012)

36 Rahmat Hidayat, “Analisis Kesulitan Pembelajaran Matematika Pada Materi Lingkaran”. (Jakarta: 2005)


(46)

Tabel 2.4

Perbedaan dan Persamaan Dengan Hasil Penelitian Relevan

No. Nama

Pengarang

Judul Perbedaan

dengan Skripsi Penulis Persamaan dengan Skripsi Penulis 1. William Feldmen Mengatasi

Gangguan Belajar Pada Anak

Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada penelitian ini mencari solusi dari gangguan belajar yang dialami oleh anak sedangkan penelitian penulis tidak

Letak persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada klasifikasi yang dimiliki anak yang memiliki gangguan belajar yang dijelaskan Wiliam sama dengan yang penulis jabarkan. 2. Mansyur Analisis Kesulitan

materi Statistika kelas II Madrasah Aliyah darul

Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada subjek mata pelajarannya, penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran matematika

sedangkan penulis

pada mata

pelajaran IPS

Persamaan

Penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama

meneliti tentang kesulitan belajar pada materi yang menyangkut perhitungan, dan penelitian ini juga memiliki metode penelitian yang


(47)

Terpadu. mirip. 3. Rahmat

Hidayat

Analisis Kesulitan Pembelajaran Matematika pada Materi Lingkaran

Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang penulis jabarkan adalah pada subjek mata pelajarannya. Penelitian ini pada mata pelajaran matematika

sedangkan penulis IPS Terpadu.

Persamaan

penelitian ini dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kesulitan belajar siswa dan memiliki

persamaan dalam cara mengolah data.


(48)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMP Fatahillah Pondok Pinang. tempat penelitian yang peneliti pilih ini merupakan tempat dimana peneliti menjalani program PPKT (Program Profesi Keguruan Terpadu) sehingga, memudahkan peneliti untuk menjalani penelitian dan dapat secara langsung mengetahui medan yang akan diteliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November tahun 2013.

No. Kegiatan

Bulan Ke:

5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan Instrument penelitian 2. Pelaksanaan

penelitian

lapangan: tes, observasi, angket, wawancara, dokumentasi dan triangulasi

3. Pengolahan data dan analisis data


(49)

4. Penyusunan Bab IV dan Ban V 5. Kesimpulan dan

rekomendasi

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah jumlah siswa kelas VIII, SMP Fatahillah. Tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 siswa.

2. Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling,

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.1

Purposive sampling digunakan peneliti karena beberapa pertimbangan ketepatan memilih sumber data yang sesuai dengan variabel yang diteliti yaitu kesulitan dalam materi pajak penghasilan, sehingga peneliti mengambil sampel yang terdiri dari siswa kelas VIII SMP Fatahillah.

C. Variabel Penelitian

Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Variabel yang diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.2 Adapun dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel, yaitu kesulitan siswa dalam materi pajak penghasilan.

D. Metode Penelitian

Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan

1 Sugiyono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D,(2009: penerbit alfabeta, Bandung)


(50)

metode campuran yang terdiri dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif, pendeketan kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan obyek sesuai dengan apa adanya.3

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (field research).4

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan penulis lakukan dengan mempelajari atau menelaah dan mengakaji buku yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas yaitu, kesulitan siswa dalam perhitungan pajak pada Siswa kelas VIII SMP Fatahillah. Penulis membaca referensi-referensi yang relevan dengan masalah yang diteliti.

2. Lapangan(Field Research)

Jenis penelitian lapangan ini dimaksudkan agar dapat diperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai yaitu kesulitan Siswa dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan pada siswa kelas VIII, SMP Fatahillah. Dalam hal ini penulis melakukan Observasi, penyebaran tes soal, angket dan melakukan wawancara kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.

E.Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian dipandang sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk memecahkan masalah dengan berbagai cara atau metode dengan menggunakan alat atau fasilitas-fasilitas yang ada untuk meperoleh hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. Metode yang digunakan untuk menemukan kebenaran dari suatu yang diteliti dengan cara yang ilmiah adalah melalui metode penelitian.

3 Suharsimi Arikunto, manajamen penelitian, ( Jakarta; Rineka Cipta, 2009), Cet. Ke-1, h. 234.

4 Syamsir salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet, Ke- 1, h. 4.


(51)

Dalam penelitian ini, diperlukan adanya suatu data sebagai akhir dari penelitian. Banyak terdapat teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Tes

a. Soal uraian

Tes yang berbentuk uraian dimana soal pajak penghasilan yang diberikan kepada siswa untuk mencari data kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran IPS terpadu pokok bahasan pajak penghasilan setelah pelaksanaan tes tersebut peneliti menganalisis jawaban dari beberapa siswa. Soal tes yang diberikan kepada siswa berpedoman pada kurikullum KTSP tahun 2007. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.

2. Non-Tes

a. Obeservasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

“Marshall menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui

observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatat secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati”.5 Observasi disebut juga dengan kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi pengobservasian dapat dilakukan melalui pengamatan, pedengaran, pencium, meraba, dan pengecap.6

5Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

1998) Cet. XI, h. 146

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) Cet. XI, h. 146


(52)

b. Angket

Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara secara tertulis pula oleh responden. Angket yang disebarkan kepada responden berbentuk angket tertutup dengan jawaban yang sudah disiapkan. Adapun item yang akan diberikan terdiri dari 20 item pertanyaan dengan alternatif jawaban sangat setuju, setuju, ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju, dan selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah. Pertanyaan yang terdapat dalam angket diberikan kepada responden untuk mengetahui kesulitan siswa dalam perhitungan pajak penghasilan.

c. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu prosedur utuk pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, sebab dengan wawancara peneliti dapat melihat kebenaran jawaban yang diberikan oleh narasumber dengan menganalisis gaya tubuh yang ditunjukan. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa dan guru mata pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP Fatahillah Pondok Pinang.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data kualitatif untuk dapat menjelaskan keadaaan sebenarnya melalui foto atau gambar dalam berjalannya kegiatan penelitian tersebut.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang Peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai yaitu kesulitan dalam perhitungan pajak di kalangan siswa-siswi SMP Fatahillah adalah berbentuk soal, angket (Kuesioner) dan wawancara. Soal yang terdiri dari 5 pertanyaan tentang pajak penghasilan dan angket yang digunakan terdiri dari 20 item pertanyaan yang disebarkan kepada responden sedangkan, untuk wawancara peneliti membagi dua pertanyaan yang di tujukan untuk siswa dan guru mata pelajaran IPS Terpadu.


(53)

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengelola data dalam penulisan ini, melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Untuk pengolahan data tes

1. Diperiksa melalui pemberian bobot terhadap setiap pertanyaan yang siswa dan siswi jawab.

2. Bobot disesuaikan dengan dugaan-dugaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Hasil tes dijumlahkan dari setiap bobot yang diterima siswa dan siswi setiap pertanyaannya.

b. Untuk mengolah data angket.

1. Editing, yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu-persatu, tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan jika ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. 2. Scoring, yaitu merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir

soal yang terdapat dalam angket. Dalam setiap pertanyaan dalam angket terdapat 10 butir jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Pernah (TP), Jarang (JR), Kadang-kadang (KD), Sering (SR), dan Selalu (SL). Maka penulis melakukan perhitungan skor rata-ratan dengan ketentuan sebagai berikut:

Sangat Setuju = 5 Tidak Pernah = 1

Setuju = 4 Jarang = 2


(54)

Tidak Setuju = 2 Sering = 4

Sangat Tidak Setuju = 1 Selalu = 5

c. Tabulating, yaitu setelah diketahui setiap indikatornya maka seluruh data tersebut ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian diketahui perhitungannya.

2. Teknik Analisis Data

Langkah pertama peneliti memeriksa hasil tes siswa dengan bobot yang telah ditentukan, setelah hasil nilai yang sudah diberikan sesuai kemampuan siswa ditentukan klasifikasi nilai siswa sebagai berikut:

Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai7

No Nilai Kualitas Klasifikasi

1.

80-100 Sempurna A

2.

66-76 Baik B

3.

56 – 65 Cukup C

4.

40 – 55 Kurang D

5.

30 - 39 Gagal E

Berdasarkan dari klasifikasi diatas, maka dapat di bagi menjadi nilai tinggi, menengah dan rendah :


(55)

Nilai Tinggi : 80 - 100

Nilai Menengah : 56 – 79 Nilai rendah : 3 – 55

Selanjutnya, untuk mengetahui nilai rata-rata siswa dalam menghitung pajak kelas VIII SMP Fatahillah, maka penulis menghitung rata-rata tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut :8

Keterangan :

Mx = Mean (Rata-rata) yang dicari

Σx = Jumlah dari skor (nilai-nilai) yang dicari N = Number of cases (banyaknya skor itu sendiri)

Dalam setiap klasifikasi diambil sampel siswa untuk mengetahui apa saja kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal perhitungan pajak penghasilan, lalu di berikan analisis oleh peneliti dan sebagai triangulasi peneliti mewawancarai siswa yang bersangkutan.

Langkah Kedua adalah membuat tabel frekuensi dan kemudian dilengkapi dengan persentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

8 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu). Cet. Ke-1 h. 189

Mx = Σx . N


(56)

Keterangan :

P = Presentase yang dicari

f = Frekuensi yang sedang dicari

N = Jumlah populasi yang ada

Setelah didapat hasil persentase dari angket yang disebar kepada siswa, maka akan menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, peneliti merumuskan sebagai berikut:9

Tabel 3.2

Kategori Penilaian Angket

NO. PROSENTASE PENAFSIRAN

1. 100% Seluruhnya

2. 90-99% Hampir seluruhnya

3. 60-89% Sebagian besar

4. 51-59% Lebih dari setengah

5. 50% Setengahnya

6. 40-49% Hampir setengahnya

9 Ahmad Supardi dan Wahyudin Syah, Metodologi Riset, (Bandung: IAIN Bandung, 1984), h. 52.

P = f x 100% N


(57)

7. 20-39% Sebagian kecil

8. 10-19% Sedikit

9. 1-9% Sedikit sekali

10. 0% Tidak ada sama sekali

Langkah ketiga peneliti mencari rata-rata penyebab kesulitan pada angket dengan rumus sebagai berikut

Keterangan :

Mx = Mean (Rata-rata) yang dicari

Σx = Jumlah dari skor (nilai-nilai) yang dicari N = Number of cases (banyaknya skor itu sendiri)

Kemudian menentukan kategori penilaian kesuilitan siswa dalam menghitung pajak penghasilan tersebut diantaranya:

0-40 = Tingkat Kesulitan Rendah

41-51 = Tingkat Kesulitan sedang

51-60 = Tingkat Kesulitan Tinggi

>70 = Tingkat Kesulitan Sangat Tinggi

Adapun untuk membuktikan keabsahan data adalah dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi

Mx = Σx . N


(58)

a. Ketekunan pengamatan

Teknik ini digunakan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti melalui teknik ini juga mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.10

Teknik pengamatan ini berguna agar data yang diambil dapat sesuai dengan apa yang ada dilapangan.

b. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: triangulasi dengan sumber, metode, penyelidik, dan teori.11

Triangulasi sumber, metode, penyelidik, dan teori dilakukan dengan bersamaan sehingga mencapai data yang yang konkret serta jelas keabsahannya.

10 Alisuf Sabri, PengantarPsikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993). Cet ke-1, h. 10


(59)

45 BAB IV

A.PROFIL SEKOLAH SMP FATAHILLAH PONDOK PINANG

I. Sejarah Singkat Sekolah

Sekolah SMP Fatahillah merupakan lembaga swasta yang didirikan oleh Bpk. Abdul Rohim dibawah naungan yayasan Al Akbar yang mendapatkan izin operasional kegiatan dari instansi pemerintah yang berwenang sesuai dengan bidang usaha kegiatannya dengan nomor tanda daftar 09.31.74.05.1002.1364. Sekolah ini terletak dikawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Sekolah yang berdiri pada tanggal 16 juli 1986 ini didasari oleh kepedulian remaja dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar terhadap pendidikan islam dan juga terhadap masyarakat ekonomi lemah terutama dalam hal pendidikan putra-putrinya. Oleh karena itu salah satu tujuan dari SMP Fatahillah ini yaitu untuk menolong masyarakat menengah kebawah agar dapat melanjutkan pendidikan putra-putrinya ke sekolah menengah pertama (SMP).

SMP Fatahillah mendapatkan surat persetujuan mendirikan /menyelenggarakan sekolah swasta dengan No: SP.93OP/101.64/1.88. pada tanggal 27 Januari 1988 disetujui oleh An. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kepala kantor wilayah Dekdikbud Daerah Khusus Ibukota Jakarta yaitu Bpk Soegijo (NIP 130048913).

SMP Fathillah mendapatkan akrediatsi diakui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan direktorat jendral pendidikan Dasar dan Menengah pada tanggal 09 Januari 1991 oleh An. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktur Sekolah Swasta Drs. Sarjono Sigit. Jenjang akreditasi ini berlaku untuk jangka waktu 5 tahun. Pada tanggal 06 Mei 1996 SMP Fatahillah mendapat akrediatsi diakui untuk yang kedua kali yang disetujui oleh An. Direktur Jendral


(60)

tanggal 28 Desember 2005 SMP Fatahillah memperoleh akrediatsi dengan peringkat B yang di sahkan oleh badan akreditasi sekolah provinsi DKI Bpk Drs. Hajoko Rawoto untuk jangka waktu 4 tahun dan pada tanggal 10 November 2009 SMP Fatahillah memperoleh akreditasi B untuk jangka waktu 2014/2015 terhitung sejak tanggal ditetapkan, disetujui oleh badan akreditasi Provinsi sekolah/madrasah provinsi DKI Jakarta Bpk Drs. H. Abdul Rochim, MM.

Sejak berdirinya, SMP Fatahillah ini telah dipimpin oleh beberapa kepala sekolah Kepala sekolah SMP Fatahillah yaitu:

1. Bpk Drs. H. Daliman. BA masa bakti 1986 sampai 1993 2. Bpk Drs. H. Widodo, M.Ag masa bakti 1993 sampai 2004 3. Bpk Drs. Idham Kholid masa bakti 2004 sampai 2008 4. Ibu Dra. Lilis Nurhayati masa bakti 2008 sampai sekarang

II.Keadaan Guru SMP Fatahillah

Guru adalah profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Oleh karenanya tingkat pendidikan guru merupakan modal yang sangat penting dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, dan melatih siswa. Untuk keadaan guru SMP Fatahillah Pondok Pinang Jakarta Selatan memiliki tenaga pengajar dan tenaga kependidikan yang bervariatif dilihat dari jenis kelamin, jabatan, maupun pendidikan. Seperti tabel berikut:

Tabel 4.1

Profil Guru SMP Fatahillah

NO NAMA GURU PENDIDIKAN JABATAN BIDANG

STUDI

1. Dra. Lilis Nurhayati

S1/Pend. B.Indonesia

Kepala Sekolah

Bahasa Indonesia


(61)

S.Ag Islam Kepsek BTA

3. Hamilah, BA D3/Komunikasi Guru Bahasa

Indonesia PLKJ

4. Drs. Abdul Haris S1/Penjas Guru Penjas

5. Misani, S. Pd S1/Pend. Biologi

Guru IPA

6. Nurmaningsih, S. Pd

S1/Pend. Biologi

Guru IPA

7. Sartiningsih, S. Pd S1/B. Inggris Guru Bahasa Inggris

8. Agus Hadiwijaya D3/Manajemen Guru Komputer/TIK

9. Sumiyati S1/Sejarah Guru Seni budaya

KJTN

10. Tuti Sarmaini Purba, S.Ag

S1/Pend. Agama Islam

Guru Agama

BTA

11. Imas Masriyah, S.Sos.I

S1/Ppkn Guru IPS

PKN

13. Drs. Ruhiyat Sitopang

S1/Pend. Matematika

Guru Matematika

14 Irna Iryanti, S.Pd S1/Pend. Bahasa Inggris

Guru Bahasa Inggris

14. Umi Kulsum SMA Tata Usaha -


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Biodata Penulis

Penulis bernama Tarra Anggun Cantika, Lahir pada tanggal 5 November 1990 di Jakarta. Putri kebanggaan dari OK Helmi Aziz dan Sumarni Sukaman ini telah lulus dari SDN Benda Baru III, SMPN 164 Jakarta Selatan, SMUN 87 Jakarta Selatan dan Mahasiswi dari Universitas Islam Syarif Hidayatullah yang telah menyusun

skripsi berjudul “Kesulitan Siswa dalam

Pembelajaran IPS terpadu Pokok Bahasan Pajak Penghasilan Di SMP Fatahillah Pondok Pinang. Semoga pembaca dapat menambah ilmu dari apa yang ditulis oleh peneliti.


Dokumen yang terkait

Upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS: studi kasus di SMP Fathilah Pondok Pinang Jakarta selatan

6 33 85

Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Pokok Bahasan Pajak Penghasilan di SMP Fatahillah Pondok Pinang.

0 5 131

Pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok Pinang Jakarta Selatan

0 3 16

Analisis Kesulitan Siswa dan Alternatif Penyelesaian dalam Pembelajaran IPS Ekonomi Pokok Bahasan Pajak Penghasilan Kelas 8 di MTs Al-Hamidiyah Depok

1 6 219

ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 5 BINJAI.

3 12 24

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pokok Bahasan Persamaan Garis Singgung Lingkaran Ditinjau Dari Level Berpikir Van Hiele Pada Siswa Kelas

0 4 16

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BANGUN RUANG POKOK BAHASAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 7 12

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BANGUN RUANG POKOK BAHASAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 4 16

PENDAHULUAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 3 7

Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa SMP Negeri 2 Petarukan dalam Memahami Pokok Bahasan Gerak Lurus.

0 3 149